Ini Alasan Rabies Disebut Juga Penyakit Anjing Gila

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   29 September 2020
Ini Alasan Rabies Disebut Juga Penyakit Anjing GilaIni Alasan Rabies Disebut Juga Penyakit Anjing Gila

Halodoc, Jakarta - Mungkin kini penyakit rabies tidak banyak dibicarakan seperti beberapa waktu silam. Namun, bukan berarti kini penyakit rabies sudah tidak ada. Kamu harus tetap berhati-hati agar tidak terinfeksi penyakit yang kerap disebut juga sebagai penyakit anjing gila. 

Rabies kerap disebut penyakit anjing gila karena menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sembilan puluh sembilan persen penyebabnya adalah akibat gigitan anjing. Kata rabies juga mungkin sudah sangat identik dengan anjing yang selalu marah dan memiliki busa di mulut. Jika kamu digigit anjing yang terinfeksi rabies, kamu bisa mengalami kondisi yang menyakitkan dan bahkan mengancam nyawa.

Baca juga: 4 Fakta tentang Rabies pada Manusia

Gejala Anjing yang Terinfeksi Rabies

Kamu harus mengetahui ciri-ciri hewan yang terkena virus rabies ini. Hal ini bertujuan untuk mencegah virus rabies menular ke kamu. Beberapa gejala yang muncul pada anjing yang terinfeksi virus rabies meliputi:

  • Terlihat gelisah atau takut.
  • Cepat marah dan mudah menyerang orang.
  • Demam.
  • Mulut berbusa.
  • Tidak nafsu makan.
  • Lemah.
  • Kejang.

Pada fase awal anjing akan menunjukkan gejala seperti manusia yang sedang terkena flu. Ia akan merasa tidak enak badan, sakit kepala, dan gatal serta tidak nyaman pada area gigitan. Kemudian, ia akan mengalami disfungsi otak yang kemudian membuat perilakunya aneh, seperti agresif, gelisah, mudah marah, menjadi lebih pasif, dan semacamnya. Inilah alasan mengapa rabies disebut penyakit anjing gila. 

Baca juga: Hari Rabies Sedunia, Ini 2 Vaksin Rabies yang Perlu Dikenali

Pengobatan Rabies

Untungnya kini ketersediaan vaksin untuk hewan dan manusia telah menyebabkan penurunan tajam kasus rabies. Kini telah dikenal tiga cara penanganan bila digigit anjing rabies, antara lain:

  • Penanganan Usai Digigit. Dalam penanganan gigitan anjing rabies, diperlukan tindakan cepat yakni mencuci luka gigitan sesegera mungkin dengan air mengalir dan sabun atau deterjen selama 10 hingga 15 menit. Kemudian area gigitan diberikan antiseptik.
  • Pre Exposure Vaccination (VAR). Metode ini dilakukan dalam proses penangan, misalnya untuk luka resiko rendah yang tidak berbahaya seperti jilatan pada kulit, luka, garukan atau lecet (erosi, ekskoriasi), luka kecil di sekitar tangan, badan dan kaki, cukup diberikan VAR. WHO merekomendasikan agar VAR diberikan sebanyak tiga kali dengan dosis yang penuh pada hari ke-0, ke-7 dan ke-21 atau ke- 28. Pemberian VAR ini bisa dilakukan secara intramuskular di area deltoid pada orang dewasa dan anterolateral paha pada anak-anak. Pemberian suntik vaksin rabies VAR juga bisa diberikan di awal sebelum digigit, biasanya untuk orang yang memiliki kontak yang tinggi dengan para hewan, seperti: dokter hewan, teknisi yang bekerja pada hewan, karyawan laboratorium yang bekerja dengan virus rabies, karyawan rumah potong hewan, petugas kesehatan yang menangani kasus luka rabies, dan petugas peternakan yang menangani hewan penularan rabies.
  • Pemberian Serum Anti Rabies (SAR). Ini adalah imunisasi pasif yang bertujuan untuk segera memberikan neutralizing antibodies sebelum sistem imun pengidap siap untuk menghasilkan antibodi sendiri yang terjadi 7-14 hari setelah diberikan VAR. Sementara SAR diberikan sekali pada awal vaksinasi. Suntikan SAR sangat diperlukan apabila luka gigitan yang terpaksa dijahit.

Baca juga: Ternyata Rabies Sulit Dideteksi Melalui Pemeriksaan Darah

Untuk mengetahui lebih banyak mengenai rabies, kamu juga bisa tanyakan pada dokter di Halodoc. Dokter akan memberikan penjelasan yang detail mengenai rabies melalui chat di aplikasi Halodoc

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Rabies. 
World Health Organization. Diakses pada 2020. Rabies. 


Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan