Sering Memukul Anak Bisa Berpengaruh pada Kesehatan Mental

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 Oktober 2020
Sering Memukul Anak Bisa Berpengaruh pada Kesehatan Mental Sering Memukul Anak Bisa Berpengaruh pada Kesehatan Mental

Halodoc, Jakarta - Menjadi orangtua memang bukan pekerjaan yang mudah. Setiap orang yang hendak menjadi orangtua semestinya sudah harus mengontrol emosi mereka, termasuk salah satunya sabar dalam menyikapi anak. Tidak jarang berita kekerasan terhadap anak ramai di media sosial, seperti misalnya memukul anak atau semacamnya. Kasus semacam ini merupakan salah satu tanda ketidaksiapan seseorang untuk menjadi orangtua. 

Perlu digaris bawahi bahwa masa kanak-kanak adalah masa emas, yang mana semua kebiasaan yang anak lakukan di masa ini bisa saja terbawa hingga dewasa. Periode ini juga bisa menjadi masa pembentukan karakter anak, jadi pola asuh akan sangat memengaruhi mereka. Jadi, kamu jangan heran jika anak-anak yang dididik dengan kekerasan, kelak akan memiliki gangguan kesehatan mental di kemudian hari.

Baca juga: Tidak Dianjurkan, Ini Dampak Kekerasan Fisik pada Anak

Hubungan Antara Kekerasan dan Kesehatan Mental

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet Psychiatry menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan atau penelantaran memiliki risiko empat kali lebih besar untuk mengembangkan penyakit mental yang serius seperti psikosis, skizofrenia, dan gangguan bipolar. Alhasil mereka memerlukan resep untuk mengobati kesehatan mental yang buruk. 

Para peneliti di University of Birmingham mempelajari catatan dokter umum yang berasal dari tahun 1995 dan 2018 dengan 217.758 pasien berusia di bawah 18 tahun yang pernah mengalami, atau diduga pernah mengalami penganiayaan masa kanak-kanak atau masalah terkait, dan kemudian membandingkannya dengan catatan 423.410 pasien yang tidak. Para peneliti juga menemukan anak-anak yang dianiaya lebih dari dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan beberapa bentuk penyakit mental, seperti depresi atau kecemasan.

Penganiayaan masa kanak-kanak, yang didefinisikan sebagai segala bentuk kekerasan fisik, seksual atau emosional, adalah masalah kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia global yang memengaruhi lebih dari satu dari tiga anak berusia di bawah 18 tahun. Jadi, meski orangtua hanya berusaha mendisiplinkan anak dengan cara memukul, hal ini akan sangat berdampak bagi kesehatan mental mereka. 

Para ahli juga sependapat bawah ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk memikirkan kembali pendekatan kesehatan masyarakat untuk mencegah dan mendeteksi kekerasan masa kanak-kanak. Ini karena konsekuensi negatif yang terkait seperti gangguan kesehatan mental yang akan menurunkan derajat kesejahteraan mereka di masa yang akan datang.

Jika kamu melihat seorang anak menjadi salah satu korban kekerasan, atau kamu menyaksikan orang terdekat melakukan kekerasan fisik pada anak, sebaiknya diskusikan dengan psikolog di Halodoc mengenai cara penanganan yang tepat. Jika kamu bisa menemui anak yang mengalami korban kekerasan maka ini lebih baik, ajak ia untuk bertemu dengan psikolog di rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang ia perlukan agar trauma yang ia alami tidak menyebabkan masalah di kemudian hari.

Baca juga: Penganiayaan Anak Berdampak Fatal untuk Kesehatan

Kekerasan pada Anak Punya Banyak Jenis

Tak hanya kekerasan fisik, kekerasan pada anak memiliki banyak bentuk. Parahnya kondisi ini sering terjadi pada waktu yang bersamaan. Jenisnya antara lain:

  • Pelecehan Fisik. Pelecehan fisik pada anak terjadi ketika seorang anak dengan sengaja terluka secara fisik atau berisiko disakiti oleh orang lain.
  • Pelecehan Seksual. Pelecehan seksual terhadap anak adalah setiap aktivitas seksual dengan anak, seperti membelai, kontak oral-genital, hubungan seksual, eksploitasi atau paparan pornografi anak.
  • Pelecehan Emosional. Pelecehan emosional pada anak berarti melukai harga diri atau kesejahteraan emosional anak. Ini termasuk serangan verbal dan emosional, seperti terus menerus meremehkan atau mencaci-maki seorang anak serta mengisolasi, mengabaikan, atau menolak seorang anak.
  • Penyalahgunaan Medis. Pelecehan medis pada anak terjadi ketika seseorang memberikan informasi palsu tentang penyakit pada anak yang memerlukan perhatian medis, menempatkan anak pada risiko cedera dan perawatan medis yang tidak perlu.
  • Penelantaran. Penelantaran anak adalah kegagalan untuk menyediakan makanan, tempat tinggal, kasih sayang, pengawasan, pendidikan, atau perawatan gigi atau medis yang memadai.

Baca juga: Dampak Keluarga yang Tidak Harmonis pada Psikologi Anak

Kekerasan pada anak pun tak hanya bisa dilakukan oleh orangtua, tetapi dalam banyak kasus juga bisa dilakukan oleh seseorang yang dikenal dan dipercaya oleh anak tersebut seperti kerabat. Jika kamu mencurigai seorang anak mengalami kekerasan, laporkan tindakan tersebut ke pihak yang berwenang sesegera mungkin.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Child Abuse.
Medical Express. Diakses pada 2020. Study Explains Why Some Childhood Abuse Victims Develop Certain Mental Illnesses.
Psychology Today. Diakses pada 2020. Child Abuse Prepares for a Lifetime of Mental Health Issues.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan