Perlu Tahu agar Tak Terjebak, Ini 6 Ciri-Ciri Hubungan Toxic
Hubungan toxic adalah bisa sangat berbahaya sehingga kamu perlu mengenai ciri dan cara menghindarinya.

Hubungan yang tidak sehat atau istilahnya toxic relationship bisa memberikan efek negatif untuk kesehatan fisik dan kejiwaan untuk seseorang yang mengalaminya. Tidak hanya asmara, hubungan beracun ini juga bisa terjadi dalam lingkup teman bahkan keluarga.
Idealnya, setiap pasangan akan saling mendukung, memberikan rasa aman, dan saling menyayangi dalam membina hubungan. Akan tetapi, pada kondisi hubungan yang toxic, salah satu pasangan umumnya akan menunjukkan bahwa dirinya lebih dominan.
Ciri-Ciri Hubungan Toxic yang Perlu Diketahui
Bahkan, salah satu pihak bisa melakukan tindakan manipulasi (gaslighting) sehingga bisa memegang kendali terhadap pasangan, juga berniat untuk mempermainkan hati pasangan (breadcrumbing).
Salah satu tandanya yang paling mudah untuk kamu kenali adalah tindakan mendiamkan ketika sedang marah atau silent treatment.
Akan tetapi, tidak sedikit orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam hubungan yang tidak sehat.
Bahkan setelah mengetahui bahwa mereka merasa sangat tertekan. Inilah alasannya, toxic relationship perlu segera diakhiri.
Hubungan yang toxic tidak hanya bisa menghilangkan rasa percaya diri, tetapi juga memicu terjadinya gangguan kesehatan mental bagi seseorang yang mengalaminya.
Sering kali, orang yang terjebak dalam hubungan tersebut merasa stres, cemas, hingga depresi.
Bahkan, kondisi tersebut bisa memengaruhi kondisi kesehatan fisik, misalnya muncul gangguan psikosomatis.
Jadi, pastikan kamu mengetahui apa saja ciri-ciri hubungan yang tidak sehat, seperti:
1. Berada pada kendali pasangan
Ciri yang paling jelas dari toxic relationship adalah adanya kendali penuh pada salah satu pasangan terhadap lainnya. Contohnya, pasangan kerap memaksakan kehendak dan keinginannya.
Tak hanya itu, mereka juga bisa mengeluarkan kata-kata yang dapat membuatmu wajib menurutinya.
Inilah yang selanjutnya kamu kenal dengan tindakan manipulatif, karena pasangan bisa merasa seakan tidak bersalah atau playing victim.
Kamu bisa membaca artikel Ini Arti Manipulasi yang Kerap Terjadi dalam Toxic Relation untuk mengetahui apa maksud manipulasi dalam hubungan yang tidak sehat.
2. Hubungan yang toxic sering membuat pasangan tidak mendapat dukungan
Suatu hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mendukung semua mimpi dan cita-cita.
Namun, pada hubungan yang tidak sehat, setiap keberhasilan akan berubah menjadi persaingan.
Bahkan, bukan tidak mungkin pasangan juga tidak senang kalau kamu bisa melakukan suatu hal yang membanggakan.
Bukannya mendapat dukungan, kamu justru mendapat kritik dan perkataan yang mendiskriminasi dari pasangan.
3. Sulit menjadi diri sendiri
Oleh karena selalu berada dalam kendali pasangan, kamu tentu akan sangat sulit menjadi dirimu sendiri. Bahkan, kamu juga berpikir panjang sebelum mengutarakan pendapat karena takut akan menjadi suatu kesalahan bagi pasangan.
Seseorang yang pernah berada pada hubungan tidak sehat ini bisa mengalami rasa trauma akan perasaan cinta itu sendiri atau philophobia.
4. Sering berbohong, ciri hubungan toxic
Tidak hanya komunikasi, kejujuran juga menjadi tiang untuk suatu hubungan yang sehat.
Inilah mengapa, salah satu tanda dari hubungan yang tidak sehat dan toxic adalah pasangan kerap berbohong dan menutupi banyak hal.
5. Selalu mengekang dan merasa curiga
Perasaan cemburu dalam hubungan sebenarnya normal karena menjadi tanda kalau pasangan peduli dan sayang.
Namun, jika cemburu sudah berlebihan dan tanpa alasan yang jelas, bahkan pasangan sampai mengekang, berarti kamu patut curiga.
Sebab, cemburu buta bisa membuat pasangan melakukan banyak hal yang tidak masuk akal, mulai dari menyita ponsel, melabrak pihak yang menjadi alasan kecemburuan, hingga melakukan tindak kekerasan.
Selain itu, cemburu juga bisa membuat pasangan menjadi seseorang yang posesif.
6. Melakukan kekerasan fisik
Tidak hanya kekerasan secara verbal, hubungan toxic juga mencakup kekerasan secara fisik.
Pasangan yang tidak sehat dari sisi emosi akan sangat mudah memukul atau main tangan setiap kali terjadi perdebatan dan selisih paham.
Dampak Toxic Relationship
Mengutip pernyataan Psikolog Klinis Farisha Silviana Yasmine, S. Psi, M.Psi dari kanal Youtube Halodoc, “Dampak dari toxic relationship adalah menggagalkan tujuan kita ketika menjalin hubungan, yang mana seharusnya membuat kita tumbuh dan berkembang bersama dengan orang yang kita cintai, malah menjadi saling menghambat atau saling merusak.”
Psikolog Farisha juga menambahkan bahwa, hubungan yang toxic juga membuat para pihaknya saling memanipulasi, ketergantungan berlebih, dan merasa diri kamu selalu bersalah terhadap pihak lain.
Selain pada hubungan, toxic relationship juga berdampak pada kesehatan mental dan kesehatan fisik orang yang terlibat di dalamnya, misalnya:
- Kecemasan.
- Depresi.
- Gangguan tidur.
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Hubungan yang beracun ini juga menyebabkan peningkatan masalah jantung, tekanan darah tinggi, dan kadar gula, serta rentang untuk terserang penyakit lain.
Seiring berjalan waktu, hubungan yang buruk ini dapat memicu gejala seperti nyeri tubuh, peradangan, kulit meradang, masalah pencernaan, dan perubahan hormonal.
Toxic relationship juga dapat menghancurkan harga diri dan kepercayaan diri, serta menyebabkan pihak yang terlibat selalu mencari konflik dalam hubungan lain. Sebab, kamu mungkin tidak lagi menyadari seperti apa perilaku yang sehat.
Hal tersebut juga dapat mengalihkan perhatianmu dari hubungan lain dalam hidup, sehingga menyebabkan isolasi sosial.
Selain itu, toxic relationship juga berdampak negatif pada kemampuan untuk merawat diri sendiri dengan baik.
Akibatnya, kamu akan mengorbankan rutinitas perawatan diri yang normal, seperti tidur, olahraga, hobi, dan kebersihan.
Kamu bisa baca cari tahu apa itu toxic melalui artikel ini: Mengenal Sikap Toxic: Ciri-Ciri dan Cara Menghilangkannya.
Penyebab Terjadinya Hubungan Toksik
Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya hubungan toksik, di antaranya:
- Trauma Masa Lalu: Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti pelecehan atau penelantaran, dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dalam hubungan.
- Masalah Kesehatan Mental: Gangguan kepribadian, seperti narsisme atau borderline personality disorder, dapat menyebabkan perilaku toksik.
- Pola Asuh yang Tidak Sehat: Dibesarkan dalam lingkungan yang tidak sehat atau disfungsional dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang sehat.
- Kurangnya Keterampilan Komunikasi: Kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik.
Cara Mengatasi Hubungan Toksik
Mengatasi hubungan toksik bukanlah hal yang mudah, tetapi sangat penting untuk kesehatan dan kebahagiaanmu.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
- Akui Masalah: Sadari dan akui bahwa kamu berada dalam hubungan toksik. Ini adalah langkah pertama yang penting untuk memulai proses pemulihan.
- Tetapkan Batasan yang Jelas: Tentukan batasan yang jelas dan tegas tentang perilaku apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam hubungan.
- Prioritaskan Kesehatan Diri: Fokus pada perawatan diri dan lakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia dan sehat.
- Cari Dukungan: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau terapis tentang apa yang kamu alami. Dukungan dari orang lain dapat membantu kamu merasa tidak sendirian dan memberikan perspektif yang berbeda.
- Pertimbangkan untuk Mengakhiri Hubungan: Jika perilaku toksik terus berlanjut dan tidak ada perubahan positif, pertimbangkan untuk mengakhiri hubungan demi kesehatan dan keselamatan Anda. Menurut WHO, dukungan sosial sangat penting dalam proses pemulihan dari hubungan yang tidak sehat.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Jika kamu mengalami kesulitan untuk mengatasi hubungan toksik sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau terapis.
Terapis dapat membantu kamu mengidentifikasi pola perilaku yang tidak sehat, mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah, dan memproses emosi yang sulit.
Kementerian Kesehatan RI juga menyediakan layanan konseling kesehatan mental yang dapat diakses melalui puskesmas atau rumah sakit.
Hubungi Psikolog di Halodoc Jika Kamu Butuh Teman Cerita
Jika kamu butuh teman bercerita terkait kondisi mental kamu yag terganggu, psikolog di Halodoc siap menjadi pendengar yang baik.
Mereka bisa memberi saran yang kamu butuhkan untuk menghadapi situasi sulit, seperti terjebak hubungan toksik ini.
Jangan khawatir, psikolog di Halodoc telah memiliki pengalaman dan memiliki rating yang baik dari para pasien yang telah ditangani sebelumnya.
Ini daftarnya:
1. Risvi Rayhani S.Psi, M.Psi, Psikolog

Pilihan psikolog yang dapat kamu hubungi, yaitu Risvi Rayhani S.Psi, M.Psi.
Ia merupakan psikolog klinis anak dan remaja yang mendapat gelarnya dari Fakultas Psikologi Universitas Semarang pada 2013 dan Unika Soegijapranata pada 2021.
Risvi Rayhani S.Psi, M.Psi, Psikolog berpraktik di Kota Semarang, Jawa Tengah, dan tergabung sebagai anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dengan nomor STR 14 24 8 2 1 22-4354012.
Dengan pengalaman 3 tahun yang dimiliki, ia mampu menjadi teman cerita yang baik untukmu.
2. Eny Dwi Harsiwi S.Psi, M.Psi, Psikolog

Kamu juga bisa memilih Eny Dwi Harsiwi S.Psi, M.Psi untuk bertanya seputar ADHD pada anak.
Eny Dwi Harsiwi S.Psi, M.Psi adalah lulusan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro pada 2016 dan Unika Soegijapranata pada 2022.
Saat ini, ia berpraktik di Kota Semarang, Jawa Tengah, dan tergabung sebagai anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dengan nomor STR 1424821224330520.
Dengan pengalaman 2 tahun yang dimiliki, Eny Dwi Harsiwi S.Psi, M.Psi bisa menjadi teman cerita yang baik untukmu dalam menghadapi masa-masa sulit.
Jika psikolog sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.
Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya.
Tunggu apa lagi? Yuk pakai Halodoc sekarang!
Tips Membangun Hubungan yang Sehat
Setelah keluar dari hubungan toksik, penting untuk belajar membangun hubungan yang sehat di masa depan.
Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu:
- Komunikasi yang Terbuka dan Jujur: Bicaralah secara terbuka dan jujur tentang perasaan, kebutuhan, dan harapanmu.
- Saling Menghormati: Hargai perbedaan pendapat dan batasan masing-masing.
- Saling Mendukung: Berikan dukungan emosional dan praktis kepada pasangan.
- Bangun Kepercayaan: Jaga kepercayaan dan jangan melakukan hal-hal yang dapat merusak kepercayaan.
- Luangkan Waktu Bersama: Habiskan waktu berkualitas bersama dan lakukan hal-hal yang menyenangkan bersama.
Kesimpulan
Mengenali ciri-ciri hubungan toksik adalah langkah penting untuk melindungi diri dari dampaknya yang merugikan.
Jika kamu merasa berada dalam hubungan toksik, jangan ragu untuk mencari bantuan dan dukungan dari orang lain.
Prioritaskan kesehatan dan kebahagiaanmu, dan ingatlah bahwa kamu pantas mendapatkan hubungan yang sehat dan bahagia.
Jika kamu atau keluarga mengalami salah satu dari beberapa ciri hubungan tidak sehat tadi, atau merasakan adanya dampak yang terlihat, jangan ragu untuk segera menghubungi psikolog di Halodoc.
Jadi, kamu bisa terbebas dari hubungan tersebut dan tidak meninggalkan rasa trauma yang berdampak pada kesehatan mental pada masa mendatang.


