Beginilah Cara Mendeteksi Kanker Ovarium

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   02 Juli 2019
Beginilah Cara Mendeteksi Kanker OvariumBeginilah Cara Mendeteksi Kanker Ovarium

Halodoc, Jakarta - Mau tahu berapa banyaknya pengidap kanker ovarium di seluruh dunia? Berdasarkan data yang dihimpun para ahli, setidaknya ada 250.000 kasus kanker ovarium di seluruh dunia setiap tahunnya. Yang mesti diketahui, angka kematiannya pun juga cukup tinggi, yaitu 140.000 kematian per tahun. 

Pada tahun 2012 contohnya. Menurut data dari World Ovarian Cancer Coalition di tahun tersebut diperkirakan terdapat 230.000 kasus kanker ovarium, dengan angka kematian sebanyak 152.000 (lebih dari 50 persen). Dengan kata lain, penyakit ini sangat serius dan mematikan. 

Pertanyaannya, seperti apa sih gejala dan cara mendiagnosis penyakit ini agar pengidapnya dengan segera dapat mendapatkan penanganan? 

Baca juga: Datang Diam-Diam, Ini 4 Cara Melindungi Diri dari Kanker Ovarium

Dari Mual sampai Sakit Saat Berhubungan Intim

Sama halnya dengan kista ovarium, kanker ovarium juga jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Andaikan menimbulkan gejala, paling tidak hanya menyerupai konstipasi atau gejala pada iritasi usus. Kanker ovarium ini umumnya baru akan terdeteksi ketika kanker sudah menyebar di dalam tubuh. Nah, berikut gejala umum yang dialami oleh pengidap kanker ovarium. 

  • Mual.

  • Perut selalu terasa kembung.

  • Frekuensi buang air kecil yang meningkat. 

  • Sakit perut. 

  • Perubahan pada kebiasaan buang air besar, misalnya konstipasi. 

  • Pembengkakan pada perut

  • Penurunan berat badan. 

  • Sakit saat berhubungan intim.

Para wanita harus ekstra waspada, sebab kanker ini bisa muncul pada segala kelompok usia. Namun, kata ahli umumnya kanker ovarium terjadi pada wanita yang sudah masuk masa menopause, atau berusia di atas 50 tahun. 

Gangguan ovarium berupa kanker ovarium ini terbagi menjadi tiga jenis. Pengelompokannya berdasarkan lokasi awal perkembangan kanker. Pertama ada tumor epitelial yang sel kankernya akan muncul pada jaringan pembungkus ovarium. Yang satu ini merupakan jenis kanker ovarium yang paling banyak terjadi. 

Baca juga: Pemeriksaan yang Perlu Dilakukan untuk Mendeteksi Kista Ovarium 

Kedua, ada tumor stromal yang sel kankernya bisa muncul pada lapisan di mana terletak sel-sel penghasil hormon. Sekitar 7 di antara 100 kanker ovarium yang masuk ke dalam jenis ini. Terakhir, yaitu tumor sel germinal. Pada kasus ini, kanker akan berkembang pada sel-sel penghasil telur. Jenis kanker ovarium yang satu ini lebih cenderung dialami oleh wanita usia muda. 

Cara Mendiagnosis Kanker Ovarium

Dokter akan membuat diagnosis setelah menelisik gejala yang dialami pengidapnya. Tak cuma itu saja, dokter juga akan melihat kondisi riwayat keluarga dan hasil pemeriksaan fisik. Nah, tahap selanjutnya adalah pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini akan membantu dokter untuk menegakkan diagnosa.

Lalu, seperti apa sih pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis kanker ovarium? 

1. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menelisik kadar protein CA 12 di dalam darah. Singkatnya, andaikan kadar protein ini tinggi, bisa saja mengindikasikan adanya kanker ovarium. Sayangnya, tes darah ini bukan tes yang spesifik, jadi tak bisa dijadikan acuan tunggal. Alasan kadar CA 125 bisa meningkat karena kondisi lain (bukan kanker saja). Di samping itu, kadar CA 125 tak selalu meningkat pada tiap pengidap kanker ovarium.

Baca juga: Datang Diam-Diam 4 Jenis Kanker Ini Sulit Dideteksi

2. Pemeriksaan Ultrasonografi

Pemeriksaan USG akan menelisik kondisi perut dalam di bagian bawah dan organ reproduksi. Melalui pemeriksaan ini dokter bisa mengetahui ukuran, bentuk, dan struktur ovarium. 

Segera hubungi dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dapat meminimalkan dampak, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. Untuk melakukan pemeriksaan, kamu bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan kamu di sini. Mudah, kan? Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play! Mudah, kan?

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan