Advertisement

Hikikomori dalam Sisi Psikologi: Penyebab dan  Dampaknya untuk Kesehatan

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Budiyanto, MARS   18 Agustus 2025

Fenomena hikikomori jangan dipandang sepele karena memberikan dampak terhadap kesehatan mental, fisik, hingga masa depan.

Hikikomori dalam Sisi Psikologi: Penyebab dan  Dampaknya untuk KesehatanHikikomori dalam Sisi Psikologi: Penyebab dan  Dampaknya untuk Kesehatan

DAFTAR ISI


Bayangkan seseorang yang memilih mengurung diri di kamar selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, hampir tanpa interaksi dengan dunia luar. 

Bukan karena sekadar ingin menyendiri, melainkan karena ada dorongan psikologis yang membuatnya menutup pintu dari kehidupan sosial. Fenomena ini dikenal dengan istilah hikikomori.

Penting untuk mengetahui bagaimana penjelasan hikikomori dalam sisi psikologi, berikut ini informasinya untuk kamu. 

Apa Itu Hikikomori? 

Hikikomori adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang, yang secara harfiah berarti menarik diri atau mengurung diri. Fenomena ini menggambarkan kondisi seseorang sering kali remaja atau dewasa muda yang memilih untuk mengisolasi diri di dalam rumah, bahkan kamar, dalam jangka waktu panjang, biasanya lebih dari enam bulan, dengan interaksi sosial yang sangat minim.

Alami hikikomori dan ingin berkonsultasi dengan profesional? Ini Rekomendasi Psikolog Online Berpengalaman di Halodoc. 

Hikikomori dalam sisi psikologi berbeda dengan sekadar introvert atau butuh waktu sendiri. Pada kasus ini, individu benar-benar menghindari sekolah, pekerjaan, hingga hubungan sosial, dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas soliter, seperti bermain game, membaca, atau berselancar di internet. 

Dari sisi psikologi, hikikomori dipandang sebagai manifestasi dari tekanan mental, kecemasan sosial, depresi, atau trauma, yang dipengaruhi juga oleh faktor keluarga dan budaya.

Faktor Penyebab Hikikomori 

Beberapa faktor penyebab yang umum antara lain: 

1. Faktor individu

Dari sisi psikologis, kondisi mental seseorang sangat memengaruhi kecenderungan menjadi hikikomori. Beberapa gangguan mental hingga pengalaman pribadi yang berat bisa mendorong individu memilih untuk mengurung diri.

2. Faktor keluarga

Lingkungan keluarga berperan penting dalam pembentukan kepribadian dan kesiapan anak menghadapi dunia luar. Pola asuh yang tidak seimbang atau konflik internal keluarga dapat menjadi pemicu perilaku menarik diri.

Jangan sampai menerapkan pola asuh yang salah, Inilah 6 Jenis Pola Asuh Anak yang Bisa Diterapkan Orangtua. 

3. Faktor sosial dan budaya

Tekanan dari masyarakat dan budaya juga memberi andil besar. Harapan tinggi dalam pendidikan maupun pekerjaan, ditambah pengaruh teknologi, sering membuat individu merasa terasing lalu memilih menjauh dari interaksi sosial.

Dampak Hikikomori 

Fenomena hikikomori tidak hanya memengaruhi kehidupan sosial seseorang, tetapi juga membawa konsekuensi serius bagi kesehatan mental, fisik, dan masa depan individu. Dampaknya bisa dirasakan dalam jangka pendek maupun panjang.

1. Dampak psikologis

Hikikomori dalam sisi psikologi dan mental, hikikomori sering memperburuk kondisi psikologis individu. Rasa cemas, depresi, dan rendahnya harga diri semakin meningkat seiring keterbatasan interaksi sosial.

2. Dampak sosial

Isolasi berkepanjangan membuat individu kehilangan keterampilan sosial yang penting untuk berinteraksi, bekerja, maupun menjalin hubungan. Akibatnya, semakin sulit bagi mereka untuk kembali terlibat dalam kehidupan masyarakat.

3. Dampak jangka panjang

Jika berlangsung lama, hikikomori dapat mengganggu masa depan individu, misalnya sulit menyelesaikan pendidikan, kesulitan mendapatkan pekerjaan, hingga ketergantungan pada orang tua. Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan fisik akibat kurang aktivitas dan gaya hidup tidak sehat.

Pendekatan Psikologis untuk Mengatasi Hikikomori 

Mengatasi hikikomori membutuhkan pendekatan yang menyeluruh karena fenomena ini tidak hanya terkait dengan individu, tetapi juga keluarga dan lingkungan sosial. Dari sisi psikologi, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Terapi individu

Pendekatan psikoterapi, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dapat membantu individu mengidentifikasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan strategi coping yang lebih sehat. Terapi ini juga efektif untuk mengurangi gejala depresi maupun kecemasan sosial yang sering menyertai hikikomori.

Kenali selengkapnya terkait CBT di artikel ini: Cognitive Behavioral Therapy: Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya. 

2. Dukungan keluarga

Peran keluarga sangat penting dalam proses pemulihan. Dukungan emosional, komunikasi terbuka, serta menghindari pola asuh yang terlalu menekan dapat membantu individu merasa lebih aman untuk keluar dari isolasi. 

3. Intervensi komunitas

Program berbasis komunitas, seperti kelompok dukungan atau kegiatan sosial yang terstruktur, memberikan kesempatan bagi individu hikikomori untuk berinteraksi kembali secara bertahap.

4. Peran teknologi

Teknologi, yang awalnya sering memperkuat perilaku isolasi, juga bisa digunakan sebagai jembatan pemulihan. Misalnya, konseling online atau terapi berbasis aplikasi memungkinkan individu mendapatkan bantuan tanpa harus langsung keluar rumah, sebelum akhirnya didorong ke interaksi sosial nyata.

Jika kamu atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda hikikomori, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan bantuan yang sesuai. 

Selain itu, kamu juga bisa memenuhi kebutuhan penunjang kesehatan melalui Toko Kesehatan Halodoc, yang menyediakan produk kesehatan 100% asli, tepercaya, dan praktis dengan layanan pengiriman cepat.

Referensi: 
International Journal of Social Psychiatry. Diakses pada 2025. A new form of social withdrawal in Japan: a review of hikikomori. 
Australian & New Zealand Journal of Psychiatry. Diakses pada 2025. Youth social withdrawal behavior (hikikomori): A systematic review of qualitative and quantitative studies.