Advertisement

Ketahui Perbedaan Antisosial dan Asosial, Ini Penjelasannya

7 menit
Ditinjau oleh  dr. Budiyanto, MARS   16 Desember 2025

Antisosial dan asosial merupakan perilaku menjauhi kerumunan sosial dengan sedikit perbedaan di antara keduanya.

Ketahui Perbedaan Antisosial dan Asosial, Ini PenjelasannyaKetahui Perbedaan Antisosial dan Asosial, Ini Penjelasannya

DAFTAR ISI


Antisosial dan asosial adalah dua istilah yang sering terucap untuk menggambarkan orang yang tidak suka keluar dan sering berbicara dengan orang lain.

Mereka adalah kelompok yang menikmati kebersamaannya sendiri dalam kenyamanan rumah, selalu sendirian dan tidak keberatan menghabiskan waktu sendirian seringkali memanggilnya agak aneh. 

Menjadi antisosial dan asosial keduanya terkait dengan ketidaksukaan dan menghindari situasi sosial dan berada di masyarakat umum.

Namun, keduanya sebenarnya memiliki arti yang sangat berbeda, seperti yang terlihat pada awalan dari kedua kata tersebut. Dalam konteks psikologi klinis, antisosial dan asosial mempunyai makna yang berbeda. 

Apa itu Antisosial?

Gangguan kepribadian antisosial adalah kondisi kesehatan mental seseorang yang memanipulasi, menyalahgunakan, atau melanggar hak orang lain dalam jangka waktu panjang.

Perilaku ini seringkali bersifat kriminal. Gangguan kepribadian antisosial biasanya tidak terdiagnosis sebelum usia 18 tahun. Namun beberapa gejala dapat muncul pada masa kanak-kanak atau awal masa remaja.

Mengidentifikasi gangguan kepribadian antisosial sejak dini dapat membantu mengatasi segala hal buruk yang terjadi sedini mungkin.

Gangguan kepribadian antisosial sulit untuk diobati, tetapi bagi pada sebagian orang, pengobatan dan tindak lanjut dapat mengupayakannya dengan terapi bicara dan obat-obatan.

Apa itu Asosial?

Asosial merupakan perilaku seseorang yang tidak mampu untuk mengidentifikasi atau berempati dengan orang lain.

Asosial merupakan sesuatu yang inheren dalam kepribadian seseorang. Mereka hidup terisolasi, menarik diri dari masyarakat, dan pada dasarnya tidak mau berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain dengan cara apapun. 

Menjadi asosial adalah sifat, bukan pilihan. Orang yang asosial adalah mereka yang pada umumnya tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain, tetapi itu lebih merupakan bagian dari diri mereka daripada pilihan yang mereka buat.

Orang-orang ini merasa seolah-olah mereka lebih baik sendirian. Perilaku asosial dapat menjadi gejala gangguan kepribadian antisosial (ASPD) dan bahkan psikosis.

Bedanya Antisosial dan Asosial

Perbedaan antisosial dan asosial dapat mengetahuinya melalui beberapa aspek sebagai berikut:

1. Faktor penyebab

Gangguan kepribadian antisosial seringkali tidak jelas penyebabnya. Faktor genetik dan lingkungan seperti kekerasan semasa kanak-kanak dapat menyebabkan perilaku antisosial.

Seseorang yang mempunyai orang tua antisosial atau pecandu alkohol memiliki risiko lebih tinggi. Di sisi lain, laki-laki juga lebih berisiko memiliki sifat antisosial daripada wanita. 

Sedangkan gangguan kepribadian asosial terjadi karena adanya faktor kerentanan genetik dan peristiwa kehidupan tertentu yang mungkin berdampak pada kepribadian seseorang. 

2. Tanda atau ciri

Perilaku antisosial menunjukkan permusuhan aktif terhadap masyarakat, dan dalam beberapa kasus dapat bermanifestasi dalam bentuk gangguan kepribadian.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial cenderung tidak percaya terhadap orang terdekatnya. 

Sedangkan asosial menunjukkan penarikan dengan sikap ketidakpedulian, dari masyarakat. Asosial adalah ciri kepribadian akibat dari kurangnya motivasi untuk terlibat dalam interaksi dan aktivitas sosial, atau preferensi yang kuat untuk aktivitas menyendiri. 

3. Tindakan perilaku

Asosialitas juga merupakan istilah dalam dunia kesehatan mental klinis, karena kadangkala dapat bermanifestasi menjadi gejala skizofrenia, gangguan kepribadian menghindar, atau gangguan spektrum autisme.

Namun bagi seseorang yang menunjukkan asosialitas, psikolog sering menggunakan istilah non-sosial, tidak sosial, dan tidak tertarik secara sosial, tapi bukan antisosial.

Seseorang antisosial belum tentu asosial. Meskipun antisosial dapat menunjukkan pada sifat asosial, namun antisosial juga dapat menjadi orang yang cerdas, menawan, dan menyenangkan untuk diajak bergaul.

Nyatanya, mereka bisa sangat menyanjung, tetapi bisa juga manipulatif. Ditambah dengan antagonisme terhadap tatanan sosial, seseorang antisosial biasanya menunjukkan kurangnya empati. Sebaliknya, orang yang asosial tidak mau bersosialisasi.

4. Dampak

Perilaku antisosial adalah gejala utama gangguan kepribadian antisosial (ASPD), yang umumnya terkenal sebagai sosiopatik.

Sedangkan perilaku asosial dapat menjadi gejala autisme, skizofrenia, atau depresi kronis, meskipun biasanya lebih merupakan ciri kepribadian.

Penting untuk memahami perbedaan antara perilaku antisosial dan asosial. Orang antisosial mungkin pemalu atau memiliki kecemasan sosial, sedangkan orang asosial acuh tak acuh terhadap interaksi sosial.

Tidak ada yang buruk dan tidak ada yang salah maupun benar. Namun, memahami perbedaannya dapat membantu kamu merangkai interaksi dengan orang lain dengan cara yang lebih positif.

Gejala Gangguan Kepribadian Antisosial

Seseorang dengan gangguan kepribadian anti sosial umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Tidak peduli dengan benar dan salah.
  • Terus-menerus berbohong atau menipu orang lain.
  • Bersikap dingin dan sinis, serta tidak menghormati orang lain.
  • Menggunakan pesona atau kecerdasan untuk memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi atau kesenangan.
  • Memiliki masalah dengan hukum, termasuk perilaku kriminal.
  • Bersikap agresif, melakukan kekerasan, dan impulsif.
  • Tidak menunjukkan penyesalan atas tindakan mereka.
  • Tidak belajar dari pengalaman negatif.
  • Seringkali kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang stabil.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diagnosis gangguan kepribadian memerlukan evaluasi komprehensif oleh profesional kesehatan mental.

Gejala-gejala ini harus menyebabkan gangguan signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya dalam kehidupan individu.

Penyebab Gangguan Kepribadian Antisosial

Penyebab pasti dari gangguan kepribadian anti sosial belum diketahui secara pasti, tetapi kombinasi faktor genetik dan lingkungan diduga berperan dalam perkembangannya.

  • Faktor genetik: Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan riwayat keluarga gangguan kepribadian anti sosial lebih mungkin mengembangkan kondisi tersebut.
  • Faktor lingkungan: Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak, seperti pelecehan fisik atau emosional, penelantaran, atau tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil, dapat meningkatkan risiko pengembangan ASPD.
  • Perkembangan otak: Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa orang dengan ASPD mungkin memiliki perbedaan dalam struktur dan fungsi otak, terutama di area yang mengatur emosi dan pengendalian impuls.

Sebuah studi dalam Journal of Abnormal Psychology menemukan bahwa individu dengan ASPD menunjukkan aktivitas yang berkurang di amigdala, bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan emosi, terutama rasa takut dan empati.

Diagnosis Gangguan Kepribadian Antisosial

Diagnosis gangguan kepribadian anti sosial melibatkan evaluasi psikologis komprehensif oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater.

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang meliputi:

  • Pola perilaku yang menetap sejak usia 15 tahun, yang ditandai dengan pelanggaran hak orang lain.
  • Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial dan hukum.
  • Kebohongan dan manipulasi yang berulang.
  • Impulsivitas dan kegagalan untuk merencanakan masa depan.
  • Agresivitas dan mudah marah.
  • Kurangnya penyesalan atau rasa bersalah.

Penting untuk dicatat bahwa diagnosis ASPD tidak dapat ditegakkan pada individu di bawah usia 18 tahun.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Antisosial

Pengobatan gangguan kepribadian anti sosial seringkali sulit karena individu dengan kondisi ini jarang mencari bantuan sendiri dan mungkin tidak termotivasi untuk berubah.

Namun, beberapa jenis terapi dan pengobatan dapat membantu mengelola gejala dan mengurangi risiko perilaku anti sosial.

  • Psikoterapi: Terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi dialektika perilaku (DBT) dapat membantu individu dengan ASPD untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang maladaptif.
  • Obat-obatan: Tidak ada obat khusus untuk mengobati ASPD, tetapi beberapa obat dapat digunakan untuk mengatasi gejala yang terkait, seperti depresi, kecemasan, atau agresi.
  • Manajemen kemarahan: Teknik manajemen kemarahan dapat membantu individu dengan ASPD untuk mengendalikan impuls dan mengurangi perilaku agresif.

Peran keluarga dan dukungan sosial juga sangat penting dalam proses pemulihan.

Keterlibatan keluarga dalam terapi dapat membantu meningkatkan pemahaman dan dukungan terhadap individu dengan ASPD.

Komplikasi Gangguan Kepribadian Antisosial

Gangguan kepribadian anti sosial dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik bagi individu yang mengidapnya maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.

Beberapa komplikasi yang mungkin timbul meliputi:

  • Masalah hukum dan kriminalitas.
  • Penyalahgunaan zat adiktif.
  • Masalah hubungan interpersonal.
  • Kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan.
  • Peningkatan risiko bunuh diri.
  • Kekerasan dan perilaku agresif terhadap orang lain.

Oleh karena itu, penting untuk mencari pengobatan sedini mungkin untuk mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup individu dengan ASPD.

Pencegahan Gangguan Kepribadian Antisosial

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan kepribadian anti sosial, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko perkembangannya, terutama pada anak-anak dan remaja yang berisiko:

  • Intervensi dini: Identifikasi dan intervensi dini terhadap anak-anak dengan masalah perilaku atau emosional dapat membantu mencegah perkembangan ASPD di kemudian hari.
  • Lingkungan yang mendukung: Menciptakan lingkungan keluarga dan sosial yang stabil, penuh kasih sayang, dan mendukung dapat membantu mengurangi risiko pengembangan ASPD.
  • Pendidikan orang tua: Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada orang tua tentang cara membesarkan anak secara positif dan efektif dapat membantu mencegah masalah perilaku di masa depan.
  • Program pencegahan kekerasan: Mengimplementasikan program pencegahan kekerasan di sekolah dan masyarakat dapat membantu mengurangi paparan anak-anak terhadap kekerasan dan trauma.

Selain itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gangguan kepribadian anti sosial dan mengurangi stigma yang terkait dengannya.

Hal ini dapat mendorong individu yang berisiko atau mengalami gejala untuk mencari bantuan lebih awal.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika seseorang menunjukkan gejala-gejala gangguan kepribadian anti sosial yang signifikan dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, penting untuk mencari bantuan profesional.

Konsultasi dengan psikolog atau psikiater dapat membantu dalam diagnosis dan penanganan yang tepat.

Selain itu, jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian anti sosial atau mengalami pengalaman traumatis di masa kanak-kanak, penting untuk melakukan skrining dan evaluasi secara berkala.

Jangan ragu untuk mencari bantuan jika merasa khawatir tentang diri sendiri atau orang yang dikenal.

Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membuat perbedaan besar dalam hasil jangka panjang.

Jika kamu ingin berkonsultasi lebih lanjut, kamu dapat menghubungi dokter melalui Halodoc. Jadi tunggu apalagi, yuk, langsung saja unduh aplikasi Halodoc dari App Store atau Play Store smartphone kamu.

Referensi:
Choosing Therapy. Diakses pada 2025. Asocial vs. Antisocial Behavior: Understanding the Differences
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Antisocial personality disorder
Mental Health.gov. Diakses pada 2025. Antisocial Personality Disorder
Owlcation. Diakses pada 2025. A Guide to Understanding Asocial Introverts
The Swaddle. Diakses pada 2025. The Difference Between ‘Asocial’ and ‘Antisocial’
The List. Diakses pada 2025. Asocial Vs. Antisocial: What’s The Difference?