Advertisement

Usus Buntu: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan

7 menit
Ditinjau oleh  dr. Fauzan Azhari SpPD   06 November 2025

Usus buntu atau apendisitis adalah peradangan pada apendiks, yaitu kantung kecil berbentuk jari yang terletak di dekat pertemuan usus kecil dan usus besar.

Usus Buntu: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan PencegahanUsus Buntu: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan

DAFTAR ISI:

  1. Gejala Usus Buntu yang Perlu Kamu Ketahui
  2. Penyebab Usus Buntu dan Faktor Risikonya
  3. Diagnosis Usus Buntu: Bagaimana Dokter Menentukannya?
  4. Pengobatan Usus Buntu: Pilihan dan Prosedur
  5. Komplikasi Usus Buntu yang Harus Diwaspadai
  6. Pencegahan Usus Buntu: Langkah-Langkah yang Bisa Kamu Lakukan
  7. Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Usus Buntu
  8. Kapan Harus ke Dokter?

Usus buntu adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian segera. Peradangan pada usus buntu (apendiks) dapat menyebabkan nyeri hebat dan komplikasi serius jika tidak diobati.

Artikel ini akan membahas definisi, gejala, penyebab, cara diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan komplikasi usus buntu secara lengkap.

Apa Itu Usus Buntu?

Usus buntu atau apendisitis adalah peradangan pada apendiks, yaitu kantung kecil berbentuk jari yang terletak di dekat pertemuan usus kecil dan usus besar.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, radang usus buntu adalah kondisi yang memerlukan penanganan bedah segera.

Apendiks tidak memiliki fungsi vital yang diketahui, namun peradangannya dapat menyebabkan nyeri parah dan, jika tidak diobati, bisa pecah dan menyebabkan infeksi serius.

Ketahui lebih dalam tentang Penyakit Usus Buntu – Gejala, Penyebab, Pencegahannya berikut ini.

Gejala Usus Buntu yang Perlu Kamu Ketahui

Gejala usus buntu dapat bervariasi, tetapi gejala yang paling umum adalah:

  • Nyeri perut yang dimulai di sekitar pusar dan bergerak ke perut kanan bawah.
  • Nyeri yang memburuk saat batuk, berjalan, atau bergerak.
  • Mual dan muntah.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Demam ringan.
  • Sembelit atau diare.
  • Perut kembung.

Gejala lain yang mungkin terjadi meliputi sulit buang air kecil dan nyeri saat buang air kecil. Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang mengalami gejala yang sama.

Penyebab Usus Buntu dan Faktor Risikonya

Banyak orang belum mengetahui bahwa penyebab usus buntu sering kali berawal dari penyumbatan pada saluran apendiks oleh feses keras atau benda asing.

Kondisi ini kemudian memicu peradangan dan infeksi, yang juga bisa diperparah oleh bakteri tertentu sebagai penyebab usus buntu.

Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh:

  • Tinja yang mengeras.
  • Pembesaran jaringan limfoid di dinding usus buntu.
  • Cacing usus.
  • Tumor.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena usus buntu meliputi:

  • Usia: Usus buntu paling sering terjadi pada orang berusia 10 hingga 30 tahun.
  • Jenis kelamin: Pria sedikit lebih mungkin terkena usus buntu dibandingkan wanita.
  • Riwayat keluarga: Orang dengan riwayat keluarga usus buntu lebih mungkin terkena kondisi ini.

Jika tidak segera ditangani, penyebab usus buntu ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pecahnya apendiks dan infeksi menyebar ke rongga perut.

Diagnosis Usus Buntu: Bagaimana Dokter Menentukannya?

Diagnosis usus buntu biasanya melibatkan beberapa langkah, termasuk:

  • Pemeriksaan fisik: Dokter akan menekan perut kamu untuk memeriksa area yang terasa sakit. Beberapa orang juga penasaran apakah ada cara mengetahui usus buntu dengan mengangkat kaki, namun cara ini tidak bisa dijadikan patokan medis dan tetap perlu pemeriksaan dokter untuk memastikan diagnosisnya.
  • Tes darah: Untuk memeriksa tanda-tanda infeksi.
  • Tes urine: Untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
  • Pencitraan: Dokter mungkin merekomendasikan USG perut, CT scan, atau MRI untuk melihat apendiks dan area sekitarnya.

Pengobatan Usus Buntu: Pilihan dan Prosedur

Pengobatan utama untuk usus buntu adalah operasi pengangkatan apendiks (apendektomi). Apendektomi dapat dilakukan dengan dua cara:

  • Laparoskopi: Prosedur minimal invasif yang menggunakan beberapa sayatan kecil dan kamera untuk mengangkat apendiks.
  • Apendektomi terbuka: Prosedur yang melibatkan satu sayatan besar di perut kanan bawah.

Menurut WHO, apendektomi laparoskopik seringkali dikaitkan dengan pemulihan yang lebih cepat dan lebih sedikit rasa sakit dibandingkan dengan apendektomi terbuka.

Selain operasi, antibiotik juga akan diberikan untuk mengatasi infeksi.

Komplikasi Usus Buntu yang Harus Diwaspadai

Jika tidak diobati, usus buntu dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:

  • Peritonitis: Peradangan pada lapisan perut (peritoneum) yang dapat terjadi jika apendiks pecah.
  • Abses: Kantung berisi nanah yang dapat terbentuk di sekitar apendiks yang pecah.
  • Sepsis: Infeksi aliran darah yang mengancam jiwa.

Komplikasi ini memerlukan perawatan medis segera dan dapat berakibat fatal.

Pencegahan Usus Buntu: Langkah-Langkah yang Bisa Kamu Lakukan

Tidak ada cara pasti untuk mencegah usus buntu. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi serat dapat membantu mengurangi risiko.

Serat membantu mencegah sembelit dan pembentukan tinja keras yang dapat menyumbat apendiks.

Hubungi Dokter Ini Jika Mengalami Gejala Usus Buntu

Jika kamu mengalami gejala usus buntu, seperti nyeri perut kanan bawah, demam, atau kehilangan nafsu makan, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter. 

Dokter spesialis di Halodoc telah berpengalaman dan mendapatkan ulasan positif dari pasien yang mereka tangani sebelumnya. 

Berikut beberapa dokter yang bisa kamu hubungi melalui Halodoc:

  • dr. Puguh Krisnadi Sandjojo, Sp.PD: Dokter spesialis penyakit dalam dengan pengalaman 12 tahun, lulusan Universitas Hang Tuah Surabaya (2012) dan Universitas Sam Ratulangi (2020). Saat ini praktik di Cikarang, Jawa Barat, anggota PAPDI, dan tersedia untuk konsultasi di Halodoc.
  • dr. Maya Puspita Sari, Sp.PD, AIFO-K: Dokter spesialis penyakit dalam dengan pengalaman 9 tahun, lulusan Universitas Sriwijaya (2015) dan Universitas Hasanuddin (2023). Saat ini praktik di Lampung Tengah, Lampung, anggota PAPDI, dan tersedia untuk konsultasi di Halodoc.
  • dr. Vera Bahar, Sp.PD: Dokter spesialis penyakit dalam dengan pengalaman 15 tahun, lulusan Universitas Muslim Indonesia (2008) dan Universitas Hasanuddin (2021). Saat ini praktik di Wajo, Sulawesi Selatan, anggota PAPDI, dan tersedia untuk konsultasi di Halodoc.

Itulah dokter yang siap membantu kamu mengenali dan menangani gejala usus buntu dengan tepat. 

Dengan Halodoc, kamu bisa berkonsultasi dengan mudah, aman, dan nyaman tanpa harus keluar rumah.

Tunggu apa lagi? Ayo pakai Halodoc sekarang juga!

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika kamu mengalami gejala usus buntu, terutama nyeri perut yang parah di perut kanan bawah. Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mencegah komplikasi serius.

Usus buntu atau apendisitis adalah peradangan pada apendiks, yaitu kantung kecil berbentuk jari yang terletak di dekat pertemuan usus kecil dan usus besar.

Jika kamu punya pertanyaan lain terkait kondisi ini, hubungi dokter spesialis penyakit dalam di Halodoc saja!

Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Appendicitis – Symptoms and causes.
WebMD. Diakses pada 2025. Appendicitis: Early Signs & Symptoms, Causes, Surgery.
Healthline. Diakses pada 2025. Everything You Need to Know About Appendicitis. 
NHS. Diakses pada 2025. Appendicitis. 
Everyday Health. Diakses pada 2025. Treating Appendicitis With Antibiotics. 
Mohammad Kazem S, et al. Diakses pada 2025. A retrospective descriptive study based on etiology of appendicitis among patients undergoing appendectomy.
World Journal of Emergency Surgery. Diakses pada 2025. Prospective Observational Study on Acute Appendicitis Worldwide (POSAW). 

FAQ

1. Usus buntu disebabkan karena makanan apa saja?

Usus buntu tidak secara langsung disebabkan oleh makanan tertentu. 

Penyebab utamanya adalah infeksi atau penyumbatan pada usus buntu, yang dapat terjadi karena kotoran yang mengeras, infeksi, atau peradangan dari bagian tubuh lain. 

Meski demikian, kebiasaan makan yang kurang sehat, seperti konsumsi makanan rendah serat, bisa meningkatkan risiko terjadinya usus buntu.

2. Apakah kurang minum air putih bisa menyebabkan usus buntu?

Kurang minum air putih dapat memperburuk pencernaan dan meningkatkan risiko sembelit. 

Walaupun tidak secara langsung menyebabkan usus buntu, sembelit bisa berkontribusi pada pembentukan batu usus buntu (fekalit) yang dapat menyumbat saluran usus buntu, sehingga menyebabkan peradangan.

3. Bagaimana cara mengecek apakah kita usus buntu atau tidak?

Kamu bisa segera konsultasikan pada dokter jika mengalami gejala seperti:

  • Nyeri mendadak di perut kanan bawah
  • Mual
  • Muntah
  • Demam ringan
  • Perubahan pola buang air besar

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes penunjang seperti pemeriksaan darah, tes urine, atau pencitraan (USG atau CT-Scan) untuk memastikan apakah itu usus buntu.

4. Apa ciri-ciri usus buntu ringan?

Ciri-ciri usus buntu ringan dapat meliputi rasa nyeri ringan yang dimulai di sekitar pusar, yang kemudian berpindah ke perut kanan bawah. 

Gejala lain termasuk mual, kehilangan nafsu makan, dan demam ringan. Apabila tidak segera ditangani, kondisi ini bisa memburuk.

5. Dimana rasa sakit usus buntu?

Rasa sakit akibat usus buntu biasanya dimulai di sekitar pusar dan kemudian berpindah ke sisi kanan bawah perut. 

Nyeri ini bisa semakin parah saat batuk, bergerak, atau menekan area tersebut.

6. Apakah usus buntu bisa sembuh tanpa operasi?

Usus buntu umumnya memerlukan operasi untuk mengangkat apendiks yang meradang.

Meskipun ada beberapa kasus yang berhasil diobati dengan antibiotik saja, operasi tetap menjadi pilihan utama untuk mencegah komplikasi.

7. Berapa lama waktu pemulihan setelah operasi usus buntu?

Waktu pemulihan bervariasi tergantung pada jenis operasi yang dilakukan.

Setelah operasi laparoskopi, pasien biasanya dapat pulang dalam 1-2 hari dan pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu.

Setelah laparotomi, waktu pemulihan bisa lebih lama, sekitar 2-4 minggu.

8. Apakah ada makanan yang harus dihindari setelah operasi usus buntu?

Setelah operasi usus buntu, penting untuk mengikuti diet yang mudah dicerna.

Hindari makanan berlemak, pedas, dan tinggi serat pada awalnya.

ecara bertahap, dapat kembali ke pola makan normal setelah merasa lebih baik.