Jenis-Jenis Tes untuk Mendiagnosis Penyakit Seksual Menular

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   06 April 2023
Jenis-Jenis Tes untuk Mendiagnosis Penyakit Seksual MenularJenis-Jenis Tes untuk Mendiagnosis Penyakit Seksual Menular

Halodoc, Jakarta – Seperti namanya, penyakit seksual menular (PMS) sering didapat melalui kontak seksual. Bakteri penyebab organisme yang menyebabkan penyakit ini dapat berpindah dari orang ke orang melalui air mani, cairan vagina, darah, ataupun cairan lainnya.

Meski lebih sering ditularkan melalui kontak seksual, PMS juga bisa ditularkan secara non-seksual, seperti dari ibu ke bayi selama kehamilan atau persalinan. Nah, berikut ini beberapa tes yang bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit seksual menular.

Baca Juga: Hati-Hati, 4 Penyakit Seksual Menular Ini Lebih Sering Dialami Wanita


1. Tes Darah dan Urine

Sebagian besar penyakit seksual menular, seperti klamidia, gonore, hepatitis, sifilis, herpes sampai HIV dapat diuji menggunakan sampel urin atau darah. Dalam beberapa kasus, tes urine dan darah tidak seakurat bentuk pengujian lainnya. Mungkin diperlukan satu bulan atau lebih lama setelah terkena penyakit seksual menular agar hasil tes darah maupun urin bisa lebih akurat. 


2. Apusan

Jenis tes lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit seksual menular adalah swab test atau apusan. Tes ini dilakukan dengan bantuan aplikator seperti kapas untuk menyeka bagian organ genital. Contohnya, dokter akan menggunakan kapas untuk mengambil apusan vagina dan serviks selama pemeriksaan panggul. Jika masalahnya terkait dengan uretra, dokter dapat mengambil apusan uretra dengan mengusapkan kapas ke dalam uretra. 


3. Pap Smear dan Pengujian HPV

Pap smear adalah tes untuk mencari tanda-tanda awal kanker serviks. Perlu diketahui bahwa hasil pap smear yang abnormal bukan berarti seseorang pasti mengidap kanker serviks atau kanker dubur. Banyak orang yang memiliki hasil pap smear abnormal sembuh. Jika seseorang mendapatkan hasil pap smear yang abnormal, biasanya dokter akan merekomendasikan tes HPV. Jika tes HPV negatif, kecil kemungkinan kamu mengida kanker serviks atau kanker dubur. Sebab, tes HPV saja tidak dapat memprediksi kanker. 

Baca Juga: Jarang Disadari Ini 6 Faktor Utama Penyebab HIV dan AIDS


Pencegahan Penyakit Seksual Menular

Pasti kamu sudah sering mendengar istilah lebih baik mencegah daripada mengobati kan? Nah, kalau kamu enggak mau tertular PSM, sebaiknya hindari risiko-risiko yang meningkatkan peluang penyakit tersebut. Yuk, ketahui langkah pencegahannya di bawah ini.


1. Setia Pada Satu Pasangan

Individu yang gemar bergonta-ganti pasangan berpeluang tinggi tertular penyakit seksual menular. Maka dari itu, pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan tetap menjalin hubungan monogami jangka panjang dengan pasangan yang bersih dari PMS.


2. Melakukan Vaksin

Terdapat berbagai macam vaksin yang bisa kamu dapatkan guna mencegah PMS. Sejauh ini vaksin yang tersedia adalah vaksin untuk mencegah human papillomavirus (HPV), hepatitis A dan hepatitis B. Vaksinasi sedini mungkin tentunya akan lebih baik untuk mencegah penularan. 

Vaksin HPV dapat diberikan pada anak berusia 11 dan 12 yang belum pernah melakukan hubungan intim. Sedangkan vaksin hepatitis B bisa diberikan kepada bayi baru lahir, serta usia 1 bulan dan 6 bulan, kemudian dapat diberikan booster vaksin pada orang yang berisiko tinggi tertular pada usia dewasa. Vaksin hepatitis A bisa diberikan untuk anak berusia 1–2 tahun. 

Jika tidak divaksinasi penuh pada usia 11 dan 12, maka vaksin bisa dilakukan sampai usia 26. Sedangkan vaksin hepatitis B bisa diberikan kepada bayi baru lahir dan vaksin hepatitis A bisa diberikan untuk anak berusia 1 tahun. 


3. Gunakan Kondom

Gunakan kondom lateks setiap berhubungan dengan pasangan. Kondom memberikan tingkat perlindungan yang lebih rendah untuk PMS yang bisa menyebabkan luka genital akibat human papillomavirus (HPV) atau herpes. Perlu diketahui pula bahwa alat kontrasepsi biasa maupun oral tidak akan melindungi virus penyebab PMS.


4. Hindari Narkoba

Hindari narkoba yang cenderung digunakan dengan cara menggunakan jarum suntik secara bergantian. Ini berisiko menularkan virus penyebab PMS melalui darah. 

Baca Juga: Hentikan Stigma pada ODHA atau Pengidap HIV/AIDS, Ini Alasannya

Kalau kamu berencana untuk melakukan salah satu tes di atas, biar lebih praktis sekarang kamu bisa melakukan pemeriksaan dari rumah dengan layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek dan Surabaya). Tak perlu khawatir, karena pemeriksaan dilakukan oleh profesional kesehatan tepercaya. Yuk, gunakan aplikasinya sekarang!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan