Ini Profesi yang Berpotensi Menyebabkan Keracunan Sianida

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   23 Januari 2019
Ini Profesi yang Berpotensi Menyebabkan Keracunan SianidaIni Profesi yang Berpotensi Menyebabkan Keracunan Sianida

Halodoc, Jakarta - Ingatkah kamu tentang kasus keracunan sianida dalam segelas kopi yang dilakukan Jessica Kumala Wongso terhadap Wayan Mirna? Kasus tersebut membuat nyawa Wayan Mirna melayang dan menjadi topik yang cukup ramai diperbincangkan pada saat itu. Lantas, apa sih sebenarnya sianida, dan mengapa seseorang bisa mengalami keracunan sianida?

Apa itu Sianida?

Sianida jarang digunakan, namun zat ini terbukti mematikan. Sianida membuat tubuh korbannya tidak bisa menggunakan oksigen yang dibutuhkan. Pada periode awal penggunaannya, senyawa ini digunakan dalam dunia pertambangan, sebagai pengikat logam mulia emas.

Sianida digunakan dalam teknik amalgamasi sehingga kadar emas yang dapat diperoleh bisa mencapai 89 hingga 95 persen, dan jauh lebih baik dari metode lainnya yang hanya mencapai 40 hingga 50 persen. Setelah perang dunia, penggunaan sianida beralih sebagai zat kimia yang berbahaya dan mulai digunakan untuk genosida dan racun bunuh diri. Kini, racun sianida dapat digunakan untuk membunuh tikus tanah untuk melindungi panen tanaman pangan.

Baca Juga:  Tak Sekadar Gaya, Pentingnya Pakai Masker saat Beraktivitas

Profesi yang Rentan Terpapar Keracunan Sianida

Beberapa pekerjaan manusia dapat terbantu karena sianida, untuk itu beberapa profesi ini disinyalir dapat mengalami keracunan sianida:

  • Pekerja Tambang Emas. Dalam industri pertambangan emas, sianida digunakan dalam proses ekstraksi emas. Akibatnya, pekerja tambang emas sangat memungkinkan alami keracunan sianida.

  • Pekerja Perkebunan. Pekerja perkebunan juga dapat terpapar sianida yang terdapat dalam pestisida yang ia semprotkan secara rutin setiap hari. Campuran sianida ke dalam pestisida dikenal ampuh membunuh hama tanaman dan serangga. Sayangnya, jika tidak menggunakan perlengkapan kerja yang memadai, sianida bisa terakumulasi dan membahayakan pekerja perkebunan.

Tidak hanya dua jenis pekerjaan di atas, beberapa bidang industri lain yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja akibat keracunan sianida antara lain industri logam, pertambangan, plastik, pewarnaan, dan perhiasan. Para pekerja tersebut bisa mengalami keracunan sianida akibat tidak sengaja terpapar oleh sianida, baik tertelan maupun terhirup.

Gejala Keracunan Sianida

Pada kasus keracunan sianida kronis, dalam artian terpapar sianida jumlah sedikit dalam waktu yang lama, umumnya gejala akan muncul secara bertahap. Beberapa gejala yang dapat dirasakan antara lain merasa cemas, perubahan dalam mengecap rasa, muntah, sakit di bagian perut, dada, dan kepala.

Sedangkan pada keracunan sianida akut, yaitu terpapar sianida dalam jumlah yang besar, gejala muncul dengan cepat bahkan langsung menyebabkan kematian.

Selain itu, jika pengidap keracunan sianida berat dapat selamat, ia mengalami kerusakan otak dan jantung yang permanen. Gejala-gejala keracunan sianida akut, di antaranya adalah:

  • Kejang.

  • Hilang kesadaran.

  • Kerusakan paru-paru.

  • Kehilangan kesadaran.

  • Kegagalan sistem pernapasan.

  • Tekanan darah rendah (hipotensi).

  • Bradikardia.

Seseorang yang mengalami keracunan sianida terkadang warna kulitnya bisa berubah menjadi kemerahan dikarenakan oksigen terperangkap dalam darah dan tidak bisa masuk ke sel tubuh. Napas pengidap bisa menjadi cepat atau lambat, dan berbau seperti kacang almond, meski sulit untuk dideteksi.

Baca Juga: Mana yang Lebih Bahaya, Bau Timbal Bensin atau Asap Rokok?

Itulah beberapa pekerjaan yang dapat mengalami keracunan sianida beserta gejala yang akan muncul. Sebaiknya, gunakan perlengkapan kerja yang sesuai prosedur untuk menghindari paparan racun. Jika kamu memiliki keluhan terhadap masalah pernapasan, kamu bisa tanya dokter melalui aplikasi Halodoc. Dengan aplikasi Halodoc kamu bisa langsung mendapatkan jawaban terhadap keluhan kamu. Yuk, download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play sekarang juga!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan