Mitos dan Fakta Seputar Gangguan Kepribadian Paranoid

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   11 September 2020
Mitos dan Fakta Seputar Gangguan Kepribadian Paranoid Mitos dan Fakta Seputar Gangguan Kepribadian Paranoid

Halodoc, Jakarta - Gangguan kepribadian paranoid atau paranoid personality disorder (PPD) identik dengan gangguan paranoia yang cukup ekstrem. Paranoia sendiri adalah ketakutan atau kecemasan yang intens bahwa orang lain akan melakukan hal yang membahayakan atau berniat menyakiti. Banyak orang pernah memiliki pikiran paranoid di beberapa titik dalam hidup mereka. Namun, bagi pengidap kepribadian paranoid, paranoia ini akan terus mereka alami. 

Sayangnya, sejauh ini juga cukup banyak mitos yang keliru mengenai orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Padahal, dengan mengetahui informasi yang tepat mengenai gangguan mental ini, pengidapnya bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Lantas, apa saja mitos-mitos yang salah mengenai gangguan kepribadian paranoid? Mari simak ulasannya berikut! 

Baca juga: Bisakah Sering Takut Gagal Dianggap Sebagai Paranoid?

Mitos # 1: Gangguan Kepribadian Paranoid Memiliki Keyakinan, Nilai, dan Sikap yang Salah 

Fakta: Gangguan kepribadian paranoid menitikberatkan pada rasa takut

Gangguan kepribadian paranoid tidak terdiri dari keyakinan, nilai, dan sikap yang salah karena ini adalah karakteristik dari skizofrenia. Orang dengan PPD hidup dengan ketakutan terus-menerus bahwa orang lain berencana untuk menyakiti atau mengancam mereka. Gangguan kepribadian paranoid juga mencakup gejala berikut:

  • Selalu menyalahkan atau menuding orang lain.
  • Sangat privasi. 
  • Tegang, atau tidak bisa bersantai.
  • Menahan dendam.
  • Hipersensitif terhadap kritik.
  • Salah menafsirkan interaksi sosial.
  • Tidak mempercayai orang lain.
  • Prasangka dan xenofobia.
  • Mencurigai kekasih sendiri.
  • Selalu merasa dirinya paling benar. 

Mitos # 2: Halusinasi adalah Gejala Gangguan Kepribadian Paranoid

Fakta: Halusinasi adalah gejala skizofrenia.

Halusinasi adalah persepsi tentang hal-hal yang tidak ada. Halusinasi lebih dari sekedar melihat sesuatu atau mendengar suara. Mereka bisa melibatkan indra apa pun. Halusinasi adalah salah satu perbedaan antara gangguan kepribadian paranoid dan skizofrenia. Skizofrenia melibatkan pikiran, perilaku, emosi, rasa diri, bahasa, dan persepsi yang salah. Meski individu dengan kedua gangguan tersebut mengalami kesepian dan isolasi, pengidap PPD tidak memiliki persepsi yang menyimpang. 

Baca juga: Benarkah Gangguan Kepribadian Paranoid Dipengaruhi Genetik?

Mitos # 3: Orang dengan Gangguan Kepribadian Paranoid Canggung saat Bergaul 

Fakta: Orang dengan PPD mengalami masalah dengan hubungan karena mereka tidak mempercayai orang lain.

Seseorang dengan PPD lebih dari sekadar canggung secara sosial. Hubungan akan sulit bagi orang dengan gangguan kepribadian paranoid karena paranoia mereka. Orang dengan PPD seringkali sangat curiga. Mereka juga sulit memercayai, dan memercayai hal terburuk dari orang lain. Hal ini menyebabkan pengidap PPD menjadi menarik diri atau terisolasi.

Mitos # 4: Gangguan Kepribadian Paranoid Memiliki Penyebab Pasti

Fakta: Kami tidak tahu apa penyebab gangguan kepribadian paranoid.

Penyebab pasti gangguan kepribadian paranoid masih belum diketahui. Kepribadian seseorang terdiri dari pikiran, perasaan, dan perilaku yang khas. Ini berkembang selama masa kanak-kanak dan dibentuk oleh genetika dan lingkungan tempat mereka dibesarkan. 

Para ilmuwan menduga bahwa susunan genetik seseorang dapat membuat mereka lebih mungkin untuk mengembangkan kelainan kepribadian. Kemudian lingkungan masa kecil mereka, atau apa yang terjadi pada mereka sebagai seorang anak, memengaruhi apakah mereka benar-benar mengembangkan gangguan kepribadian. Tidak diketahui keadaan mana yang memicu perkembangan PPD. Para ilmuwan menduga bahwa trauma emosional atau fisik selama masa kanak-kanak adalah penyebabnya.

Mitos # 5: Gangguan Kepribadian Paranoid Mudah Diobati

Fakta: Sayangnya, gangguan kepribadian paranoid sulit diobati.

Perawatan yang efektif untuk PPD melibatkan pengobatan dan terapi yang konsisten. Perawatan gangguan kepribadian paranoid meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif.
  • Psikoterapi.
  • Terapi keluarga.
  • Terapi individu.
  • Kelompok terapi.
  • Pemberian obat-obatan.

Sayangnya, ketidakpercayaan merupakan penghalang utama bagi terapis dan penyedia perawatan medis untuk bisa memberikan tindakan perawatan yang tepat. Pengidap PPD khawatir bahwa para profesional mencoba menyakiti mereka. Jadi, para pasien ini menolak bekerja sama dengan dokter mereka. Mereka juga curiga bahwa obat-obatan diresepkan untuk melukai mereka. Jadi, sulit untuk membuat pasien ini meminum obat mereka secara konsisten. 

Baca juga: Cara Efektif Untuk Mencegah Gangguan Paranoid

Itulah beberapa mitos dan fakta mengenai gangguan kepribadian paranoid yang perlu dipahami. Jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait gangguan mental ini, jangan ragu untuk bertanya pada dokter atau psikolog di aplikasi Halodoc. Dokter dan psikolog akan memberikan penjelasan mendalam mengenai penyakit ini atau gangguan mental lainnya. Cukup gunakan smartphone-mu, dan nikmati kemudahan bicara dengan tenaga medis profesional di Halodoc, kapan dan di mana saja!

Referensi:
The Recovery Village. Diakses pada 2020. Myths About Paranoid Personality Disorder.
White Swan Foundation. Diakses pada 2020. Personality Disorders: Myths and Facts.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan