Ini Alasan Wanita Lebih Berisiko Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   16 September 2021
Ini Alasan Wanita Lebih Berisiko Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19Ini Alasan Wanita Lebih Berisiko Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19

Halodoc, Jakarta – Vaksin COVID-19 terbukti aman untuk diberikan pada tubuh manusia, tapi bisa menimbulkan efek samping yang mungkin akan membuat kamu sedikit tidak nyaman. Munculnya efek samping sebenarnya adalah hal yang wajar karena sistem kekebalan tubuh sedang bereaksi terhadap vaksin, khususnya antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh, guna membentuk perlindungan terhadap virus.  

Efek samping vaksin COVID-19 sangat bervariasi pada tiap orang, karena hal itu tergantung pada sistem kekebalan tubuh masing-masing. Namun, data menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko mengalami efek samping setelah menerima vaksin COVID-19 dibandingkan pria.  Berikut ulasannya.

Baca juga: Intip Cara Atasi Efek Samping setelah Vaksinasi COVID-19

Lebih Banyak Wanita yang Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19

Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa dibandingkan pria, efek samping vaksin COVID-19 lebih banyak dialami oleh wanita. Pada bulan pertama vaksinasi COVID-19, lebih dari 79 persen efek samping vaksin dilaporkan oleh wanita, meskipun data menunjukkan bahwa wanita hanya menerima sekitar 61,2 persen dosis.

Selain itu, reaksi alergi yang parah terhadap vaksin sebagian besar juga terjadi di kalangan wanita. Meskipun sangat jarang, tetapi reaksi anafilaksis yang dilaporkan terhadap vaksin Moderna terjadi pada wanita, dengan menyumbang 44 dari 47 reaksi anafilaksis terhadap vaksin Pfizer-BioNTech, menurut data CDC.

Para dokter dan ahli gender mengatakan bahwa mereka tidak kaget mengetahui bahwa wanita memiliki reaksi yang lebih kuat terhadap vaksin COVID-19. Megan Donnelly, seorang dokter pengobatan osteopatik dan kepala neurologi wanita di Novant Health, North Carolina, mengungkapkan bahwa menurut data vaksin flu, ada lebih banyak wanita yang mengalami lebih banyak efek samping dan reaksi yang parah.

Para ahli berpendapat hal itu mungkin disebabkan karena pria lebih kecil kecenderungannya untuk melaporkan reaksi pasca vaksinasi daripada wanita, karena sifat maskulin mereka yang mendorong untuk bersikap tabah. Anne Liu, ahli alergi, imunologi dan spesialis penyakit menular di Stanford University School of Medicine merupakan salah satu pakar yang berpendapat bahwa kebiasaan pria yang tidak ingin berbicara mungkin menjadi penyebab laporan efek samping COVID-19 didominasi oleh wanita.

Namun, Liu, Donelly dan ahli lainnya mengungkapkan bahwa perbedaan biologis antara pria dan wanita juga berperan terhadap risiko efek samping vaksin COVID-19.

Baca juga: 4 Kelompok Orang yang Berisiko Alami Reaksi Merugikan Setelah Vaksin COVID-19

Respon Kekebalan Wanita Lebih Kuat

Secara historis, wanita memiliki respons kekebalan tubuh yang lebih kuat terhadap vaksin daripada pria, dan menurut para ahli, itulah alasan yang paling mungkin mengapa efek samping vaksin COVID-19 pada wanita lebih intens. Menurut Rosemary Morgan, seorang ilmuwan yang mempelajari perbedaan gender di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, hal itu berarti sistem kekebalan wanita merespons vaksin, yang adalah hal yang baik.

Lebih lanjut Morgan mengungkapkan bahwa dalam studi dan penelitian, wanita dan anak perempuan menghasilkan lebih banyak antibodi penangkal infeksi, daripada pria ketika mereka mendapatkan vaksinasi untuk influenza, demam kuning, rabies, hepatitis A dan B, dan MMR (campak, gondok, dan rubella).

Respon imun wanita yang lebih kuat juga menjadi alasan mengapa wanita umumnya lebih baik dalam melawan infeksi, seperti sepsis, pneumonia, dan, sekarang, COVID-19. Studi menunjukkan bahwa pria yang terkena COVID-19 hampir tiga kali lebih mungkin memerlukan perawatan intensif daripada wanita yang terinfeksi, dan mereka juga lebih mungkin meninggal.

Di sisi lain, wanita dua kali lebih berisiko dibandingkan pria untuk memiliki penyakit autoimun. seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan psoriasis, yang merupakan konsekuensi lain dari respons kekebalan mereka yang kuat. Pada gangguan tersebut, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh dan menyebabkan peradangan.

Donnelly mengatakan fenomena yang sama juga bisa menjelaskan mengapa wanita lebih cenderung mengalami long COVID, yaitu gejala yang masih berlangsung selama berbulan-bulan setelah mereka tidak lagi terinfeksi virus corona. Banyak dokter percaya bahwa kondisi tersebut tidak disebabkan oleh virus itu sendiri, kata Donnelly, tetapi dari sistem kekebalan yang bekerja berlebihan dan melawan bahkan setelah virus telah dibersihkan.

Baca juga: Ini Penjelasan Sistem Imun yang Kuat Bisa Lawan Virus Corona

Jenis Kelamin Berpengaruh Terhadap Respon Imun

Para ahli belum mengetahui secara pasti mengapa pria dan wanita memiliki respon imun yang berbeda, tetapi hormon mungkin berperan. Penelitian mengaitkan jumlah testosteron yang tinggi dengan respons kekebalan yang lebih lemah, sementara itu estrogen dan progesteron tampaknya meningkatkan pertahanan tubuh.

Sebuah penelitian kecil yang diterbitkan pada Maret 2021 di jurnal Chest menemukan bahwa memberikan hormon progesteron wanita pada pasien COVID-19 pria yang dirawat di rumah sakit bisa meningkatkan hasil klinis.

Para ilmuwan juga sudah mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan kekebalan yang berada pada kromosom X, kata Panagis Galiatsatos, M.D., seorang dokter di Divisi Pulmonary and Critical Care Medicine di Johns Hopkins Medicine. Pria hanya memiliki satu kromosom X, sedangkan wanita memiliki dua. “Jika salah satu gen kekebalan Anda rusak, respons Anda akan melemah saat virus menyerang,” kata Galiatsatos. “Tetapi wanita memiliki cadangan, X ekstra yang memungkinkan mereka untuk mengimbanginya,” katanya.

Itulah beberapa alasan mengapa wanita lebih berisiko mengalami efek samping COVID-19. Namun, jangan khawatir, sebagian besar efek samping vaksin COVID-19 bersifat ringan hingga sedang, yang bisa hilang dalam beberapa hari. Jadi, tidak perlu takut untuk vaksinasi.

Namun, bila efek samping yang kamu alami tidak kunjung sembuh dalam beberapa hari, sebaiknya temui dokter segera diatasi. Kamu bisa berobat ke dokter dengan buat janji di rumah sakit pilihan kamu melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasinya sekarang juga di App Store dan Google Play.

This image has an empty alt attribute; its file name is Banner_Web_Artikel-01.jpeg
Referensi:
AARP. Diakses pada 2021. COVID-19 Vaccine Side Effects Are Stronger in Women

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan