Seberapa Akurat Melakukan Tes COVID-19 secara Mandiri?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   15 Juli 2021
Seberapa Akurat Melakukan Tes COVID-19 secara Mandiri?Seberapa Akurat Melakukan Tes COVID-19 secara Mandiri?

“Alat rapid tes antigen marak diperjualbelikan dan digunakan oleh masyarakat. Padahal tes COVID-19 secara mandiri ini memiliki hasil yang tidak bisa diandalkan. Pemerintah sudah mengatur tata laksana tes COVID-19, yang terbaik adalah melakukan tes di fasilitas kesehatan resmi dan disetujui oleh Kemenkes.”

Halodoc, Jakarta – Sejak awal kemunculan COVID-19 di Indonesia, tes COVID-19 mulai dari tes antigen hingga PCR sudah seperti rutinas banyak orang. Tes dilakukan oleh orang yang memiliki gejala COVID-19 hingga orang yang memiliki pekerjaan dengan risiko terpapar virus corona. Antrian tes COVID-19 semakin panjang seiring meningkatnya kebutuhan untuk tes.

Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi mungkin hampir di seluruh dunia. Bertambahnya antrian panjang tes COVID-19, pemerintah Thailand sampai mengizinkan para pasien yang terinfeksi COVID-19 bergejala ringan melakukan tes secara mandiri di rumah dengan alat tes yang bisa dibeli di apotek. Hanya saja, ketepatan hasil tes perangkat tes rapid antigen mandiri dinilai tidak sama dengan metode RT-PCR. 

Baca juga: Apakah Vaksin Corona Menimbulkan Efek Samping?

Tes COVID-19 dengan Perangkat Mandiri Tidak Cukup Akurat

Dilansir dari CDC, jika seseorang perlu dites untuk COVID-19 dan tidak bisa dites oleh penyedia layanan kesehatan, seseorang bisa menggunakan perangkat tes mandiri yang bisa dilakukan di rumah atau di mana pun. Menurut CDC, perangkat tes mandiri ini dijual dengan resep atau tanpa resep, di apotek atau di toko pada umumnya. 

Sebenarnya di Indonesia, sudah banyak yang menjual perangkat tes antigen mandiri di e-commerce. Namun pemeriksaan COVID-19 secara mandiri dengan alat yang diperjualbelikan itu menuai pro-kontra. Hal ini terkait keakuratannya yang tidak jelas.

Tes secara mandiri memberikan hasil yang kurang akurat dan tidak bisa diandalkan dibandingkan tes yang dilakukan oleh tenaga medis. Terjadi kesalahan dalam mengambil sampel sangat berpeluang besar jika dilakukan oleh individu yang awam, meskipun pada kemasan terdapat petunjuk yang bisa diikuti. 

Tes COVID-19 secara mandiri juga marak terjadi di Belanda sejak alat tes diperjual belikan di toko-toko pada akhir Maret 2021. Namun otoritas kesehatan di negara tersebut menyatakan keprihatinan bahwa masyarakatnya jadi cenderung mengabaikan prokes (protokol kesehatan) berdasarkan hasil negatif yang tidak tepat atau salah. Itu artinya hasil negatif dari tes mandiri dengan alat yang dibeli sendiri memiliki hasil yang tidak bisa diandalkan sepenuhnya. 

Melakukan tes COVID-19 secara mandiri yang diperjualbelikan secara bebas juga ditentang oleh sejumlah pakar di Indonesia. Menurut pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo, tes sendiri tidak diperbolehkan dan hanya boleh dilakukan di lab atau faskes (fasilitas kesehatan) yang menyediakan dan memiliki izin Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Menurutnya, publik tidak bisa menjamin kualitas alat yang dijual secara bebas, mengingat banyaknya barang ‘KW”. 

Ahmad Rusdan Utomo juga menambahkan, penggunaan alat swab tidak sesederhana memasukan dan mengusap tangkai swab ke dalam hidung. Melainkan, ada cara khusus, meskipun cara penggunaannya sama seperti tes swab PCR.

Baca juga: Ini Alasan Tidak Boleh Langsung Pulang Setelah Vaksin Corona

Ketentuan Alat Tes Antigen 

Dilansir dari Kompas.com, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKlN) Prof. DR. Dr. Aryati, MS, Sp.PK (K) mengingatkan, penjualan alat tes COVID-19 secara bebas tidak diperbolehkan. 

“Yang dijual-jual online itu tidak boleh, karena apa? Sebetulnya pemerintah itu sudah mengeluarkan Kemenkes 3602/2021,” ucap Aryati. Keputusan Kementerian Kesehatan tersebut mengatur dengan rinci bagaimana ketentuan dan prosedur tes rapid berbasis antigen. 

Melansir dari Kepmenkes (Keputusan Menteri Kesehatan), sudah diatur produk atau alat yang digunakan untuk tes rapid antigen, harus memenuhi kriteria berikut:

  • Memenuhi rekomendasi Emergency Used Listing (EUL) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
  • Memenuhi rekomendasi Emergency Used Authorization (EUA) US-FDA.
  • Memenuhi rekomendasi European Medicine Agency (EMA).

Baca juga: Persiapkan Hal Ini Sebelum Mendapatkan Vaksinasi COVID-19

Setiap produk harus dievaluasi setiap 3 bulan oleh Litbang Kemenkes dan Lembaga independen yang ditunjuk oleh Kemenkes. Alat kesehatan yang sudah mendapatkan izin edar, tercatat dalam situs resmi Kemenkes.

Namun, masyarakat tidak bisa sembarangan membeli alat kesehatan. Begitu juga dengan alat kesehatan seperti alat tes rapid antigen, tidak boleh dibeli dan digunakan secara mandiri. 

Itulah yang perlu diketahui mengenai keakuratan melakukan tes COVID-19 secara mandiri. Berhubung alat rapid tes antigen mandiri diragukan keakuratannya dan memiliki hasil yang tidak bisa menjadi patokan, yang terbaik adalah melakukan tes COVID-19 di faskes resmi dan profesional.

Kamu bisa memesan dan membuat jadwal pemeriksaan COVID-19 melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:

CDC. Diakses pada 2021. Self-Testing
Government of Netherlands. Diakses pada 2021. Coronavirus self-tests
Healthline. Diakses pada 2021. Home COVID-19 Tests: Availability, Accuracy, and How They Work

NL Times. Diakses pada 2021. Covid-19 self-test not 100% accurate, authorities warn

Kompas.com. Diakses pada 2021. Jangan Beli dan Lakukan Tes Antigen Covid-19 Sendiri, Ini Bahayanya

CNN Indonesia. Diakses pada 2021. Fakta dan Bahaya Swab Antigen Sendiri yang Jadi Perbincangan
CNN Indonesia. Diakses pada 2021. Thailand Izinkan Warga Tes Mandiri Covid Tanpa Nakes
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/3602/2021. Diakses pada 2021. PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR HK.01.07/MENKES/446/2021 TENTANG PENGGUNAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST ANTIGEN DALAM PEMERIKSAAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan