Gaya Hidup Sehat Mampu Mencegah Terjadinya Pikun

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   30 Juni 2021
Gaya Hidup Sehat Mampu Mencegah Terjadinya PikunGaya Hidup Sehat Mampu Mencegah Terjadinya Pikun

“Pikun bukan sebuah penyakit, tapi beberapa penyakit bisa menyebabkan pikun. Belum ada cara pasti untuk mencegah pikun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang bisa mengurangi risiko demensia dengan berolahraga, tidak merokok, menghindari penggunaan alkohol, hingga mengendalikan berat badan.”

Halodoc, Jakarta – Pikun atau demensia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala yang memengaruhi memori, berpikir, dan kemampuan sosial cukup parah yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini bukan penyakit, tapi beberapa penyakit bisa menyebabkan pikun. 

Belum ada cara pasti untuk mencegah pikun, tapi ada beberapa gaya hidup sehat yang bisa diaplikasikan yang mungkin bisa membantu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang bisa mengurangi risiko demensia dengan berolahraga, tidak merokok, menghindari penggunaan alkohol, hingga mengendalikan berat badan. 

Baca juga: Cegah Demensia dengan Mengonsumsi Jamur

Mencegah Pikun dengan Gaya Hidup Sehat

Pencegahan pikun sebenarnya sulit dilakukan, karena penyebabnya sering tidak diketahui. Hanya saja, ada beberapa gaya hidup sehat yang diyakini bisa mencegah atau menunda terjadinya pikun:

  • Jaga Pikiran Tetap Aktif. Aktivitas yang merangsang mental, seperti membaca, memecahkan teka-teki dan bermain permainan kata, dan pelatihan memori bisa menunda timbulnya pikun dan mengurangi efeknya. 
  • Aktif Secara Fisik dan Sosial. Aktivitas fisik dan interaksi sosial bisa menunda atau mencegah pikun dan mengurangi gejalanya. Lakukan aktivitas fisik sebanyak 150 menit per minggu. 
  • Berhenti Merokok. Merokok di usia paruh baya atau lebih tua bisa meningkatkan risiko pikun dan kondisi pembuluh darah. Menghentikan kebiasaan merokok mampu mengurangi risiko dan meningkatkan kesehatan tubuh. 

Baca juga: Benarkah Olahraga Bisa Turunkan Risiko Demensia?

  • Cukupi Asupan Vitamin. Seseorang dengan kadar vitamin D rendah dalam darah lebih mungkin mengembangkan penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari demensia atau pikun. Penting mengonsumsi vitamin D melalui makanan tertentu, suplemen, dan paparan sinar matahari. Atau kamu bisa beli vitamin secara online melalui aplikasi Halodoc.
  • Kelola Faktor Risiko Kardiovaskular. Mengobati tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Turunkan berat badan berlebih, dengan begitu pikun bisa dicegah atau ditunda. 
  • Perhatikan Kondisi Kesehatan Mental. Jika diperlukan, temui dokter untuk menangani depresi atau kecemasan yang dialami. 
  • Pertahankan Pola Makan Sehat. Mengonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan asam lemak omega-3, meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko terkena pikun. 
  • Jaga Kualitas Tidur. Latih kebersihan tidur yang baik, bicarakan dengan dokter jika kamu mendengkur keras atau mengalami periode berhenti bernapas saat tidur. 
  • Kelola Masalah Pendengaran. Seseorang dengan gangguan pendengaran berpeluang besar mengalami penurunan kognitif. Perawatan dini gangguan pendengaran, seperti penggunaan alat bantu dengar, bisa membantu mengurangi pikun. 

Kerusakan sel otak adalah penyebab utama kepikunan. Otak memiliki miliaran sel, dan komunikasi sel mengontrol semua yang tubuh lakukan. Jika sel otak rusak, mereka tidak bisa berkomunikasi sebaik yang mereka butuhkan. Ada beberapa teori tentang apa yang menyebabkan kemampuan kognitif pada orang dengan gangguan neurokognitif, dan penyebabnya bisa bervariasi berdasarkan gangguan. 

Bagian otak yang berbeda bertanggung jawab atas ingatan, penilaian, dan gerakan tubuh, sehingga gejala pikun tergantung pada area otak mana yang mengalami kerusakan sel. 

Baca juga: Awas, Penyakit Ini Bikin Anak Demensia Dini

Perlu diketahui, pikun tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia. Oleh karena berkaitan dengan penurunan kinerja otak yang berdampak pada penurunan daya ingat, demensia sering kali disebut dengan penyakit pikun. Tentu saja, pikun kerap dihubungkan dengan penyakit usia lanjut. Namun, benarkah demikian?

Faktanya, tidak demikian. Demensia lebih rentan terjadi pada orang berusia lanjut. Namun, kondisi ini bukan bagian normal dari penuaan. Gangguan kesehatan ini bisa terjadi pada orang yang lebih muda. Gejala awal penyakit ini dapat dimulai ketika seseorang berusia 30-an, 40-an, hingga 50-an. Jadi, tetap perlu hati-hati, karena demensia bisa hinggap tanpa menunggu usia beranjak senja.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Dementia
WHO. Diakses pada 2021. Adopting a healthy lifestyle helps reduce the risk of dementia

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan