
“Pemakaman menjadi tempat yang mungkin tidak tepat untuk anak. Beberapa hal perlu menjadi pertimbangan dan perhatian sebelum mengajak sang buah hati ke pemakaman.”
Halodoc, Jakarta – Ditinggalkan orang yang sangat disayangi selamanya pasti sangat menyedihkan. Tak heran jika ada keinginan untuk mengantar hingga ke tempat peristirahatan terakhirnya. Namun, bagaimana jika memiliki balita? Perlukah mengajaknya, dan apakah aman mengajak pergi ke pemakaman?
Terjadi pro dan kontra dari orangtua perihal membawa anak ke pemakaman. Jika ibu memutuskan untuk mengajak sang buah hati, berikut ini beberapa hal yang mesti ibu pertimbangkan:
- Pertimbangkan Perilaku Anak
Pertimbangan pertama adalah perilaku sang buah hati. Jika anak dapat tenang untuk waktu yang lebih lama, kemungkinan kecil dia akan menyebabkan gangguan di pemakaman. Namun, jika dia sangat aktif atau sulit dialihkan perhatiannya saat dia bosan, ibu mungkin ingin mempertimbangkan untuk menyewa pengasuh.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Babysitter dalam Mengasuh Anak
- Pertimbangkan Perilaku Orang Lain
Si Kecil mungkin bukan satu-satunya yang perilakunya harus ibu pertimbangkan. Sementara pemakaman bisa menjadi urusan yang sibuk, yaitu tempat orang-orang dipenuhi dengan berbagai emosi yang luar biasa. Orang-orang akan menangis, berteriak, pingsan, dan mengatakan hal-hal yang bisa menakutkan bagi anak.
Jika ibu tahu bahwa anak bereaksi dengan empati yang kuat terhadap orang-orang di sekitarnya, mungkin sebaiknya ibu tidak menghadiri atau mengajaknya ke pemakaman. Mungkin, ibu juga bisa membicarakan terlebih dahulu dengan Si Kecil untuk mengetahui bagaimana respons mereka.
Bagaimana Jika Harus Membawanya ke Pemakaman?
Sesegera mungkin, ajak anak berdiskusi tentang kematian. Jika ibu merasa sangat emosional dan khawatir, beri diri ibu waktu dan ruang untuk berduka sebelum memulai diskusi. Namun, jangan mencoba menunggu sampai semua atau sebagian besar kesedihan berlalu karena wajar jika hal-hal ini membutuhkan waktu.
Baca juga: Inilah Cara Ampuh untuk Mendisiplinkan Remaja
Pun, ibu ingin sang buah hati tahu bahwa tidak apa-apa bersedih karena kematian dan kehilangan. Cobalah untuk menemuinya dan memahami Si Kecil. Kaitkan dengan situasi lain jika memungkinkan, tetapi jika tidak, mulailah dari awal.
Ibu bisa menjelaskan apa arti kematian dalam istilah yang paling sederhana. Misalnya, ibu dapat mengatakan bahwa saudara ibu telah meninggal. Itu berarti dia sudah tidak hidup lagi dan kita tidak bisa melihatnya lagi. Hindari menggunakan istilah yang tidak jelas, agar anak lebih mudah mengerti.
Hindari pula memberi tahu balita bahwa orang yang meninggal itu sedang tidur atau tidak akan pernah bangun lagi. Pasalnya, tidur adalah bagian mendasar dari kehidupan anak, sehingga dia mungkin mulai membuat koneksi dan takut bahwa dia mungkin juga pergi tidur dan tidak pernah bangun.
Baca juga: Anak Mudah Tantrum Tanda Emosi Tak Stabil, Benarkah?
Ibu perlu ingat, jangan terus membicarakan tentang kematian berulang kali jika tampaknya penjelasan ibu masih belum bisa dimengerti anak. Balita tidak mungkin memproses situasi yang kompleks dengan segera. Beri kesempatan dan waktu, jelaskan kembali nanti.
Bagaimanapun juga, setiap orang pasti akan mengalami kematian. Ibu hanya perlu bersabar dan menunggu kesempatan lain untuk bisa menjelaskan. Seiring bertambahnya usia, nantinya anak pun bisa lebih mengerti akan hal itu.
Hal terpenting adalah tetap menjaga kesehatan sang buah hati dan keluarga sebaik mungkin. Pastikan ibu bisa segera memberikan pertolongan pertama jika terjadi kondisi yang tidak biasa pada tubuh. Caranya dengan download aplikasi Halodoc dan bertanya langsung pada dokter spesialis.
