Kata Dokter: Cara Meningkatkan Status Gizi pada Pengidap HIV

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   07 Desember 2021
Kata Dokter: Cara Meningkatkan Status Gizi pada Pengidap HIVKata Dokter: Cara Meningkatkan Status Gizi pada Pengidap HIV

“Infeksi HIV rentan membuat pengidapnya kekurangan gizi. Selain dianjurkan mengonsumsi obat antiretroviral, meningkatkan status gizi pengidap HIV/AIDS juga mampu memperpanjang harapan hidupnya. Berikut tips dari dokter Raffles P Simbolon untuk meningkatkan status gizi pengidap HIV/AIDS”

Halodoc, Jakarta – Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menargetkan dan mengubah sistem kekebalan tubuh seseorang, sehingga berisiko mengalami infeksi dan berbagai penyakit. Tanpa pengobatan, infeksi HIV dapat berkembang ke stadium lanjut yang disebut acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

Selama ini, HIV dan AIDS dianggap sebagai penyakit berbahaya yang tidak dapat disembuhkan. Nah, kabar baiknya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa HIV telah menjadi penyakit yang bisa dikelola sehingga pengidapnya bisa hidup sehat dalam waktu panjang. 

Bahkan harapan hidup pengidap HIV kian meningkat setiap tahunnya asalkan orang tersebut meminum obat antiretroviral (ARV) secara berkelanjutan. Melansir dari Medical News Today, sekitar 68 persen orang dewasa dan 53 persen anak-anak yang mengidap HIV di seluruh dunia menerima pengobatan seumur hidup pada tahun 2019.

 Selain mengonsumsi obat ARV, status gizi pengidap HIV juga menjadi peran kunci hidup sehat yang berkelanjutan. Lantas, bagaimana cara meningkatkan status gizi pengidap HIV? Simak penjelasan berikut.


Cara Meningkatkan Status Gizi pada pengidap HIV

Infeksi HIV memang rentan membuat pengidapnya kekurangan gizi akibat infeksi penyakit. Menurut dr. Raffles P Simbolon dalam channel Youtube Halodoc cara meningkatkan status gizi pengidap HIV atau AIDS sebenarnya sama dengan orang sehat pada umumnya.  Raffles mengatakan bahwa pengidap HIV atau AIDS wajib mengatur pola hidup sehat.

Pola hidup sehat yang dianjurkan disini adalah mendapatkan waktu tidur yang cukup minimal 8 jam sehari. Pengidap juga perlu rutin berolahraga minimal dua kali seminggu dan makan secara teratur. Nah, pola makan yang sehat juga menjadi kunci penting untuk meningkatkan status gizi pengidap HIV. 

Pola makan yang dianjurkan mencakup konsumsi makanan tinggi protein, seperti daging ayam daging sapi, telur dan susu. Sayuran juga dianjurkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 

Mitos dan Fakta Seputar HIV 

Selama ini, banyak mitos seputar HIV yang membuat para pengidapnya dikucilkan oleh masyarakat. Sebagian besar mitos yang banyak berseliweran tentang HIV adalah seputar cara penularannya. Banyak orang yang mengira kalau HIV bisa mudah menyebar melalui bersalaman, berpelukan, cium pipi kanan cium pipi kiri. 

Nah, menurut Raffles hal-hal tersebut tidaklah tepat. Faktanya, infeksi HIV hanya bisa menular melalui jarum suntik, cairan vagina atau sperma, ASI atau air ketuban.

Lantas, apakah ibu hamil yang mengidap HIV pasti menularkannya ke janin? masih menurut Raffles, HIV memang bisa ditularkan melalui kehamilan, persalinan dan menyusui. Itu sebabnya ibu hamil yang mengidap HIV perlu berkonsultasi kepada dokter. Dokter umumnya akan merekomendasikan ARV (anti retroviral) kepada ibu hamil saat usia kehamilan mencapai 14 minggu untuk mencegah penularan HIV ke bayi. Selain itu, ibu hamil yang mengidap HIV lebih dianjurkan melakukan persalinan caesar untuk meminimalkan penularan HIV kepada bayinya. 

Nah, risiko penularan HIV paling besar adalah melalui hubungan intim. Pasalnya, hubungan intim bisa meningkatkan risiko lecet pada alat kelamin yang bisa menjadi jalur masuknya HIV. Itu sebabnya, hindari gonta-ganti pasangan seksual untuk mencegah penularan HIV.

Hal lain yang kerap menjadi pertanyaan sebagian besar orang adalah: Apakah infeksi HIV pasti menimbulkan gejala yang parah? Ternyata, infeksi awal HIV jarang sekali menimbulkan gejala, bahkan tidak sama sekali. Gejala biasanya muncul ketika orang tersebut sudah menuju stadium lanjut atau AIDS. Tanda-tanda AIDS di antaranya, batuk dan diare lebih dari satu bulan dan mengalami penurunan berat badan secara drastis.

Apakah HIV/AIDS Bisa Disembuhkan?

Anggapan lain yang banyak beredar dimasyarakat adalah benarkah HIV atau AIDS tidak bisa disembuhkan? Faktanya, HIV atau AIDS memang tidak bisa disembuhkan, tapi kondisi tersebut bisa dikelola dengan baik asalkan pengidapnya mengonsumsi ARV dan obat-obatan lainnya yang diresepkan dokter secara teratur. Mekanisme obat ARV yaitu menghilangkan kemampuan virus untuk mereplikasi diri dan mencegah virus untuk menghancurkan imun pengidap. 

Meski efektif untuk mengelola infeksi HIV, obat ini juga dapat menimbulkan sejumlah efek samping seperti sakit kepala, sakit perut, mual dan muntah, nyeri otot.

Itulah mitos dan fakta seputar HIV atau AIDS yang wajib kamu ketahui. Cegah HIV dengan melakukan hubungan seks yang aman dan hindari penggunaan narkoba dengan jarum suntik secara bergantian. 

Jangan lupa konsumsi vitamin secara rutin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Segera cek kebutuhan vitamin di toko kesehatan Halodoc. Jangan tunggu sampai sakit untuk minum vitamin. Download Halodoc sekarang juga!

This image has an empty alt attribute; its file name is Banner_Web_Artikel-01.jpeg
Referensi :
Medical News Today. Diakses pada 2021. Explaining HIV and AIDS.
National Health Services. Diakses pada 2021. HIV and AIDS.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Early HIV symptoms: What are they?

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan