Jangan Diremehkan, Dispepsia Bisa Berakibat Fatal

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   27 Desember 2018
Jangan Diremehkan, Dispepsia Bisa Berakibat FatalJangan Diremehkan, Dispepsia Bisa Berakibat Fatal

Halodoc, Jakarta - Di Indonesia, penyakit dispepsia lebih dikenal dengan nama maag. Dispepsia sendiri adalah kondisi ketidaknyamanan atau nyeri yang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas, seperti perut, kerongkongan, ataupun usus dua belas jari. Saat mengalami dispepsia atau maag, seseorang akan mengalami gejala, misalnya mual, kembung, bersendawa atau gejala lain yang lebih serius. Dispepsia bukanlah penyakit, melainkan gejala dari sebuah penyakit yang lebih parah. Maag dapat terjadi pada hampir semua orang dari waktu ke waktu. Untuk mencegahnya, kamu wajib mengurangi faktor risiko.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, dispepsia atau maag bukan penyakit, melainkan gejala dari penyakit. Nah, berbagai penyakit yang bisa menyebabkan maag, antara lain:

  • Gastroesophageal reflux disease (GERD) atau refluks asam lambung. Sebuah kondisi saat asam lambung mengalir naik ke kerongkongan. Asam ini bisa mengiritasi dan bahkan merusak kerongkongan.

  • Obesitas meningkatkan kesempatan seseorang mengalami gangguan pencernaan.

  • Merasa stres atau kecemasan berlebihan.

  • Irritable bowel syndrome (IBS): iritasi usus, kontraksi tidak teratur dari usus besar.

  • Infeksi perut, biasanya karena helicobacter pylori.

  • Tukak lambung: luka tipis atau lubang yang muncul di dinding perut.

  • Kanker perut.

Selain itu, obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan, seperti:

  • Aspirin dan kelompok penghilang rasa sakit yang disebut NSAID (obat non-steroid anti-inflamasi)

  • Obat yang mengandung nitrat, seperti obat hipertensi

  • Estrogen dan pil KB

  • Obat steroid

  • Beberapa antibiotik

  • Obat tiroid.

Komplikasi Dispepsia

Jika tidak segera ditangani, maka dispepsia dapat memicu beragam komplikasi serius, yakni:

Perdarahan saluran cerna bagian atas

  • Ulkus peptikum

  • Perforasi lambung  

  • Anemia

  • Inflamasi faring dan laring

  • Aspirasi paru.

  • Kanker esofagus

Faktor Risiko Dispepsia

Dispepsia pun juga dapat muncul karena kebiasaan sehari-hari yang kurang menguntungkan area pencernaan. Selain beberapa penyakit dan penyebab potensial yang disebutkan di atas yang dapat menyebabkan maag, beberapa hal lainnya dapat meningkatkan risiko dispepsia, yaitu:

  • Merokok

  • Minum alkohol

  • Makan terlalu banyak dan terlalu cepat

  • Stres dan kelelahan

Mengatasi Dispepsia

Pengobatan untuk sindrom dispepsia akan disesuaikan dengan penyebabnya dan seberapa parah gejala yang dirasakan. Dengan melakukan perubahan pada pola makan dan gaya hidup yang lebih baik, pengidap dispepsia atau maag dapat mengatasi kondisi ini. Beberapa perubahan pola makan dan gaya hidup yang dapat membantu mengatasi sindrom dispepsia, yaitu:

  • Coba makan sedikit demi sedikit dan kunyah makanan perlahan dan menyeluruh.

  • Hindari makanan berlemak dan pedas, makanan instan atau olahan, minuman bersoda; kafein, minuman berenergi, alkohol, dan kebiasaan merokok yang dapat memicu produksi asam lambung berlebih.

  • Menjaga berat badan yang sehat.

  • Olahraga secara teratur, sebab olahraga akan membantu menjaga berat badan, memaksimalkan metabolisme tubuh, dan membantu kinerja organ pencernaan lebih baik.

  • Mengelola stres.

  • Menghindari kebiasaan segera berbaring setelah makan. Tunggu setidaknya dua hingga tiga jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur

  • Selain itu, sindrom dispepsia juga dapat diobati dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dan obat golongan antasida. Namun, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai gejala yang dirasakan, agar dokter bisa menyarankan pengobatan yang sesuai.

Nah, kalau ingin tahu lebih banyak mengenai gangguan pencernaan terutama maag atau dispepsia, yuk tanyakan kepada dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc! Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja, di mana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play.

Baca Juga:

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan