Inilah Gejala Umum yang Dialami Pengidap Campak

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 November 2020
Inilah Gejala Umum yang Dialami Pengidap CampakInilah Gejala Umum yang Dialami Pengidap Campak

Halodoc, Jakarta - Campak terjadi karena infeksi virus jenis paramyxovirus. Penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini menular melalui kontak langsung atau lewat udara. Sebelum adanya vaksin, campak telah menyumbang angka kematian yang terbilang tinggi, yaitu sekitar 2,6 juta jiwa yang sebagian besar adalah bayi dan anak-anak.

Ya, penyakit campak memang paling sering menyerang bayi dan anak. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan gangguan kesehatan ini bisa terjadi pada orang dewasa, terlebih jika sedari kecil belum pernah mengidapnya. Oleh karenanya, vaksin menjadi pencegah terbaik penularan campak. 

Apa Saja Gejala yang Umum Terjadi?

Penyakit campak ditandai dengan demam tinggi hingga mencapai 40 derajat Celsius, mata merah dan berair, batuk kering, bersin, mudah merasa lelah, penurunan nafsu makan, dan menjadi sensitif terhadap cahaya. Sekilas, gejalanya memang serupa dengan gejala flu, sehingga sering kali penyakit ini dianggap remeh oleh sebagian besar orang.

Baca juga: Mirip, Ini Bedanya Campak, Cacar Air, dan Rubella

Setelah dua atau tiga hari, akan muncul bintik berwarna putih keabuan pada bagian mulut dan tenggorokan. Lalu, muncul pula ruam berwarna merah kecokelatan, biasanya mulai dari bagian sekitar telinga, leher, kepala, dan menyebar ke bagian tubuh lainnya dengan cepat. Ruam ini akan muncul antara 7 hingga 14 hari setelah paparan terjadi dan akan bertahan hingga 10 hari. Namun, demam biasanya akan mulai turun tiga hari setelah munculnya ruam.

Jika kamu merasa demam semakin parah setelah ruam muncul dan diikuti dengan sakit kepala yang hebat, sulit dibangunkan ketika tertidur, merasa sulit bernapas, mengigau, terlihat pucat dan merasa sangat lemah, segera periksakan kondisi kesehatanmu ke rumah sakit terdekat agar penanganan bisa segera dilakukan. Kamu bisa pakai aplikasi Halodoc untuk buat janji berobat supaya tidak perlu lagi mengantre atau tanya jawab dengan dokter guna mendapatkan penanganan pertama.

Kenali Faktor Risiko dan Komplikasi dari Campak

Campak bisa menjadi penyakit yang sangat membahayakan pada bayi yang tidak mendapatkan vaksin. Penyakit ini lebih rentan terjadi pada bayi berusia di bawah satu tahun dan tidak diberi imunisasi, tidak mendapatkan ASI eksklusif, tinggal di kawasan padat penduduk, melakukan perjalanan ke negara dengan tingkat kasus yang tinggi, dan mengalami defisiensi vitamin A.

Baca juga: Kapan Sebaiknya Campak Diperiksakan ke Dokter?

Kematian yang terjadi karena campak disebabkan karena penanganan terlambat, sehingga memicu munculnya komplikasi serius. Sayangnya, komplikasi ini sangat sering terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun atau orang dewasa berusia 30 tahun ke atas. Umumnya, komplikasi akan rentan terjadi jika anak masih berusia di bawah satu tahun, memiliki imunitas tubuh yang lemah, dan mengidap masalah kesehatan yang terbilang kronis.

Adapun komplikasi serius akibat penyakit campak di antaranya:

  • Bronkitis, atau peradangan pada dinding dalam yang bertugas melapisi saluran udara paru pada anak.
  • Infeksi telinga, yang sering terjadi karena suhu yang terbilang dingin, mengalami sakit tenggorokan, atau adanya alergi yang mengakibatkan terjebaknya cairan di telinga.
  • Encephalitis, peradangan pada jaringan di otak. Sebenarnya, masalah ini jarang terjadi, tetapi sangat fatal karena berujung pada kejang dan lemah otak.
  • Pneumonia, infeksi yang menyerang bagian paru yang mengakibatkan peradangan dan pembengkakan pada kantung udara di bagian dalam paru.

Baca juga: Begini Cara Efektif Obati Campak pada Bayi

Jadi, pastikan bayi dan anak atau diri sendiri segera mendapatkan vaksin campak agar terhindar dari penyakit berbahaya ini, ya!



Referensi: 
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Measles.
WHO. Diakses pada 2020. Measles.
Healthy Children. Diakses pada 2020. Protecting Your Baby from a Measles Outbreak.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan