Halodoc, Jakarta – Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mengalami masalah terkait dengan tingkah laku, gangguan spektrum autisme, keterlambatan perkembangan dan kesulitan dalam proses belajar.

Masalah ini dipicu oleh banyak faktor. Misalnya, genetik atau keturunan, cacat lahir atau kelainan bawaan. Kondisi ini tidak menular. Jadi, berinteraksi dengan pengidap tidak akan membawa dampak negatif bagi siapapun.

Pada periode 2020/2021, tercatat sebanyak 144.621 anak berkebutuhan khusus yang menempuh pendidikan di sekolah luar biasa. Dari kisaran tersebut, terdapat 82.326 yang berada di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).

Sementara 36.884 anak tengah mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Sisanya, 25.411 lainnya merupakan bagian dari sekolah menengah atas (SMA). 

Sekolah Luar Biasa untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Sekolah luar biasa merupakan tempat belajar yang menganut sistem segregasi atau pemisahan antara anak berkebutuhan khusus dan anak umumnya. Tujuannya sama, yakni memperoleh layanan pendidikan.

Jenis sekolah ini menekankan keterampilan hidup kepada anak berkebutuhan khusus sebagai bekal untuk mandiri di masa depan. Oleh karena itu, semua subjek pelajaran yang diberikan ini hanya diajarkan di SLB.

Muatan kurikulum di sekolah luar biasa juga dititikberatkan pada keterampilan vokasional. Ini adalah subjek unggulan di SLB yang berfokus pada pembekalan keterampilan agar dapat hidup mandiri di tengah masyarakat. 

Adapun jenis sekolah luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus, yakni:

1. SLB A

Jenis sekolah ini diperuntukkan bagi anak penyandang gangguan atau hambatan dalam indera penglihatannya. Kondisi ini dikenal dengan istilah tunanetra. Dengan pembelajaran di SLB A, mereka akan memahami keterampilan yang diberikan dari media berupa buku braille dan alat perekam suara.

2. SLB B

Jenis sekolah ini diperuntukkan bagi anak penyandang gangguan atau hambatan dalam indera pendengaran. Kondisi ini dikenal dengan istilah tunarungu. Dengan pembelajaran di SLB B, mereka dapat membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung dengan gerakan tangan. Media lainnya, yakni alat pendengaran atau cochlear implant.

3. SLB C

Jenis sekolah ini diperuntukkan bagi anak penyandang gangguan atau hambatan intelektual atau kemampuan dalam berpikir. Dengan pembelajaran di SLB C, mereka bisa mendapatkan kemampuan beradaptasi melalui bina diri dan sosialisasi. Ilmu ini penting, sebab, anak dengan gangguan tersebut cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.

4. SLB D

Jenis sekolah ini diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh atau tunadaksa. Dengan pembelajaran di SLB D, mereka mampu mengembangkan potensi diri sendiri. Langkah ini bertujuan agar mereka mampu hidup mandiri untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

5. SLB E

Jenis sekolah ini diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam menyelaraskan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi ini dikenal dengan istilah tunalaras. Dengan pembelajaran di SLB E, mereka akan belajar cara mengatur emosi dan mengatasi kesulitan dalam proses bersosialisasi.

6. SLB G

Jenis sekolah ini diperuntukkan bagi anak dengan kombinasi kelainan. Kondisi ini dikenal dengan istilah tunaganda. Dengan pembelajaran di SLB G, mereka bisa menstimulasi perkembangan motorik guna meningkatkan kemandirian.

Selain menemukan sekolah yang cocok orang tua juga perlu membantu meningkatkan kesehatan anak agar mereka tidak mudah jatuh sakit. Caranya dengan mendownload Halodoc dan cek kebutuhan suplemen di Toko Kesehatan pada aplikasi tersebut.

Referensi:

Katadata Media Network. Diakses pada 2022. Pelajar SLB Indonesia Tembus 140 Ribu Siswa.

PMPK Kemdikbud. Diakses pada 2022. JENIS-JENIS SEKOLAH LUAR BIASA.