Enggak Seindah Dongeng, Hati-Hati Gejala Sindrom Cinderella Complex

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   18 Oktober 2018
Enggak Seindah Dongeng, Hati-Hati Gejala Sindrom Cinderella ComplexEnggak Seindah Dongeng, Hati-Hati Gejala Sindrom Cinderella Complex

Halodoc, Jakarta - Siapa yang tidak tahu indahnya kisah dongeng Cinderella yang begitu populer dan digandrungi anak-anak, terutama perempuan? Hidupnya yang menderita dengan sekejap berubah berkat bantuan ibu peri yang berbaik hati mengubah penampilannya menjadi ratu sehari ketika pangeran kerajaan mengadakan pesta dansa. Berkat sepatu kaca yang tertinggal di istana, Cinderella akhirnya menjadi ratu istana.

Cerita yang dapat menjadi idaman setiap wanita namun ternyata kisah Cinderella di dunia nyata tak pernah seindah dongeng dan filmnya. Cerita gadis ini justru menjadi latar belakang gangguan psikologis yang kerap terjadi pada wanita modern masa kini, yang dikenal dengan Sindrom Cinderella Complex (SCC).

SCC pertama kali dicetuskan oleh seorang terapis sekaligus penulis buku “The Cinderella Complex” asal New York, Colette Dowling. Sindrom ini muncul setelah sang terapis menemukan adanya pergumulan atau konflik yang berhubungan dengan kemandirian para wanita masa kini. Dowling mengemukakan bahwa perempuan tidak pernah diajarkan cara mengendalikan dan mengatasi ketakutannya serta permasalahan yang dihadapinya sejak lahir.

Penyebab Terjadinya Sindrom Cinderella Complex

Secara historis, pria adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap segala kebutuhan rumah tangga. Sementara itu, wanita berperan sebagai pihak yang membagikannya kepada seluruh anggota keluarga. Namun, perubahan zaman membuat wanita kini terlihat lebih bebas, memiliki karier dan posisi, hingga bebas bertualang.

Meski begitu, berdasarkan budaya dan tradisi masyarakat, wanita digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, bertutur kata halus, dan berperilaku setia kepada pasangannya. Gambaran ini yang secara tidak langsung membuat kedudukan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, dan membuat wanita secara tidak langsung akan bergantung pada pria.

Ketergantungan, di sisi lain, merupakan hal yang menakutkan. Bagi wanita, ketergantungan pada pria bisa diartikan sebagai sebuah perasaan yang terpendam. Namun, zaman modern juga menuntut wanita untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan kuat. Ini yang kemudian berpengaruh terhadap pola pikir, cara bertindak, dan cara bicara. Tidak hanya sebagian, Sindrom Cinderella Complex ini bahkan menghantui semua wanita.

Ciri Pengidap Sindrom Cinderella Complex

Wanita yang mengalami Sindrom Cinderella Complex begitu menginginkan pasangan yang mampu menyayangi, mengayomi, dan melindungi dirinya di berbagai kondisi serta mampu memenuhi segala hal yang menjadi kebutuhannya. Mereka sering merasa cemas ketika sukses, dan ketakutan jika kemandiriannya mengubah feminitas pada dirinya.

Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian ketika sang wanita ternyata tidak mendapatkan pasangan yang didambakannya. Pasalnya, ia akan menuntut pasangannya untuk bisa menjadi seperti yang diinginkannya. Biasanya, wanita yang mengalami sindrom ini memiliki kehidupan yang penuh kasih sayang dan cenderung dimanja oleh kedua orang tuanya di masa kecil.

Kondisi ini yang pada akhirnya membuat mereka cukup kesulitan untuk menjadi mandiri, berusaha mengatasi permasalahan dan konflik secara pribadi, serta cenderung bergantung pada orang lain, terutama sang pasangan.

Apabila kamu mengalami kondisi yang amat dekat dengan gejala Sindrom Cinderella Complex, tak ada salahnya untuk bertanya pada dokter hal yang bisa kamu lakukan supaya dapat terlepas dari sindrom ini. Jangan malu untuk bertanya, karena berbagi dengan orang yang tepat dapat mengurangi tingkatan stres yang kamu alami. Kalau kamu tidak ingin berkunjung, kamu bisa pakai aplikasi Halodoc. Caranya mudah, download dan install aplikasi Halodoc dan pilih layanan Tanya Dokter. Pilih dokter yang kamu inginkan, dan ceritakan masalahmu.

 

Baca juga:

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan