Kenali Fase Menstruasi yang Dialami Setiap Bulan

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   16 Oktober 2020
Kenali Fase Menstruasi yang Dialami Setiap Bulan Kenali Fase Menstruasi yang Dialami Setiap Bulan

Halodoc, Jakarta – Setiap wanita yang sudah masuk tahap pubertas umumnya akan mengalami menstruasi. Nah, menstruasi adalah sebuah proses alamiah yang terjadi pada tubuh dan ditandai dengan perdarahan pada uterus secara periodik. Wanita pada umumnya mengalami siklus menstruasi selama 28 hari, dengan lama menstruasi sekitar 4 hingga 6 hari. 

Sayangnya, tidak semua wanita tahu apa yang tubuh mereka alami saat mengalami menstruasi. Padahal, dengan memahami fase-fase menstruasi, kamu bisa mendapatkan sejumlah manfaat, seperti memudahkan perencanaan kehamilan dan mengetahui apakah kamu punya siklus menstruasi yang normal atau tidak. 

Baca juga: 7 Tanda Haid Tidak Normal yang Harus Kamu Waspadai

Kenali Fase Menstruasi yang Terjadi Setiap Bulan

Kalau kamu salah satu yang belum mengetahui fase-fase menstruasi, yuk kenali tahapan-tahapannya berikut:

1. Fase Pertama

Fase menstruasi adalah fase pertama dari siklus menstruasi, yakni saat seorang wanita mendapatkan menstruasi. Fase ini dimulai saat telur dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Karena kehamilan belum terjadi, kadar hormon estrogen dan progesteron otomatis menurun. Setelah itu, lapisan rahim yang menebal luruh menjadi gumpalan darah yang dikeluarkan melalui Miss V. Selama menstruasi, kamu akan melepaskan kombinasi darah, lendir, dan jaringan dari rahim.

Selain mengeluarkan darah, kamu juga akan mengalami kram, payudara lembut, perut kembung, perubahan suasana hati, sakit kepala, kelelahan dan nyeri punggung bawah. Sebenarnya, tidak semua wanita akan mengalami semua gejala tersebut, tetapi mereka mungkin akan mengalami beberapa gejala saja. Rata-rata fase menstruasi berlangsung selama 3 hingga 7 hari. Namun, beberapa wanita mengalami periode yang lebih lama. 

2. Fase Kedua

Fase kedua atau fase folikuler dimulai pada hari pertama menstruasi dan berakhir saat kamu mengalami ovulasi. Jadi, fase ini memang bisa tumpang tindih dengan fase menstruasi. Fase folikuler dimulai ketika hipotalamus mengirim sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon perangsang folikel (FSH). Hormon ini merangsang ovarium untuk menghasilkan sekitar 5 hingga 20 kantung kecil yang disebut folikel dan setiap folikel berisi telur yang belum matang.

Hanya telur yang paling sehat yang akhirnya akan matang. Sisa folikel kemudian akan diserap kembali ke dalam tubuh. Folikel yang matang memicu lonjakan estrogen yang menebalkan lapisan rahim untuk menciptakan lingkungan yang kaya nutrisi untuk pertumbuhan embrio. Umumnya, fase folikuler berlangsung selama sekitar 16 hari dan dapat berkisar dari 11 hingga 27 hari, tergantung siklus yang kamu miliki. 

3. Fase Ketiga

Fase ketiga adalah saat terjadinya ovulasi. Ini dimulai dengan peningkatan kadar estrogen selama fase folikuler yang memicu kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon luteinizing (LH). Ovulasi kemudian terjadi saat ovarium melepaskan sel telur yang matang. Sel telur lalu mengalir ke tuba falopi menuju rahim untuk dibuahi oleh sperma. Fase ovulasi adalah satu-satunya waktu selama siklus menstruasi yang memungkinkan kamu untuk hamil. 

Baca juga: Telat Menstruasi Tapi Tidak Hamil? Mungkin Ini Penyebabnya

Adapun gejala-gejala yang menandai fase ovulasi seperti sedikit peningkatan suhu tubuh basal dan keputihan dengan cairan lebih kental yang mirip seperti tekstur putih telur. Ovulasi terjadi sekitar hari ke-14 apabila kamu memiliki siklus 28 hari. Namun, ovulasi hanya berlangsung sekitar 24 jam. Setelah sehari, sel telur akan mati atau larut jika tidak dibuahi.

4. Fase Keempat

Fase keempat adalah fase luteal. Setelah folikel melepaskan telur, folikel berubah menjadi korpus luteum. Struktur ini melepaskan hormon, terutama progesteron dan estrogen. Peningkatan hormon membuat lapisan rahim tebal dan siap untuk sel telur yang telah dibuahi untuk ditanamkan. Jika kamu hamil, tubuh akan memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG). Ini adalah hormon yang bisa terdeteksi melalui tes kehamilan. Hormon HCG membantu menjaga korpus luteum dan membuat lapisan rahim tebal.

Apabila kamu tidak hamil, korpus luteum akan menyusut dan diserap kembali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar estrogen dan progesteron, yang menyebabkan kamu mengalami haid di siklus berikutnya. Bila kamu tidak hamil saat fase ini, kamu mungkin mengalami gejala sindrom pramenstruasi (PMS), seperti kembung, payudara bengkak atau nyeri, perubahan suasana hati, sakit kepala, penambahan berat badan, perubahan hasrat seksual, mengidam makanan dan kesulitan tidur. Fase luteal dapat berlangsung selama 11-17 hari. 

Baca juga: Siklus Menstruasi Tidak Normal, Kapan Harus ke Dokter?

Itulah fase-fase menstruasi yang wajib kamu ketahui. Kalau kamu mau memantau siklus haid dengan cara yang praktis, gunakan saja Period Tracker yang ada di aplikasi Halodoc. Yuk, pantau siklus menstruasimu dengan satu aplikasi! Download sekarang di App Store dan Google Play.



Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Stages of the Menstrual Cycle.
Better Health. Diakses pada 2020. Menstrual cycle.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan