Ibu Hamil Mengidap Epilepsi, Apa yang akan Terjadi?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   11 Oktober 2018
Ibu Hamil Mengidap Epilepsi, Apa yang akan Terjadi?Ibu Hamil Mengidap Epilepsi, Apa yang akan Terjadi?

Halodoc, Jakarta – Mengalami epilepsi selama kehamilan tentu menjadi tantangan dan menimbulkan kekhawatiran lebih. Bukan hanya menyangkut keselamatan ibu hamil, tetapi juga janin dalam kandungan. Belum lagi, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati epilepsi juga disebut bisa menyebabkan risiko cacat lahir. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan epilepsi juga berisiko mengalami kejang saat mereka bertambah dewasa.

Dampak epilepsi bagi ibu hamil dan janin di antaranya dapat memperlambat detak jantung janin, pasokan oksigen pada janin menurun, menyebabkan cedera pada janin, risiko lahir prematur, dan meningkatkan potensi keguguran akibat trauma atau kejang yang menyebabkan ibu hamil terjatuh. Di samping itu, ibu hamil dengan epilepsi juga akan mengalami frekuensi kejang lebih sering. Ini disebabkan aktivitas hormon dan perubahan saat hamil yang dapat memicu serangan epilepsi.

Komplikasi yang Dialami Ibu saat Hamil

Kekhawatiran saat mengalami epilepsi selama kehamilan tentu dirasakan. Namun, kebanyakan ibu yang menderita epilepsi mampu melahirkan bayi yang sehat. Kejang selama kehamilan dapat menyebabkan beberapa komplikasi bagi ibu hamil, di antaranya;

  1. Melambatnya denyut jantung janin.
  2. Cedera janin, terpisahnya plasenta dari rahim secara prematur (abrupsio plasenta), atau keguguran akibat trauma yang dialami selama kejang.
  3. Persalinan prematur.

Selain itu, setiap perempuan yang berinteraksi terhadap kehamilan dengan cara yang berbeda. Kebanyakan ibu hamil yang mengalami epilepsi, kejang mereka tidak mengalami perubahan. Untuk beberapa ibu hamil, ada risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang selama kehamilan, khususnya, pada ibu yang kurang atau tidak menggunakan obat sesuai resep dokter. Untuk ibu hamil lainnya, kejang menjadi tidak sesering yang dulu.

Sementara itu, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kejang justru dapat berkontribusi terhadap ketidaksuburan. Namun, obat anti-kejang tertentu juga dapat mengurangi efektivitas metode kontrasepsi hormonal.

Risiko yang Dialami Bayi

Setiap obat yang kamu gunakan selama kehamilan nyatanya dapat memengaruhi bayi kamu. Bayi yang terlahir dari ibu pengidap epilepsi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kejang. Tergantung pada jenis obat dan dosis yang digunakan, juga bisa ada peningkatan risiko cacat lahir atau gangguan lain seperti:

  1. Cacat saluran kencing.
  2. Jantung skeletal.
  3. Kemampuan intelektual yang rendah.
  4. Kemampuan kognitif yang buruk (berbicara dan memahami).
  5. Masalah memori.
  6. Gangguan spektrum autisme.
  7. Tertundanya berjalan dan berbicara.

Pencegahan Epilepsi

Sebelum kamu mencoba untuk hamil, jadwalkan janji terlebih dahulu dengan dokter untuk mempertimbangkan pengobatan alternatif. Biasanya, lebih baik untuk membuat perubahan obat sebelum, daripada selama kehamilan.

Minumlah obat anti-kejang kamu sesuai resep. Jangan menyesuaikan dosis atau menghentikan obat kamu sendiri. Ingatlah bahwa kejang yang tidak dikendalikan cenderung memberikan risiko yang lebih besar kepada bayi daripada obat apa pun. Selain itu, disarankan bagi kamu untuk meminum 5 miligram dosis asam folat setiap hari begitu kamu mulai mencoba untuk hamil.

Selain mengonsumsi obat, penting pula untuk menjalani gaya hidup yang sehat. Seperti:

  1. Menjalani diet sehat.
  2. Mengonsumsi vitamin prenatal.
  3. Tidur yang cukup.
  4. hindari rokok, minum alkohol, dan mengonsumsi narkoba.

Dokter akan menawarkan USG untuk membantu mendeteksi masalah perkembangan pada bayi. Kamu mungkin membutuhkan tes darah tambahan untuk memeriksa kadar obat anti-epilepsi dalam darah, tergantung pada antikonvulsan yang digunakan.

Jika kamu hamil selama menggunakan antikonvulsan, terus gunakan obat tersebut. Sebaiknya jangan menghentikan pengobatan tanpa saran dokter spesialis, terutama selama kehamilan. Ini dikarenakan kejang parah selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan atau cedera, bahkan kematian bagi ibu dan bayi.

Ada baiknya pula kamu segera mendiskusikan kondisi kamu dengan dokter di Halodoc. Diskusi dengan dokter menjadi lebih praktis melalui aplikasi Halodoc, komunikasi bisa dilakukan via Chat atau Voice/ Video Call kapan dan di mana pun. Yuk, segera download aplikasinya sekarang!

Baca juga:

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan