
Halodoc, Jakarta - Batuk adalah salah satu keluhan kesehatan yang amat umum terjadi. Hampir tiap orang pernah mengalami batuk-batuk, paling tidak sekali dalam hidupnya. Sebenarnya, batuk adalah respon alami tubuh sebagai sistem pertahan, untuk mengeluarkan zat atau partikel di dalam saluran pernapasan. Tujuannya untuk mencegah benda asing masuk ke saluran napas bawah.
Batuk yang terjadi sesekali sebenarnya terbilang normal. Namun, bila batuk tak kunjung membaik, atau semakin menjadi-jadi di waktu tertentu (misalnya malam hari), kamu perlu harap-harap cemas. Pasalnya, bisa saja kondisi tersebut menandai adanya masalah kesehatan yang lebih serius.
Nah, menyoal batuk ini, terdapat beberapa mitos seputar batuk yang beredar di masyarakat, atau mungkin di sekitarmu. Ingat, namanya juga mitos, jadi tak perlu dipercaya karena tidak terbukti kebenarannya. Apa saja mitosnya? Berikut beberapa mitos seputar batuk yang perlu diketahui.
Baca juga: 3 Tips Memilih Obat Batuk Berdasarkan Jenisnya
1.Antibiotik Jitu Atasi Batuk
Mitos seputar batuk yang sering beredar seringkali berkaitan dengan penggunaan antibiotik. Katanya antibiotik benar-benar cespleng untuk mengatasi batuk. Oleh sebab itu, sebagian orang tidak sungkan untuk meminta dokter meresepkan antibiotik ketika mereka mengalami batuk-batuk. Padahal, antibiotik bukan obat yang benar-benar jitu untuk mengatasi batuk. Apa alasannya?
Faktanya, batuk bisa disebabkan oleh berbagai hal salah satunya infeksi virus. Nah, dalam kasus ini antibiotik tidak akan memberikan hasil yang optimal untuk mengobati batuk. Alasannya, antibiotik adalah obat yang hanya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
2.Batuk yang Tak Membaik Disebabkan Tuberkulosis
Batuk berkepanjangan memang menjadi salah satu gejala dari tuberkulosis (TB). Namun, batuk bukan satu-satunya gejala yang umumnya dikeluhkan pengidap TB.
Masih banyak penyakit lainnya yang bisa membuat batuk berlangsung lama dan tidak kunjung membaik. Contohnya bronkitis, alergi, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga kanker paru.
Nah, untuk memastikan penyebab utama batuk berkepanjangan, cobalah temui dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Nantinya dokter melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menegakkan diagnosisnya.
Kamu bisa kok memeriksakan diri ke rumah sakit pilihan. Sebelumnya, buat janji dengan dokter di aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit.
Baca juga: Pengidap TBC Berisiko Terkena Batuk Kronis, Ini Alasannya
3.Semua Batuk Gegara Infeksi
Mitos seputar batuk lainnya berkaitan dengan infeksi. Masih banyak awam yang mempercayai kalau batuk selalu disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Faktanya, batuk tidak melulu disebabkan oleh serangan virus atau bakteri. Singkat kata, ada banyak alasan yang bisa membuat seseorang mengalami batuk.
Salah satu contohnya adalah gastroesophageal reflux disease (GERD) atau penyakit asam lambung. GERD menimbulkan rasa terbakar di dada akibat asam lambung naik ke kerongkongan. Nah, salah satu gejala GERD adalah batuk kronis tanpa dahak, yang umumnya terjadi di malam hari.
4.Batuk Kering dan COVID-19
Batuk kering yang terjadi di pandemi COVID-19 memang harus selalu diwaspadai. Pasalnya, kondisi ini bisa saja menandai adanya infeksi SARS-CoV-2 dalam tubuh. Hal yang perlu digaris bawahi, gejala COVID-19 bukan batuk kering saja, masih terdapat gejala lainnya yang bisa dialami pengidapnya.
Tak hanya itu saja, untuk mendiagnosis seseorang positif COVID-19 atau tidak, tak cukup hanya dengan memperhatikan gejalanya saja. Untuk mendiagnosis COVID-19 diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti tes reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).
Nah, berikut beberapa gejala COVID-19 menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19):
- Demam (87,9 persen);
- Batuk kering (67,7 persen);
- Kelelahan (38 persen);
- Produksi dahak (33,4 persen);
- Sesak napas (18,6 persen);
- Sakit tenggorokan ( 13,9 persen);
- Sakit kepala (13,6 persen);
- Hidung tersumbat (4,8 persen).
Baca juga: Musim Pancaroba, Waspada Batuk Berdahak Menyerang
5.Kehujanan dan Udara Dingin Sebabkan Batuk dan Pilek
Mitos seputar batuk lainnya berkaitan dengan hujan dan udara dingin. Banyak awam yang masih percaya kalau kehujanan dan udara dingin dapat menyebabkan batuk dan pilek. Faktanya, batuk pilek akibat kehujanan atau udara dingin ini hanya dialami oleh mereka yang mengidap alergi, atau sensitif terhadap kondisi tersebut.
Dengan kata lain, bila dirimu tidak alergi dan sensitif terhadap suhu dingin, tapi tetap mengalami batuk, bisa saja hal tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Jadi, bukannya disebabkan oleh suhu atau kehujanan.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?