Ini Penjelasan Mengenai Risiko Lumpuh Wajah Setelah Vaksin Sinovac

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   19 Agustus 2021

“Sebuah studi oleh ilmuwan di Hongkong menemukan adanya risiko Bell’s Palsy yang lebih tinggi pada penerima vaksin Sinovac. Meski begitu, manfaat dan perlindungan yang diberikan vaksin COVID-19 tersebut lebih besar, daripada risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, masyarakat tetap dianjurkan untuk menerima vaksin Sinovac secara penuh tepat waktu untuk melindungi diri dari penularan COVID-19.”

Ini Penjelasan Mengenai Risiko Lumpuh Wajah Setelah Vaksin SinovacIni Penjelasan Mengenai Risiko Lumpuh Wajah Setelah Vaksin Sinovac

Halodoc, Jakarta – Vaksin Sinovac atau CoronaVac adalah salah satu vaksin COVID-19 yang digunakan di banyak negara, termasuk di Indonesia. Penggunaan vaksin tersebut sebenarnya aman, tetapi sama seperti vaksin COVID-19 pada umumnya, Sinovac juga bisa menimbulkan efek samping.

Meski begitu, efek samping vaksin Sinovac masih dinilai lebih ringan dibanding jenis vaksin COVID-19 lainnya. Beberapa efek samping vaksin Sinovac yang umum, antara lain rasa nyeri di tempat suntikan, kelelahan, diare, dan nyeri otot. Namun, sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di Hongkong menemukan kejadian lumpuh wajah sebelah atau Bell’s Palsy pada penerima vaksin Sinovac dan Pfizer. Berdasarkan penemuan tersebut, risiko Bell’s palsy cenderung lebih tinggi pada penerima CoronaVac atau vaksin COVID-19 buatan Sinovac. Berikut ulasannya.

Baca juga: Uji Vaksin Sinovac Diklaim Efektif Hingga 80 Persen

Vaksin Sinovac Memiliki Risiko Bell’s Palsy, Tapi Jarang

Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Disease, risiko Bell’s Palsy, yaitu sejenis kelumpuhan pada wajah, lebih tinggi setelah mendapatkan vaksin Sinovac.

Studi tersebut menemukan 28 kasus Bell’s Palsy yang dikonfirmasi secara klinis setelah mendapatkan vaksin Sinovac dilaporkan di antara hampir 452.000 orang yang menerima dosis pertama vaksin, dan 16 kasus setelah vaksin Pfizer terdeteksi dari lebih dari 537.000. Dari penemuan tersebut, terlihat adanya peningkatan risiko Bell’s Palsy secara keseluruhan setelah mendapatkan CoronaVac. 

Penelitian yang dilakukan di Hongkong ini menilai risiko efek samping dalam 42 hari setelah vaksinasi. Meski begitu, mekanisme Bell’s Palsy pada penerima vaksin masih belum jelas. Para peneliti mengakui bahwa penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan.

Menanggapi hal ini, perwakilan Sinovac, Liu Peicheng memberi tanggapan tertulis seperti yang dikutip dari Reuters, Rabu (18/8/2021), bahwa Bell’s Palsy setelah vaksinasi jarang terjadi dan sebagian besar gejalanya ringan dan bisa membaik dengan sendirinya. Liu juga mengungkapkan bahwa Sinovac belum mendeteksi risiko Bell’s Palsy dalam analisis data dari otoritas pengendalian penyakit China, Pusat Pemantauan Uppsala dari Organisasi Kesehatan Dunia, atau basis data unitnya untuk kejadian buruk setelah imunisasi.

Liu mengungkapkan bahwa menurut data saat ini, manfaat dan perlindungan yang bisa diberikan vaksin Sinovac masih jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi. Namun, masyarakat dianjurkan untuk mendapatkan vaksin Sinovac secara penuh tepat waktu untuk mencegah penularan virus Corona.

Baca juga: Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Terasa saat Dosis Kedua?

Ketahui Efek Samping Sinovac dan Cara Mengatasinya

Vaksin Sinovac adalah vaksin COVID-19 yang sudah teruji aman penggunaannya. Namun, sama seperti semua obat-obatan, vaksin ini juga bisa menimbulkan efek samping, tetapi tidak semua orang akan mengalaminya.

Sebagian besar efek samping vaksin Sinovac bersifat ringan dan tidak berlangsung lebih dari seminggu. Efek samping tersebut, antara lain:

  • Nyeri di tempat suntikan.
  • Merasa lelah.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • Diare.

Beberapa orang yang menerima vaksin Sinovac juga mengeluhkan demam, tetapi demam yang terjadi biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan vaksin COVID-19 lainnya, seperti vaksin Moderna dan AstraZeneca. Kamu bisa mengonsumsi obat pereda rasa nyeri, seperti paracetamol bila perlu. Kamu juga bisa menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk membicarakan mengenai efek samping vaksin yang kamu alami. Melalui Video/Voice Call dan Chat, dokter ahli dan terpercaya bisa memberi kamu saran kesehatan yang tepat.

Namun, bila kamu mengalami demam tinggi lebih dari dua hari, batuk terus-menerus, dan kehilangan atau perubahan pada indra penciuman atau perasa, sebaiknya tetap di rumah dan lakukan tes. Ini karena ada kemungkinan kamu mengidap COVID-19.

Baca juga: Persiapkan Hal Ini Sebelum Mendapatkan Vaksinasi COVID-19

Itulah penjelasan mengenai risiko Bell’s palsy setelah menerima vaksin Sinovac. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga untuk memudahkan kamu mendapatkan solusi kesehatan terlengkap.

Referensi:
Reuters. Diakses pada 2021. Higher risk of Bell’s Palsy after Sinovac’s COVID-19 vaccine – study
Medical News Today. Diakses pada 2021. Sinovac COVID-19 vaccine: What are the side effects?
National Health Service. Diakses pada 2021. Coronavirus (COVID-19) vaccines side effects and safety