Ibu, Ketahui Gejala PTSD yang Dapat Menyerang Anak

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   03 September 2020
Ibu, Ketahui Gejala PTSD yang Dapat Menyerang AnakIbu, Ketahui Gejala PTSD yang Dapat Menyerang Anak

Halodoc, Jakarta - Gangguan stres pasca trauma atau posttraumatic stress disorder (PTSD) adalah masalah kesehatan mental yang bisa memengaruhi orang-orang dari segala usia, termasuk anak-anak. Seorang anak yang mengalami PTSD akan terus memiliki pikiran dan kenangan menakutkan tentang peristiwa masa lalu, seperti bencana alam, perang, kecelakaan, kekerasan fisik, kekerasan seksual, bahkan kekerasan emosional. 

Gejala PTSD pada anak dapat dimulai segera setelah peristiwa traumatis terjadi, atau bisa juga terjadi setelah 6 bulan atau lebih. Beberapa anak dengan PTSD memiliki efek jangka panjang dan mereka mungkin merasa mati rasa secara emosional untuk waktu yang sangat lama. Orangtua atau pengasuh mereka harus memahami bahwa penting untuk segera menangani PTSD pada anak karena kondisi ini sering menjadi masalah jangka panjang (kronis).

Baca juga: PTSD Berbeda dengan Trauma, Ini Penjelasannya


Mengenal Gejala PTSD pada Anak

Seorang anak bahkan bisa mengalami PTSD meski ia hanya menjadi penonton atau bukan korbannya langsung. Ia bisa saja mengalami trauma karena melihat orang lain atau bahkan orangtuanya mengalami kekerasan atau mengalami kejadian lain yang menakutkan. 

Ada beberapa gejala PTSD pada anak yang perlu diketahui orangtua, antara lain: 

  • Sering mengenang kembali peristiwa traumatis berulang kali dalam pikiran atau bercerita.
  • Mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya.
  • Menjadi sangat kesal ketika ada sesuatu yang menyebabkan ia mengingat peristiwa traumatis tersebut.
  • Kurangnya emosi positif seperti kehilangan minat pada hal-hal yang dulu mereka sukai. 
  • Ketakutan atau kesedihan yang terus berlanjut.
  • Lekas ​​marah dan sering mengalami ledakan kemarahan.
  • Terus mencari kemungkinan ancaman atau khawatir berlebihan dan mudah dikejutkan.
  • Punya masalah di sekolah karena kesulitan untuk fokus.
  • Bertindak tidak berdaya, putus asa atau menarik diri dari teman-temannya.
  • Menyangkal bahwa peristiwa tersebut terjadi atau merasa mati rasa.
  • Menghindari tempat atau orang yang terkait dengan acara tersebut.
  • Memiliki gejala fisik, seperti sakit kepala atau sakit perut.

Karena anak-anak yang pernah mengalami stres traumatis mungkin tampak gelisah, gelisah, atau kesulitan memperhatikan dan tetap teratur, gejala stres traumatis dapat disalah artikan dengan gejala gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD). Oleh karena itu, penting juga untuk mendiskusikan hal ini dengan psikolog di Halodoc. Ibu bisa tanyakan apakah anak mengalami PTSD atau gangguan mental lainnya, sebab dengan diagnosis yang tepat, semua gangguan mental akan jadi lebih mudah untuk dikelola. 

Baca juga: Gejala Fisik yang Terjadi saat Mengalami PTSD


Mengatasi PTSD pada Anak 

Banyak orang, termasuk anak-anak bisa pulih dari peristiwa traumatis setelah periode penyesuaian. Namun, jika anak atau remaja pernah mengalami peristiwa traumatis dan mengalami gejala PTSD selama lebih dari sebulan, dapatkan segera bantuan dari ahlinya.

Terapi dapat membantu mengatasi gejala penghindaran, pikiran yang tidak fokus dan negatif, serta suasana hati yang tertekan atau negatif. Seorang terapis akan bekerja dengan keluarga untuk membantu anak atau remaja menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi dan kembali menjalani kehidupan.

Ahli kesehatan mental yang dapat membantu termasuk:

  • Psikolog.
  • Psikiater.
  • Pekerja sosial klinis berlisensi.
  • Konselor profesional berlisensi.
  • Profesional trauma berlisensi.

Baca juga: Ketahui Fakta Penting Tentang PTSD

Terapi perilaku kognitif juga sangat efektif untuk orang yang mengembangkan PTSD. Jenis terapi ini mengajarkan cara untuk menggantikan pikiran dan perasaan negatif yang tidak membantu dengan pemikiran yang lebih positif. Strategi perilaku dapat digunakan dengan kecepatan anak sendiri untuk membantu mengurangi kepekaan anak terhadap bagian traumatis dari apa yang terjadi sehingga dia tidak merasa begitu takut pada mereka.

Ada juga terapi desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR) menggabungkan terapi kognitif dengan gerakan mata terarah. Ini terbukti efektif dalam mengobati orang dari segala usia dengan PTSD. Sementara yang jenis terapi terakhir yang bisa dilakukan adalah terapi bermain untuk merawat anak-anak dengan PTSD yang tidak dapat langsung menangani trauma.

Dalam beberapa kasus, obat dapat membantu mengobati gejala depresi dan kecemasan yang serius. Ini dapat membantu pengidap PTSD bisa kembali bersekolah dan kegiatan sehari-hari lainnya saat dirawat. Obat sering digunakan hanya sampai seseorang merasa lebih baik, kemudian terapi dapat membantu orang tersebut kembali seperti semula.

Referensi:
Centers for Diseases Control and Prevention. Diakses pada 2020. Post-traumatic Stress Disorder in Children.
Kids Health. Diakses pada 2020. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Stanford for Children. Diakses pada 2020. Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) in Children.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan