Advertisement

Ini 7 Ciri Hypersex dan Dampaknya untuk Kesehatan

5 menit
Ditinjau oleh  dr. Budiyanto, MARS   23 Oktober 2025

Hypersex ditandai dengan berbagai hal, contohnya fantasi seksual yang intens dan sering, atau keinginan untuk melakukan aktivitas seksual yang kompulsif.

Ini 7 Ciri Hypersex dan Dampaknya untuk KesehatanIni 7 Ciri Hypersex dan Dampaknya untuk Kesehatan

DAFTAR ISI


Sudah tak asing bukan dengan istilah hypersex atau hiperseksual, atau mungkin beberapa dari kamu masih bingung apa arti hyper dalam hubungan? Istilah ini digunakan untuk menggambarkan peningkatan atau dorongan seksual yang berlebihan atau sulit dikendalikan.

Masalah ini bisa terjadi akibat penyakit lain atau akibat kondisi medis primer. Bahkan, efek samping obat juga dapat menyebabkan seseorang alami kondisi ini.

Dari sisi medis sendiri, hypersex dipandang sebagai salah satu gangguan obsesif-kompulsif. Nah, mau tahu apa saja ciri-ciri hypersex dan cara mengatasinya?

Apa Itu Hypersex?

Hypersex, juga dikenal sebagai perilaku seksual kompulsif atau kecanduan seks, adalah kondisi ketika seseorang mengalami dorongan seksual yang berlebihan dan sulit dikendalikan.

Kondisi ini menyebabkan penderitanya terus-menerus terlibat dalam pikiran, perasaan, dan perilaku seksual yang kompulsif, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan sosial, pekerjaan, dan kesehatan mental.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang dengan dorongan seksual tinggi mengalami hypersex.

Diagnosis hypersex ditegakkan jika perilaku seksual tersebut menyebabkan distress signifikan atau disfungsi dalam kehidupan individu.

Ciri-Ciri Hypersex yang Perlu Diketahui

Berikut ciri-ciri hypersex yang umumnya dialami oleh pengidapnya:

1. Dorongan seksual yang sangat kuat

Seseorang dengan hiperseksual merasa dorongan seksual yang sangat kuat dan terus-menerus, yang mungkin mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan mereka.

2. Frekuensi berhubungan seksual yang tinggi

Seseorang dengan hypersex sering merasa perlu untuk melakukan hubungan seksual atau terlibat dalam aktivitas seksual dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi, daripada  yang biasa terjadi pada orang lain. 

3. Mencari kepuasan seksual yang berlebihan

Biasanya ada kecenderungan untuk mencari kepuasan seksual secara berlebihan, bahkan meskipun sudah melakukan hubungan seksual atau aktivitas seksual lainnya.

4. Menyalahgunakan pornografi atau media seksual lainnya

Orang dengan hypersex juga cenderung menghabiskan waktu berlebihan untuk menonton pornografi atau terlibat dalam aktivitas seksual secara online.

5. Kesulitan dalam mengendalikan dorongan seksual

Meskipun seseorang mungkin sadar bahwa perilaku ini bisa merugikan, mereka tetap merasa kesulitan untuk mengendalikan dorongan atau keinginan seksual mereka.

6. Menggunakan seks untuk mengatasi stres dan kecemasan

Beberapa orang dengan hiperseksual mungkin menggunakan aktivitas seksual sebagai cara untuk melarikan diri atau mengatasi perasaan stres, kecemasan, atau kesepian.

7. Gangguan dalam hubungan interpersonal

Perilaku seksual berlebihan bisa menyebabkan masalah dalam hubungan pribadi. Contohnya seperti konflik dengan pasangan atau ketidakmampuan untuk membangun hubungan intim yang sehat.

Dampak Hiperseksual pada Kesehatan Fisik dan Mental

Dampak dari hiperseksual dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahannya. Berikut  beberapa efek umum yang dapat muncul baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang: 

1. Penyakit menular seksual (PMS)

Sering berganti pasangan seksual atau tidak menggunakan alat pelindung (misalnya kondom) saat berhubungan seksual, dapat meningkatkan risiko terkena PMS seperti HIV/AIDS, gonore, sifilis, dan herpes genital.

2. Masalah reproduksi

Terlalu sering berhubungan seks tanpa perlindungan dapat meningkatkan risiko infeksi saluran reproduksi, seperti infeksi pada rahim atau ovarium.

3. Kelelahan fisik

Aktivitas seksual yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan fisik, mengurangi energi tubuh, dan bahkan menurunkan daya tahan tubuh.

4. Gangguan hormon

Aktivitas seksual yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh, yang memengaruhi mood, kadar energi, dan kualitas tidur.

5. Kecemasan dan depresi

Hiperseksual sering kali dikaitkan dengan perasaan kecemasan, penurunan harga diri, dan bahkan depresi. Individu dengan hypersex merasa tidak puas dengan pengalaman seksual mereka, yang dapat memicu perasaan bersalah dan kesepian.

6. Ketergantungan seksual

Hiperseksual dapat berkembang menjadi bentuk ketergantungan atau perilaku kompulsif. Di tahap ini pengidapnya merasa terdorong untuk terlibat dalam aktivitas seksual meskipun itu merugikan kehidupan sosial dan emosional mereka.

7. Gangguan kepercayaan diri

Ketika seseorang merasa tidak mampu mengendalikan dorongan seksualnya, hal ini bisa menyebabkan penurunan kepercayaan diri dan perasaan tidak berharga.

Apa Kata Studi Mengenai Hypersex?

Menurut studi yang diterbitkan oleh International Journal of Environtmental Research and Public Health berjudul The Concept of ‘Hypersexuality’ in the Boundary Between Physiological and Pathological Sexuality (2023), hiperseksualitas merupakan kondisi yang relevan secara klinis atau medis. 

Dalam dunia medis, kondisi ini bisa dijelaskan lewat model teoritis neurobiologi. Oleh sebab itu, individu yang memiliki kondisi ini bisa diobati melalui terapi oleh para profesional medis. Walaupun tidak selalu bisa disembuhkan secara total, namun hiperseksualitas bisa dikelola. 

Biasanya pengelolaan hiperseksualitas melibatkan pendekatan psikoterapi, perubahan perilaku, hingga obat-obatan. Jika dibiarkan, hypersex bisa berdampak besar pada kualitas hidup dan kesejahteraan seseorang, baik secara fisik maupun emosional. 

Nah, jika masing memiliki pertanyaan seputar hypersex, kamu bisa berkonsultasi secara langsung dengan dokter di Halodoc untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. 

Tak perlu bingung cari obat, kamu bisa dapatkan di apotek 24 jam terdekat dari rumah, karena ada Apotek Online Halodoc.

Obat dan produk kesehatan di Toko Kesehatan Halodoc dijamin 100% asli dan tepercaya. Produk dikirim dari apotek terdekat dari rumahmu, diantar dalam waktu 1 jam.

Segera download Halodoc untuk pengalaman belanja obat online dengan praktis!

Referensi: 
Archives of Sexual Behavior. Diakses pada 2025. Hypersexual Disorder: A Proposed Diagnosis for DSM-V. 
Journal of Sex & Marital Therapy. Diakses pada 2025. Developmental Considerations in the Treatment of Sexual Addiction. 
Difference Between. Diakses pada 2025. Difference Between Hypersexuality and High Libido. 
National Institutes of Mental Health. Diakses pada 2025. Sexual Addiction. 
Journal of Sexual Addiction & Compulsivity. Diakses pada 2025. Developmental Model of Sex Addiction. 

Frequently Asked Questions

1. Apa arti kata hyper dalam hubungan?

Kata hyper dalam konteks hubungan sering digunakan untuk menggambarkan keadaan yang berlebihan atau sangat intens. Misalnya, “hiperaktif” berarti sangat aktif atau berlebihan dalam tindakan. 

Dalam hubungan, kata hyper bisa digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki emosi, reaksi, atau perilaku yang sangat kuat atau tidak terkendali. Contohnya seperti dalam istilah “hiperseksual” yang merujuk pada dorongan seksual yang berlebihan atau sulit dikendalikan dalam hubungan.

Secara umum, kata hyper menunjukkan intensitas yang lebih tinggi daripada yang biasanya diharapkan atau dianggap normal dalam konteks tertentu.

2. Apa arti hyper dalam hubungan percintaan?

Dalam hubungan percintaan, hyper biasanya merujuk pada perilaku atau perasaan yang berlebihan, intens, atau berlebih-lebihan. Misalnya, hiperromantis bisa merujuk pada seseorang yang menunjukkan perasaan cinta yang sangat kuat dan terus-menerus, kadang hingga melampaui batas kenyamanan pasangan.

Dalam konteks hubungan percintaan, istilah “hyper” sering kali digunakan untuk menggambarkan tindakan atau emosi yang lebih dari yang diharapkan, misalnya:

  • Hyperseksual: Dorongan seksual yang sangat tinggi atau berlebihan yang dapat mempengaruhi dinamika hubungan.

Secara keseluruhan, kata hyper dalam hubungan percintaan mengacu pada keadaan yang lebih ekstrem, baik itu dalam hal perasaan, tindakan, atau dorongan tertentu, yang bisa berdampak pada keseimbangan dalam hubungan tersebut.