Inilah Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Distimia

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   13 Juli 2020
Inilah Pemeriksaan untuk Mendiagnosis DistimiaInilah Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Distimia

Halodoc, Jakarta - Distimia, atau dikenal juga dengan sebutan persistent depressive disorder, adalah bentuk kronis dari depresi. Disebut begitu karena distimia pada dasarnya adalah depresi yang berlangsung dalam jangka panjang, dan sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. 

Gangguan kesehatan mental distimia memiliki gejala yang serupa depresi, yaitu rasa sedih dan putus asa yang berlangsung dalam jangka panjang. Akibatnya, pengidap gangguan ini akan mengalami perubahan suasana hati, perilaku, pola tidur, nafsu makan, serta tidak lagi tertarik akan hal-hal menyenangkan yang disukai sebelumnya. 

Baca juga: Depresi Bisa Terjadi pada Segala Usia

Pemeriksaan untuk Diagnosis Distimia dan Penanganannya

Beberapa jenis pemeriksaan yang umum dilakukan untuk memastikan diagnosis distimia dapat berupa pemeriksaan fisik, tes psikologi, dan uji laboratorium. Lebih jelasnya seperti apa, kamu bisa tanyakan pada dokter atau psikolog di aplikasi Halodoc. Segera periksakan diri dan bicarakan pada dokter jika kamu mengalami gejala depresi yang berlarut-larut ya, seringan apapun itu. 

Jika memang ternyata hasil diagnosis menunjukkan kamu mengidap distimia, dokter biasanya akan merekomendasikan beberapa metode pengobatan berikut:

1.Pemberian Obat-obatan

Gejala distimia umumnya bisa diredakan dengan menggunakan obat antidepresan, seperti obat jenis Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), Tricyclic antidepressants (TCAs), atau Serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs). Pemilihan jenis obat apa yang cocok untuk pengidap distimia akan disesuaikan dokter dengan kondisi masing-masing.

Perubahan dosis dan jenis obat mungkin akan diinstruksikan dokter. Hal yang perlu diingat adalah pastikan untuk selalu minum obat sesuai anjuran dokter, dan jangan berhenti, menambah, atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 

Baca juga: Cyberbullying Bisa Sebabkan Depresi Hingga Bunuh Diri

2.Psikoterapi

Psikoterapi dengan psikolog atau psikiater juga biasanya perlu dijalani pengidap distimia selama proses penyembuhan. Pada beberapa kasus, pengidap distimia juga bisa dianjurkan untuk menjalani terapi kognitif perilaku. Semua prosedur terapi tersebut bertujuan untuk mengungkapkan isi pikiran dan emosi, yang bisa memperburuk gejala.

Selain pengobatan dengan minum obat dan menjalani psikoterapi, pengidap distimia juga biasanya dianjurkan untuk menjalani pola hidup sehat. Tujuannya adalah untuk membantu meredakan gejala. Pola hidup sehat yang dianjurkan dapat berupa:

  • Tidur yang cukup.
  • Olahraga rutin.
  • Memiliki pola makan sehat dan bergizi seimbang.
  • Menghindari minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Minum obat sesuai jadwal.

Pengidap distimia juga biasanya dianjurkan untuk tidak tertutup dengan lingkungan sekitarnya. Pada keluarga atau orang terdekat yang bisa dipercaya, cobalah untuk berbagi cerita. Jika memungkinkan, minta mereka untuk memberi dukungan terhadap penyembuhan, termasuk menemani ketika harus pergi terapi. 

Baca juga: Ciri dan Tanda Gejala Depresi Pada yang Wajib Kamu Ketahui

Ragam Hal yang Bisa Menyebabkan Distimia

Penyebab pasti dari distimia hingga saat ini belum bisa ditentukan. Sebab, setiap gangguan kesehatan mental, termasuk distimia, memang kebanyakan terjadi akibat berbagai faktor, seperti:

  • Genetik

Memiliki anggota keluarga dengan riwayat distimia atau depresi, dapat membuat risiko seseorang untuk mengidap kondisi serupa juga tinggi.

  • Mengidap Gangguan Kesehatan Mental Lain

Risiko distimia juga dapat meningkat pada orang yang mengidap gangguan kesehatan mental lain, seperti bipolar atau gangguan kecemasan. 

  • Gangguan Neurotransmitter pada Otak

Gangguan pada neurotransmitter atau zat kimia pada otak (seperti oksitosin, dopamin, dan serotonin) juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi dan juga distimia. Sebab, zat kimia pada otak itu juga ada yang bertugas untuk menjaga keseimbangan suasana hati. Jadi, jika terdapat gangguan, tentunya hal ini membuat suasana hati seseorang mudah berubah dan rentan mengalami depresi. 

  • Mengalami Peristiwa Traumatik

Sama seperti depresi, distimia juga bisa dipicu oleh pengalaman peristiwa traumatik di masa lalu. Peristiwa tersebut dapat berupa kehilangan orang yang dicintai, bencana, konflik dengan pasangan, atau masalah lainnya.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Dysthymia.
WebMD. Diakses pada 2020. Dysthymia (Mild, Chronic Depression).
Medline Plus. Diakses pada 2020. Persistent Depressive Disorder.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan