Kapan Informed Consent Diberikan oleh Dokter?
Informed consent diberikan dokter setelah pasien mendapatkan informasi terkait seluk beluk penyakitnya dan telah meninjau dokumen persetujuan.”

DAFTAR ISI
- Apa Itu Informed Consent?
- Kapan Informed Consent Diberikan oleh Dokter?
- Tujuan Informed Consent dalam Pelayanan Medis
- Elemen Penting dalam Informed Consent
- Proses Pemberian Informed Consent
- Situasi Khusus dalam Informed Consent
- Hak Pasien dalam Informed Consent
- Konsekuensi Hukum Tanpa Informed Consent
- Perlindungan Hukum bagi Dokter
- Tips Memahami Informed Consent
- Pentingnya Komunikasi Dokter-Pasien dalam Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan tindakan medis yang diberikan pasien atau keluarga setelah mendapatkan penjelasan lengkap dari dokter.
Tujuannya agar pasien memahami prosedur, manfaat, risiko, dan alternatif tindakan medis yang akan dilakukan.
Kapan informed consent ini diberikan? Simak penjelasannya berikut!
Apa Itu Informed Consent?
Informed consent adalah proses komunikasi antara dokter dan pasien.
Dalam proses ini, dokter memberikan penjelasan mengenai kondisi kesehatan pasien, pilihan pengobatan yang tersedia, manfaat, risiko, serta potensi komplikasi dari setiap tindakan medis.
Informed consent bukan hanya sekadar formulir persetujuan yang ditandatangani.
Lebih dari itu, informed consent adalah dialog yang memastikan pasien memahami informasi yang diberikan dan membuat keputusan secara sukarela.
Kapan Informed Consent Diberikan oleh Dokter?
Informed consent idealnya diberikan sebelum tindakan medis atau pengobatan dilakukan.
Berikut adalah beberapa situasi spesifik kapan informed consent harus diberikan:
- Sebelum Operasi: Pasien harus mendapatkan penjelasan lengkap mengenai jenis operasi, risiko, manfaat, dan alternatif lainnya.
- Sebelum Prosedur Invasif: Tindakan seperti biopsi, endoskopi, atau angiografi memerlukan informed consent karena melibatkan risiko yang lebih tinggi.
- Sebelum Pemberian Obat Berisiko Tinggi: Obat-obatan tertentu memiliki efek samping serius. Pasien harus tahu potensi risiko sebelum mengonsumsinya.
- Sebelum Mengikuti Penelitian Medis: Partisipan harus memahami tujuan penelitian, prosedur, risiko, dan manfaat sebelum menyetujui untuk berpartisipasi.
- Sebelum Transfusi Darah: Pasien perlu memahami risiko reaksi transfusi dan alternatif lain yang tersedia.
Informed consent harus diperoleh sebelum tindakan medis dilakukan, kecuali dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa dan pasien tidak sadar atau tidak mampu memberikan persetujuan.
Yuk, ketahui juga Berbagai Tips & Trik Menjalani Hidup Sehat berikut ini.
Tujuan Informed Consent dalam Pelayanan Medis
Informed consent memiliki beberapa tujuan penting dalam pelayanan medis, antara lain:
- Menghormati Otonomi Pasien: Pasien berhak menentukan apa yang akan dilakukan pada tubuhnya.
- Meningkatkan Kepercayaan: Komunikasi terbuka antara dokter dan pasien meningkatkan kepercayaan dan kerja sama.
- Mengurangi Risiko Hukum: Informed consent yang terdokumentasi dengan baik dapat melindungi dokter dari tuntutan hukum.
- Meningkatkan Kualitas Pelayanan: Pasien yang memahami kondisi dan pengobatannya cenderung lebih patuh dan terlibat aktif dalam proses penyembuhan.
- Memastikan Keputusan yang Tepat: Dengan informasi yang lengkap, pasien dapat membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai dan preferensinya.
Elemen Penting dalam Informed Consent
Agar informed consent dianggap valid, ada beberapa elemen penting yang harus dipenuhi:
- Pemberian Informasi: Dokter harus memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami mengenai kondisi pasien, prosedur medis yang diusulkan, manfaat, risiko, alternatif, dan prognosis.
- Kompetensi Pasien: Pasien harus memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan dan membuat keputusan yang rasional. Jika pasien tidak kompeten (misalnya, anak-anak atau orang dengan gangguan mental), persetujuan harus diberikan oleh wali atau keluarga yang sah.
- Kesukarelaan: Pasien harus memberikan persetujuan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
- Dokumentasi: Proses informed consent harus didokumentasikan dengan baik dalam rekam medis pasien, termasuk informasi yang diberikan, pertanyaan yang diajukan pasien, dan persetujuan yang diberikan.
Proses Pemberian Informed Consent
Proses informed consent melibatkan beberapa langkah penting:
- Diskusi Awal: Dokter menjelaskan kondisi pasien, pilihan pengobatan, manfaat, risiko, dan alternatif.
- Sesi Tanya Jawab: Pasien diberikan kesempatan untuk bertanya dan meminta klarifikasi mengenai informasi yang diberikan.
- Pengambilan Keputusan: Pasien mempertimbangkan informasi yang diberikan dan membuat keputusan mengenai tindakan medis yang akan diambil.
- Persetujuan Tertulis: Pasien menandatangani formulir informed consent sebagai bukti persetujuan.
- Dokumentasi: Dokter mencatat seluruh proses informed consent dalam rekam medis pasien.
Apakah Sakit Kepala Sering Kambuh? 4 Dokter Ini Bisa Beri Saran Pengobatan sehingga bisa kamu hubungi.
Situasi Khusus dalam Informed Consent
Terdapat beberapa situasi khusus yang memerlukan perhatian lebih dalam proses informed consent:
- Pasien dengan Keterbatasan Bahasa: Gunakan penerjemah medis profesional untuk memastikan pasien memahami informasi yang diberikan.
- Pasien dengan Gangguan Mental: Nilai kemampuan pasien untuk memahami informasi. Jika tidak mampu, dapatkan persetujuan dari wali yang sah.
- Keadaan Darurat: Jika pasien tidak sadar dan memerlukan tindakan medis segera, informed consent dapat dikesampingkan sementara.
- Tindakan Medis pada Anak-Anak: Persetujuan diberikan oleh orang tua atau wali yang sah. Anak-anak yang lebih besar juga harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sesuai dengan usia dan kematangan mereka.
Hak Pasien dalam Informed Consent
Pasien memiliki hak-hak tertentu dalam proses informed consent, di antaranya:
- Hak untuk Mendapatkan Informasi: Pasien berhak mendapatkan informasi yang lengkap, jelas, dan jujur mengenai kondisi kesehatan mereka.
- Hak untuk Bertanya: Pasien berhak mengajukan pertanyaan dan meminta klarifikasi mengenai informasi yang diberikan.
- Hak untuk Menolak Tindakan Medis: Pasien berhak menolak tindakan medis yang tidak mereka inginkan, bahkan setelah memberikan persetujuan awal.
- Hak untuk Pendapat Kedua: Pasien berhak mencari pendapat dari dokter lain (second opinion) sebelum membuat keputusan.
- Hak atas Kerahasiaan: Informasi medis pasien harus dijaga kerahasiaannya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, pasien berhak untuk memberikan persetujuan atau penolakan atas tindakan medis yang akan dilakukan.
Konsekuensi Hukum Tanpa Informed Consent
Tindakan medis yang dilakukan tanpa informed consent dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum. Dokter dapat dituntut atas dasar:
- Baterai (Battery): Melakukan tindakan fisik tanpa persetujuan pasien.
- Kelalaian (Negligence): Gagal memberikan informasi yang cukup kepada pasien sehingga pasien tidak dapat membuat keputusan yang tepat.
Selain tuntutan hukum, dokter juga dapat menghadapi sanksi disiplin dari organisasi profesi dan kehilangan reputasi.
Perlindungan Hukum bagi Dokter
Informed consent yang terdokumentasi dengan baik dapat memberikan perlindungan hukum bagi dokter.
Jika pasien kemudian mengajukan tuntutan, dokter dapat menunjukkan bahwa pasien telah diberikan informasi yang cukup dan memberikan persetujuan secara sukarela.
Namun, informed consent tidak memberikan perlindungan mutlak.
Dokter tetap bertanggung jawab jika melakukan kelalaian medis atau tindakan yang tidak sesuai dengan standar profesi.
Tips Memahami Informed Consent
Berikut adalah beberapa tips untuk membantu memahami informed consent:
- Jangan Ragu Bertanya: Ajukan pertanyaan sebanyak mungkin sampai kamu benar-benar memahami informasi yang diberikan.
- Catat Pertanyaan: Buat daftar pertanyaan sebelum bertemu dokter agar tidak ada yang terlewat.
- Bawa Keluarga atau Teman: Ajak orang yang kamu percaya untuk membantu mendengarkan dan mencatat informasi.
- Minta Penjelasan Tertulis: Jika memungkinkan, minta ringkasan informasi dalam bentuk tertulis.
- Cari Pendapat Kedua: Jangan ragu untuk mencari pendapat dari dokter lain jika merasa tidak yakin.
Pentingnya Komunikasi Dokter-Pasien dalam Informed Consent
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien adalah kunci keberhasilan informed consent.
Dokter harus mampu menjelaskan informasi medis dengan bahasa yang mudah dipahami, mendengarkan kekhawatiran pasien, dan menjawab pertanyaan dengan sabar dan jujur.
Pasien juga perlu aktif dalam proses komunikasi.
Jangan takut untuk bertanya, mengungkapkan kekhawatiran, dan meminta klarifikasi jika ada hal yang tidak dimengerti.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam JAMA Network Open menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien dalam meningkatkan pemahaman pasien tentang risiko dan manfaat pengobatan.
Studi ini menemukan bahwa pasien yang merasa terlibat dalam pengambilan keputusan medis cenderung lebih patuh terhadap rencana pengobatan dan memiliki hasil kesehatan yang lebih baik.
Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter tepercaya di Halodoc dan memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepercaya.
Kamu bisa hubungi dokter dengan klik banner di bawah ini!



