Penjelasan Psikologi Mengenai Sindrom Anak Tunggal

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   04 Maret 2021
Penjelasan Psikologi Mengenai Sindrom Anak Tunggal Penjelasan Psikologi Mengenai Sindrom Anak Tunggal

Halodoc, Jakarta - Apakah ayah dan ibu memiliki anak tunggal? Anak tunggal sering dicap manja, sulit berbagi, dan sulit bersosialisasi dengan anak lain. Di sisi lain, anak manja juga dianggap anak yang tumbuh dengan kesepian. Kondisi seperti itu juga sering disebut sindrom anak tunggal.

Stigma yang paling umum dari anak tunggal bahwa ‘sindrom anak tunggal’ membuat Si Kecil manja, suka memerintah, kesepian, egois dan tidak bisa berbaur secara sosial. Jika ibu penasaran lebih jauh mengenai sindrom anak tunggal, simak penjelasan berikut ini. 

Baca Juga: Mengenal RIE Parenting, Pola Asuh Anak Kekinian

Apa Itu Sindrom Anak Tunggal?

Banyak orang yang familiar dengan stereotip ‘sindrom anak tunggal’. Mungkin ayah dan ibu juga pernah menggunakannya selama memiliki anak tunggal. Akan tetapi, sebenarnya teori ‘sindrom anak tunggal’ tidak selalu ada. Pada dasarnya, anak-anak tanpa saudara kandung memiliki sifat perilaku negatif. 

Perlu diketahui, menjadi anak tunggal adalah masalah itu sendiri. Pada dasarnya, anak-anak anak lebih baik jika ada saudara kandung. Teori ‘sindrom anak tunggal’ meyakini bahwa anak tunggal yang dimanja karena terbiasa mendapatkan apapun yang diinginkan dari orang tua, termasuk perhatian yang tidak terbagi. Hal ini yang menyebabkan anak tumbuh menjadi individu yang egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan kebutuhannya sendiri. 

Selain itu, kurangnya atau tidak adanya interaksi dengan saudara kandung menyebabkan rasa kesepian dan kecenderungan antisosial. Efek ini bisa terbawa sampai dewasa, di mana seseorang mengalami kesulitan bergaul dengan rekan kerja, hipersensitivitas terhadap kritik saat menjadi lebih tua, dan memiliki keterampilan sosial yang buruk. 

Di sisi lain, menjadi anak tunggal tidak selalu membuatnya berbeda dari teman sebaya dengan saudara kandung. Tidak adanya saudara kandung tidak membuat seorang anak menjadi egois atau antisosial. Hal ini kembali lagi tentang bagaimana ayah dan ibu sebagai orangtua yang mengasuh dan membesarkan anak satu-satunya. 

Baca juga: Jangan Disamakan, Ini Beda Pola Asuh pada Balita dan Remaja

Sindrom Anak Tunggal Mungkin Hanya Mitos

Banyak psikolog yang setuju bahwa sindrom anak tunggal mungkin hanya mitos. Jika ada seorang anak tunggal yang memiliki karakter antisosial atau egois, itu mungkin karena ia terisolasi di dalam rumah atau jarang diajak bergaul oleh orangtuanya. 

Anak-anak dalam budaya perkotaan dan pinggiran kota saat ini, memiliki banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain, secara praktis sejak lahir. Misalnya di penitipan anak, di taman bermain, di sekolah, selama kegiatan ekstrakurikuler, bahkan secara online. 

Banyak faktor berbeda yang membantu pembentukan karakter anak. Nyatanya, beberapa anak secara alami memiliki sifat pemalu, tertutup, dan lebih suka menyendiri. Anak akan tetap seperti ini terlepas dari apakah mereka memiliki saudara kandung atau tidak, dan ini tentu tidak apa-apa. 

Tampaknya, setiap kali seorang anak tunggal menunjukkan jenis perilaku negatif apa pun, banyak orang yang mengaitkannya dengan sindrom anak tunggal. Padahal, perilaku negatif tersebut bisa terjadi pada anak dalam keluarga besar dengan banyak saudara kandung. 

Baca juga: Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Dipertimbangkan Orangtua

Jika Si Kecil memiliki sifat pemalu ataupun egois, tidak perlu berasumsi bahwa ia mengalami sindrom anak tunggal atau memiliki masalah tertentu. Hal itu bisa menjadi bagian alami dari kepribadian kecil yang masih bisa didorong dengan pola asuh yang tepat. 

Itulah yang perlu ayah dan ibu ketahui mengenai sindrom anak tunggal. Jika masih penasaran lebih banyak mengenai pertumbuhan psikis anak, langsung saja berdiskusi dengan psikolog anak melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Parents. Diakses pada 2021. Is Only Child Syndrome Real?
Healthline. Diakses pada 2021. Only Child Syndrome: Proven Reality or Long-Standing Myth?


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan