Sebabkan Kelumpuhan, Ketahui Faktor Risiko Paraplegia Ini

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 Maret 2019
Sebabkan Kelumpuhan, Ketahui Faktor Risiko Paraplegia IniSebabkan Kelumpuhan, Ketahui Faktor Risiko Paraplegia Ini

Halodoc, Jakarta – Meski jarang yang tahu, paraplegia banyak terjadi di masyarakat. Paraplegia adalah cedera saraf tulang belakang yang menyebabkan kehilangan kekuatan, sensasi, dan pergerakan tubuh. Kondisi ini bisa terjadi sementara atau permanen, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.

Baca Juga: Cedera Saraf Tulang belakang bisa Sebabkan Kelumpuhan?

Paraplegia bisa terjadi secara bertahap atau tiba-tiba. Gejalanya berupa nyeri, kesemutan, cedera tulang belakang bagian thorakal atau lumba, hingga mengalami kelumpuhan. Meski hilang timbul, kelumpuhan bisa terjadi pada otot di area panggul sehingga pengidap paraplegia sulit mengontrol buang air besar dan buang air kecil, bahkan aktivitas seksual pengidapnya bisa terganggu.

Lantas, Apa Saja Faktor Risiko Paraplegia?

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko paraplegia, berikut di antaranya:

  • Cedera saraf tulang belakang. Fungsi saraf tulang belakang adalah menyalurkan sinyal dari otak ke seluruh tubuh. Bila cedera terjadi di bawah bagian leher, pengidapnya rentan mengalami paraplegia.

  • Multiple sclerosis memicu kerusakan selaput pelindung saraf pada otak dan saraf tulang belakang. Penyakit ini terjadi akibat kondisi autoimun, yakni serangan sistem kekebalan tubuh ke selaput pelindung saraf. Multiple sclerosis bisa menyebabkan paraplegia, tergantung dari selaput pelindung saraf mana yang terinfeksi.

  • Sindrom Guillain-Barre adalah rusaknya sistem saraf perifer pengendali gerak dan sensasi rasa yang diterima tubuh. Umumnya kelemahan otot pada sindrom Guillain-Barre dimulai dari kedua tungkai, tapi bisa menyebar ke atas.

  • Spina bifida. Cacat lahir yang ditandai dengan terbentuknya celah atau defek pada tulang belakang dan saraf tulang belakang bayi. Kondisi ini dipicu oleh pembentukan saraf tulang belakang yang kurang sempurna pada bayi saat berada dalam kandungan.

  • Hereditary dan tropical spastic paraplegia. Hereditary spastic paraplegia adalah kumpulan gejala akibat kelainan genetik yang menyebabkan tubuh bagian bawah melemah secara perlahan dan menjadi kaku. Sedangkan tropical spastic paraplegia adalah kelemahan dan kekakuan kedua tungkai akibat infeksi virus T-cell lymphotropic tipe 1 yang menyerang sistem saraf.

  • Tumor saraf tulang belakang. Tumor yang tumbuh dari dalam saraf tulang belakang. Kondisi ini berpotensi menekan saraf tulang belakang sehingga meningkatkan risiko terjadinya paraplegia.

  • Penyakit dekompresi, komplikasi akibat menyelam yang menyebabkan kelumpuhan akibat gelembung gas mengganggu sistem saraf.

  • Infeksi lain seperti tuberkulosis saraf tulang belakang atau polio. Sindrom pasca polio, alias kelumpuhan yang terjadi beberapa waktu setelah terinfeksi virus polio juga bisa memicu terjadinya paraplegia.

Baca Juga: Viral Bercanda Tarik Kursi, Ini Masalah Kesehatan yang Bisa Terjadi

Paraplegia bukan penyakit yang boleh dianggap sepele. Pasalnya selain membuat kehilangan kendali atas gerak tubuh bagian bawah, pengidapnya juga berpotensi mengalami komplikasi yang mengancam nyawa.

Komplikasi yang rentan dialami pengidap paraplegia antara lain ulkus dekubitus (luka pada kulit akibat tekanan berlebih), penggumpalan darah pada pembuluh darah tunggak (deep vein thrombosis), pneumonia, depresi, hingga kelumpuhan otot pernapasan.

Baca Juga: Awas, Cedera Saraf Tulang Belakang Bisa Berujung Kematian

Itulah faktor risiko paraplegia yang perlu diketahui. Kalau kamu punya keluhan pada tulang belakang, jangan ragu berbicara pada dokter Halodoc. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!