Penyebab Sulit Bernapas Bisa Menjadi Gejala Difteri

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   05 Agustus 2020
Penyebab Sulit Bernapas Bisa Menjadi Gejala DifteriPenyebab Sulit Bernapas Bisa Menjadi Gejala Difteri

Halodoc, Jakarta – Difteri adalah infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit. Selain mudah menular, bakteri penyebab difteri juga dapat menyebabkan pengidap mengalami sulit bernapas. Kok bisa? 

Difteri adalah infeksi serius yang disebabkan oleh jenis bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri tersebut menghasilkan racun yang menyebabkan orang yang terinfeksi menjadi sakit berat. Bakteri difteri dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya, biasanya melalui percikan liur yang keluar saat pengidap batuk atau bersin. Kamu juga bisa tertular difteri bila menyentuh luka terbuka atau bisul orang yang terinfeksi.

Baca juga: Waspada, Pneumonia Membuat Orang Sulit Bernapas

Alasan Difteri Sebabkan Sulit Bernapas

Difteri dapat menyerang saluran pernapasan dan kulit. Meski begitu, bakteri difteri paling sering menginfeksi sistem pernapasan, yang meliputi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pernapasan.

Ketika bakteri masuk dan menempel pada lapisan sistem pernapasan, hal itu menyebabkan pengidap mengalami gejala berikut:

Bakteri difteri juga menghasilkan racun yang dapat membunuh jaringan sehat di sistem pernapasan. Dalam dua hingga tiga hari, jaringan yang mati akan membentuk lapisan abu-abu tebal yang dapat menumpuk di tenggorokan atau hidung.

Para ahli medis menyebut lapisan abu-abu yang tebal ini sebagai ‘pseudomembran’. Lapisan tersebut dapat menutupi jaringan di hidung, amandel, kotak suara, dan tenggorokan. Hal ini yang menyebabkan pengidap difteri sulit untuk bernapas dan menelan. 

Gejala difteri di atas biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri difteri. Meski begitu, ada beberapa orang yang hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak mengalami gejala sama sekali saat terinfeksi difteri. Orang yang terinfeksi namun tetap tidak menyadari penyakitnya dikenal sebagai pembawa difteri. Mereka dapat menyebarkan infeksi meskipun tidak tampak sakit.

Pengobatan untuk Difteri

Difteri adalah penyakit serius yang perlu diobati segera. Sebab, tidak hanya bisa menyebabkan sulit bernapas, difteri yang tidak segera diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, yaitu berupa penyumbatan jalan napas yang membahayakan nyawa. Oleh karena itu, bila kamu mengalami gejala difteri di atas, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan pengobatan.

Baca juga: 3 Komplikasi Difteri yang Perlu Diwaspadai

Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan, beberapa pengobatan untuk difteri biasanya meliputi:

  • Pemberian Antitoksin. Pengobatan ini bertujuan untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri, agar tidak merusak tubuh. Perawatan ini penting untuk infeksi difteri pada pernapasan, tapi jarang digunakan untuk infeksi difteri pada kulit.
  • Pemberian Antibiotik. Obat ini bermanfaat untuk membunuh dan menghilangkan bakteri penyebab difteri. Perawatan ini penting untuk infeksi difteri pada sistem pernapasan dan pada kulit. 

Pengidap difteri biasanya tidak lagi dapat menularkan infeksi ke orang lain 48 jam setelah mereka mulai minum antibiotik. Namun, penting untuk minum antibiotik dengan dosis yang dianjurkan dokter sampai habis untuk memastikan bakteri sudah hilang sepenuhnya dari tubuh. Setelah itu, dokter akan melakukan tes untuk memastikan bakteri sudah tidak ada lagi di tubuh pengidap.

Baca juga: Ini 2 Cara Cegah Difteri yang Sebabkan Kematian

Jadi, bila kamu mengalami gejala berupa sulit bernapas, segera periksakan diri ke dokter karena hal itu bisa menjadi gejala difteri. Untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, kamu juga dapat langsung membuat janji di rumah sakit pilihan kamu lewat aplikasi Halodoc, lho. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diphtheria.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Diphtheria.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan