Advertisement

Mitos atau Fakta, Gula Batu Lebih Sehat dari Gula Pasir

5 menit
Ditinjau oleh  dr. Budiyanto, MARS   22 Desember 2025

Gula batu umum digunakan karena dipercaya lebih menyehatkan ketimbang gula pasir.

Mitos atau Fakta, Gula Batu Lebih Sehat dari Gula PasirMitos atau Fakta, Gula Batu Lebih Sehat dari Gula Pasir

DAFTAR ISI


Gula digunakan sebagai pemberi rasa manis pada hidangan. Pemanis buatan ini ditambahkan makanan penutup seperti cake atau es krim. Ada dua jenis gula yang umum pakai yaitu gula batu dan gula pasir.

Gula batu lebih umum digunakan ketimbang gula pasir karena dinilai lebih menyehatkan. Namun, belum ada bukti ilmiah yang memastikan anggapan tersebut. Perbedaan sukrosa dari keduanya juga cukup rendah.

Apakah Gula Batu Lebih Sehat dari Gula Pasir?

Banyak orang beralih menggunakan gula batu karena dianggap sebagai alternatif yang lebih “alami” dan rendah kalori dibandingkan gula pasir. Namun, jika dilihat dari kacamata medis, jawabannya tidak sesederhana itu.

Secara fundamental, gula batu dan gula pasir berasal dari sumber yang sama, yaitu nira tebu atau bit gula, sehingga keduanya mengandung sukrosa dalam jumlah yang tinggi. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Kandungan kalori dan sukrosa

Secara struktur kimia, gula batu sebenarnya adalah gula pasir yang dikristalisasi kembali melalui proses pemanasan dan pendinginan.

Kalori yang terkandung di dalamnya hampir identik. Gula pasir mengandung sekitar 4 kalori per gram, begitu pula dengan gula batu.

Jadi, mengganti gula pasir dengan gula batu dalam jumlah yang sama tidak akan secara signifikan mengurangi asupan kalori kamu.

2. Indeks glikemik (IG)

Keduanya memiliki indeks glikemik yang relatif tinggi. Artinya, baik gula batu maupun gula pasir dapat memicu lonjakan kadar glukosa dalam darah dengan kecepatan yang hampir serupa.

Hal ini penting diperhatikan, terutama jika kamu memiliki riwayat diabetes atau resistensi insulin.

3. Tingkat kemanisan

Menariknya, gula batu sering kali terasa “kurang manis” dibandingkan gula pasir. Hal ini disebabkan oleh ukuran kristalnya yang besar sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk larut di lidah.

Bahayanya, karena merasa kurang manis, kamu mungkin cenderung menambahkan lebih banyak gula batu ke dalam minuman, yang justru meningkatkan asupan gula harian secara tanpa sadar.

4. Proses pemurnian

Gula batu sering dianggap lebih sehat karena minimnya proses pemutihan (bleaching) dibandingkan gula pasir putih yang halus.

Namun, dari sisi metabolisme tubuh, cara sel-sel kita memproses sukrosa di dalamnya tetaplah sama.

Gula Batu Lebih Sehat dari Gula Pasir adalah Mitos

Gula batu diolah melalui proses kristalisasi. Ini merupakan perubahan wujud zat cair menjadi padat. Perlu diketahui bahwa proses tersebut hanya mengubah bentuk saja, tidak dengan seluruh kandungan gizi di dalamnya.

Baik gula batu atau gula pasir, keduanya terbuat dari sukrosa. Selisih sukrosa dari kedua jenis gula tersebut hanya 0.21 persen. Di samping itu, proses kristalisasi membuat gula batu mengandung lebih banyak air. 

Dalam 100 gram gula batu mengandung 99.70 gram karbohidrat. Sedangkan gula pasir, di dalamnya terkandung 99.98 gram karbohidrat. Melihat selisih yang tidak jauh beda, itu membuktikan jika gula batu tidak lebih sehat dari gula pasir.

Mengonsumsi gula apapun dalam jumlah yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Batas asupan yang aman adalah 50 gram sehari atau setara dengan empat sendok makan.

Jadi, sebaiknya konsumsi di bawah batas aman yang telah ditetapkan, ya! Lebih baik lagi jika kamu hanya mengonsumsi 25 gram sehari atau setara dengan dua sendok makan.

Dampak Konsumsi Gula Berlebihan

Tingginya kadar gula dalam tubuh menyebabkan penurunan metabolisme hati dan akumulasi lemak. Ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang berdampak pada beberapa kondisi berikut:

1. Kenaikan Berat Badan

Gula menjadi penyebab utama kenaikan berat badan seseorang. Mengonsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan rasa lapar dan hasrat untuk makan. 

Selain itu, gula dapat menyebabkan resistensi leptin. Ini merupakan hormon yang mengatur rasa lapar dan memberi sinyal tubuh untuk berhenti makan.

2. Risiko Penyakit Jantung

Gula dapat memicu obesitas, peradangan, dan peningkatan kadar lemak dalam tubuh. Ini dapat berujung pada peningkatan risiko penyakit jantung.

Mengonsumsi terlalu banyak gula juga dikaitkan dengan aterosklerosis. Ini adalah penyakit yang ditandai dengan penumpukan lemak pada pembuluh arteri jantung.

4. Risiko Diabetes Tipe 2

Mengonsumsi gula dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Ini menyebabkan resistensi terhadap insulin, hormon yang diproduksi pankreas untuk mengatur kadar gula darah.

4. Risiko Kanker

Konsumsi gula dalam jumlah berlebihan meningkatkan risiko terkena jenis kanker tertentu. Penelitian dalam jurnal Sugars in diet and risk of cancer in the NIH-AARP Diet and Health Study menyebutkan, gula berlebihan dikaitkan dengan peningkatkan risiko kanker kerongkongan, kanker pleura, dan kanker usus kecil.

5. Risiko Depresi

Mengonsumsi banyak makanan olahan dan makanan serta minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Penelitian ini tertuang dalam jurnal Sweetened beverages, coffee, and tea and depression risk among older US adults.

Itulah perbedaan antara gula batu dan gula pasir, serta dampak konsumsi gula berlebihan bagi kesehatan tubuh. Sudah bisa dipastikan jika terlalu banyak gula memiliki banyak dampak kesehatan bagi tubuh.

Jika punya pertanyaan lebih lanjut mengenai asupan gula sesuai kondisi tubuhmu, jangan ragu menghubungi dokter spesialis gizi di Halodoc.

Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
Nourish by WebMD. Diakses pada 2025. Rock Sugar: Are There Health Benefits?
Health Harvard. Diakses pada 2025. Too much added sugar can be one of the greatest threats to cardiovascular disease. Here’s how to curb your sweet habit.
Healthline. Diakses pada 2025. 11 Reasons Why Too Much Sugar Is Bad for You.
Int J Cancer. Diakses pada 2025. Sugars in diet and risk of cancer in the NIH-AARP Diet and Health Study.
PLoS One. 2014. Diakses pada 2025. Sweetened beverages, coffee, and tea and depression risk among older US adults.