Mengenal Penyebab dan Faktor Risiko Marasmus pada Anak

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   07 Desember 2022

“Malnutrisi pada anak bisa berujung pada berbagai masalah kesehatan kronis. salah satunya adalah marasmus. Kondisi ini terjadi karena kurang asupan nutrisi, masalah makan, dan lebih berisiko terjadi pada anak-anak yang tinggal di daerah dengan tingkat kelaparan tinggi.”

Mengenal Penyebab dan Faktor Risiko Marasmus pada AnakMengenal Penyebab dan Faktor Risiko Marasmus pada Anak

Halodoc, Jakarta – Sering dianggap sama, nyatanya marasmus berbeda dengan malnutrisi. Studi dalam jurnal Hindawi menyebutkan, marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori yang lebih parah.

Gangguan kesehatan ini muncul dengan gejala berupa kurangnya cairan dan kalori tubuh, serta cadangan lemak yang menipis. Akibatnya, otot pada tubuh akan mengecil. 

Saat tubuh mengalami defisiensi kalori, hal ini akan berdampak pada perlambatan bahkan berhentinya fungsi tubuh. Jika terjadi pada waktu yang lama tanpa penanganan, kondisi ini akan berujung pada malnutrisi parah atau penyakit marasmus

Penyebab Marasmus

Marasmus merupakan gangguan kesehatan yang rentan terjadi penduduk yang tinggal di negara berkembang, baik usia dewasa maupun anak. Khusus pada anak, terutama balita, marasmus lebih rentan terjadi dengan tingkat keparahan yang cenderung lebih tinggi. 

Kurangnya asupan kalori dan protein juga bisa mengakibatkan kwashiorkor yang menjadi komplikasi dari marasmus yang tidak mendapat penanganan.

Kwashiorkor lebih rentan terjadi pada anak yang menyebabkan munculnya berbagai masalah tumbuh kembang, paling utama adalah stunting

Marasmus sendiri bisa terjadi karena banyak faktor, antara lain: 

1. Kurang asupan kalori

Tubuh yang mengalami kekurangan asupan kalori menjadi penyebab utama marasmus. Kurangnya asupan kalori sudah pasti memiliki pengaruh pada defisiensi nutrisi lainnya. 

Tubuh memerlukan asupan seperti zat besi, vitamin A, zinc, yodium, dan karbohidrat untuk mendukung tumbuh kembangnya. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan akses masyarakat terhadap pemenuhan makanan. 

Umumnya, kurangnya asupan protein dan energi pada makanan terjadi secara bersamaan. Kondisi ini juga memiliki kaitan dengan kurangnya asupan mineral dan vitamin. 

Jika anak mengalami kondisi marasmus parah, mereka dapat mengalami komplikasi gizi buruk kwashiorkor marasmik. 

2. Masalah makan

Tak hanya kekurangan nutrisi, masalah makan seperti anoreksia nervosa juga dapat menjadi penyebab anak mengalami marasmus. Ini adalah kondisi menyimpang yang berhubungan dengan proses makan. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan asupan gizi sesuai kebutuhan. 

Selain anoreksia, masalah makan lain yang memicu marasmus yaitu pica. Kondisi ini mengacu pada seseorang yang memakan apa saja selain makanan, misalnya pasir, kertas, dan lainnya. 

Pica menjadi suatu kelainan makan yang berbahaya. Sebab, dokter tentunya tidak dapat melihat apakah anak-anak ternyata mengonsumsi benda yang sebenarnya bukan untuk dimakan. 

Masalah makan bisa berujung pada marasmus apabila muncul pada waktu sekitar satu bulan pada anak yang usianya sudah lebih dari 24 bulan. 

3. Kondisi kesehatan

Kondisi anak ketika sedang menjalani perawatan atau mengidap infeksi seperti TBC atau sifilis, membuat mereka memerlukan asupan gizi yang pas dan porsi yang cukup banyak. 

Apabila orang tua tidak dapat memenuhi asupan gizi anak, hal ini dapat berujung pada defisiensi nutrisi. Tak hanya itu, rendahnya edukasi yang berkaitan dengan kebutuhan gizi balita pada orang tua juga berperan dalam marasmus pada anak. 

Inilah yang menyebabkan gangguan kesehatan dan tumbuh kembang anak. Contohnya, minimnya edukasi bagi orang tua seputar pentingnya memberikan ASI eksklusif, dan makanan adekuat mulai dari usia 6 bulan untuk bayi cukup ASI. 

4. Kelainan bawaan

Penyebab marasmus lainnya adalah kondisi kelainan bawaan atau faktor genetik. Misalnya, anak memiliki kondisi penyakit jantung kongenital yang berpengaruh pada pola makannya. 

Kondisi ini bisa memicu ketidakseimbangan asupan gizi yang mengarah pada malnutrisi. Alhasil, proses penyerapan nutrisi pada tubuh anak pun menjadi lebih sulit. 

Apa Saja Faktor Risiko Marasmus?

Masyarakat yang tinggal di negara berkembang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami marasmus. Anak-anak yang hidup pada wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi juga memiliki risiko mengalami marasmus yang sama tingginya. Tak hanya itu, berbagai faktor lain yang turut meningkatkan risiko marasmus, yaitu: 

  • Ibu mengalami kekurangan gizi sehingga produksi ASI tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sang buah hati.
  • Mengalami infeksi parasit, bakteri, dan virus.
  • Mendiami wilayah dengan tingkat penyakit dan kelaparan tinggi. 
  • Perawatan penunjang medis yang tidak mencukupi.

Marasmus menjadi hasil akumulasi dari asupan nutrisi seperti kalori dan protein yang tidak mencukupi. Kemiskinan ternyata menjadi salah satu faktor penyebab yang paling utama.

Oleh karena itu, guna mencegah terjadinya marasmus pada anak, orang tua wajib memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya, terutama kalori dan protein. Selain itu, berikan vitamin penunjang apabila memang perlu. Cek semua kebutuhan medis, termasuk vitamin melalui Halodoc. Ibu hanya perlu download Halodoc melalui App Store atau Play Store. 

Referensi:
Hindawi. Diakses pada 2022. Acute Liver Injury with Severe Coagulopathy in Marasmus Caused by a Somatic Delusional Disorder.
Unicef. Diakses pada 2022. Malnutrition.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan