Resistensi Insulin (Insulin Resistance), Ini Faktor Risiko dan Dampaknya bagi Kesehatan
“Resistensi insulin (insulin resistance) yang tidak ditangani bisa memicu diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, hingga kerusakan ginjal.”

DAFTAR ISI
- Faktor Risiko Resistensi Insulin
- Bahaya Resistensi Insulin bagi Kesehatan
- Apa Kata Studi tentang Resistensi Insulin?
Resistensi insulin atau insulin resistance adalah kondisi ketika sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
Ketika sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik, tubuh memerlukan lebih banyak insulin untuk mengatur kadar gula darah yang normal.
Nah, apabila tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2. Gejalanya berupa rasa haus yang terus menerus, sering lapar meski sudah makan, hingga luka yang sulit kering atau sembuh.
Nah, mau tahu apa saja faktor risiko dan bahaya resistensi insulin bagi kesehatan? Berikut ulasannya!
Faktor Risiko Resistensi Insulin
Ada beberapa faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan insulin resistance, antara lain:
1. Obesitas dan kelebihan berat badan
Salah satu faktor risiko terbesar untuk resistensi insulin adalah obesitas, terutama penumpukan lemak di area perut.
Penelitian menunjukkan bahwa, kelebihan lemak visceral (lemak yang mengelilingi organ internal) dapat mengganggu cara tubuh merespons insulin.
Orang dengan lingkar pinggang besar memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami insulin resistance.
Selain itu, kamu perlu waspada, karena Obesitas Tingkatkan Risiko Terkena 9 Penyakit Ini.
2. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Sebab, sebenarnya olahraga membantu meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
Menurut studi, seseorang yang jarang berolahraga cenderung lebih rentan terhadap gangguan metabolisme termasuk resistensi insulin.
3. Riwayat keluarga
Memiliki keluarga dekat dengan diabetes tipe 2 dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan insulin resistance.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases menyebut, faktor genetik memainkan peran penting dalam seberapa baik tubuh merespons insulin.
Alhasil, jika ada anggota keluarga yang mengalami diabetes, maka kamu juga berisiko mengalaminya.
Gejala Resistensi Insulin
1. Kesulitan menurunkan berat badan meski sudah diet dan olahraga.
2. Peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil.
3. Tubuh mengalami kelelahan ekstrem.
4. Mengalami kenaikan berat badan yang ditandai dengan penumpukan lemak di area perut.
5. Perubahan warna kulit menjadi gelap dan tebal, terutama di area lipatan seperti leher, ketiak, dan paha.
4. Usia
Seiring bertambahnya usia, tubuh cenderung kehilangan sebagian besar kemampuannya untuk menggunakan insulin dengan efisien.
Oleh karena itu, orang yang berusia lebih dari 45 tahun lebih berisiko mengalami resistensi insulin.
5. Diet tinggi gula dan karbohidrat olahan
Pola makan yang kaya akan gula, karbohidrat olahan, dan lemak tidak sehat dapat memperburuk sensitivitas insulin.
Makanan tinggi gula dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang cepat, yang pada akhirnya dapat memicu resistensi insulin.
Mulai sekarang, kamu perlu waspada, berikut ini 10 Makanan Ini Mengandung Karbohidrat Tinggi.
Bahaya Resistensi Insulin bagi Kesehatan
Jika tidak dikelola dengan baik, resistensi insulin dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius, seperti:
1. Diabetes tipe 2
Resistensi insulin seringkali menjadi langkah awal berkembangnya diabetes tipe 2.
Ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, kadar gula darah akan meningkat. Kondisi pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.
Menurut American Diabetes Association (2023), hampir 90% pasien diabetes tipe 2 memiliki resistensi insulin.
Mau tahu obat-obatan untuk mengatasi diabetes? Baca di artikel ini: “Ini 5 Rekomendasi Obat Diabetes untuk Menurunkan Gula Darah Tinggi”.
2. Penyakit jantung
Resistensi insulin dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Kondisi ini berhubungan dengan peningkatan kadar trigliserida, tekanan darah tinggi, dan penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), yang semuanya merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.
Penelitian juga menunjukkan, resistensi insulin dapat menyebabkan penumpukan lemak di arteri yang memperburuk kesehatan jantung.
Saat jantung tidak bekerja dengan baik, organ ini akan kesulitan mengirimkan cukup darah, oksigen, dan nutrisi ke tubuh.
Mau tahu apa saja rekomendasi obat jantung dengan resep dokter? Simak informasinya pada artikel berikut: Ini 5 Rekomendasi Obat Jantung yang Efektif di Apotek.
3. Stroke
Resistensi insulin dapat memperburuk kondisi pembuluh darah dan meningkatkan risiko stroke.
Peningkatan kadar gula darah yang berkelanjutan dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan besar, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke.
4. Sindrom metabolik
Resistensi insulin adalah salah satu penyebab utama sindrom metabolik. Ini merupakan sebuah kondisi yang mencakup serangkaian masalah kesehatan seperti obesitas sentral, hipertensi, dislipidemia (gangguan kadar lemak darah), dan kadar gula darah tinggi.
Sindrom ini pada beberapa kondisi juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
5. Kerusakan ginjal
Resistensi insulin yang tidak segera ditangani dapat merusak ginjal dan menyebabkan penyakit ginjal kronis.
Sebab, kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal, yang pada gilirannya dapat mengurangi fungsi organ tersebut.
Apa Kata Studi tentang Resistensi Insulin?
Studi berjudul Insulin Resistance: From Mechanisms to Therapeutic Strategies yang dipublikasikan oleh Diabetes and Metabolism Journal (2022) menyebut resistensi insulin atau insulin resistance adalah adalah kondisi ketika tubuh tidak merespons insulin dengan baik, yang merupakan penyebab utama berbagai penyakit metabolik, seperti diabetes tipe 2.
Hingga kini, penyebab pasti dari resistensi insulin belum sepenuhnya dipahami. Namun, penumpukan lemak di hati dan otot, stres pada sel-sel tubuh, serta peradangan dapat mengganggu fungsi insulin dalam tubuh.
Faktanya insulin resistance adalah kondisi serius yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali faktor risiko dan mengelola kondisi ini dengan cara yang tepat.
Jika kamu memiliki faktor risiko atau mengalami gejala yang berhubungan dengan resistensi insulin, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan saran penanganan lebih lanjut.
Dengan pengelolaan yang tepat, resistensi insulin dapat dikelola untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Saat ini, konsultasi dokter bisa dilakukan dengan mudah dan praktis melalui Halodoc. Selain itu, beli obat dan vitamin kesehatan juga lebih mudah melalui Toko Kesehatan Halodoc.
Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2025. What is Insulin Resistance?
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Insulin Resistance and Diabetes Risk.
American Diabetes Association. Diakses pada 2025. Risk Factors for Insulin Resistance.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Insulin Resistance and Heart Disease.
Diabetes and Metabolism Journal. Diakses pada 2025. Insulin Resistance: From Mechanisms to Therapeutic Strategies.
Frequently Asked Questions
1. Apa penyebab insulin resistance?
Penyebab utama resistensi insulin meliputi obesitas, gaya hidup kurang aktif, pola makan tinggi gula dan karbohidrat olahan, faktor genetik, dan penuaan.
2. Apa yang terjadi jika resistensi insulin?
Jika tidak ditangani, resistensi insulin dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang berisiko berkembang menjadi diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan masalah metabolik lainnya.
3. Bagaimana cara mengetahui resistensi insulin?
Resistensi insulin dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah, seperti tes gula darah puasa, tes toleransi glukosa, atau tes hemoglobin A1c. Dokter juga dapat melakukan penilaian berdasarkan gejala dan faktor risiko lainnya.