Kenali Sindrom Peter Pan Vs Sindrom Cinderella Complex pada Anak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   23 Oktober 2018
Kenali Sindrom Peter Pan Vs Sindrom Cinderella Complex pada Anak Kenali Sindrom Peter Pan Vs Sindrom Cinderella Complex pada Anak

Halodoc, Jakarta - Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya tumbuh dewasa dan mandiri. Namun, pernahkah kamu mendapati anak yang bertingkah sangat manja, tidak bertanggung jawab, dan selalu berharap untuk dilindungi atau dijaga oleh orang lain? Bisa jadi, itu merupakan tanda bahwa mereka terkena sindrom peter pan dan cinderella complex.

Sindrom yang didasarkan pada tokoh kartun ini biasanya menyerang orang yang berusia remaja hingga dewasa. Namun, sindrom ini dapat terjadi karena adanya kesalahan pola asuh ketika kecil, yang terbawa hingga beranjak dewasa. Oleh karena itu, ibu perlu mengamati tanda dan gejala dari sindrom peter pan dan cinderella complex pada anak sedini mungkin, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan.

Sindrom Peter Pan

Peter Pan adalah tokoh dalam cerita anak-anak yang ditulis oleh JM Barrie, seorang sastrawan asal Skotlandia. Ia digambarkan sebagai karakter anak laki-laki nakal, bisa terbang, dan menolak menjadi dewasa. Watak tokoh Peter Pan yang sangat kekanak-kanakan itu kemudian dijadikan sebagai nama gangguan psikologis oleh Dan Kiley pada 1983, yang hingga saat ini dikenal sebagai sindrom peter pan.

Sindrom ini ditujukan untuk orang dewasa yang secara sosial tidak menunjukkan kematangan atau kedewasaan. Baik secara psikologis, sosial, hingga seksual. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya akan bertingkah sangat kekanak-kanakan dan tidak ingin mengemban tanggung jawab besar selayaknya orang dewasa. Kondisi ini sangat sesuai dengan sifat tokoh Peter Pan, yang menolak menjadi dewasa karena tidak mau kehilangan masa kanak-kanaknya.

Ciri-ciri orang yang mengalami sindrom peter pan adalah sebagai berikut:

  1. Suka membantah.
  2. Manja.
  3. Pemarah, suka mengamuk ketika keinginannya tidak terpenuhi.
  4. Malas, tidak suka bekerja keras.
  5. Tidak bertanggung jawab.
  6. Selalu bergantung pada orang lain, bahkan dalam hal-hal kecil.
  7. Tidak bisa menerima kritikan.
  8. Tidak berani mengambil keputusan dan menanggung risiko.

Salah satu penyebab munculnya sindrom ini adalah pola asuh yang kurang tepat pada masa kanak-kanak. Orangtua mungkin saja bersikap selalu menuruti keinginan anak, membela, dan turun tangan ketika anak melakukan kesalahan. Akibatnya, anak pun terbiasa dengan perlakuan-perlakuan seperti itu. Lalu, ketika dewasa ia akan merasa selalu membutuhkan perhatian, perlindungan, dan cenderung kekanak-kanakan.

Sindrom Cinderella Complex

Siapa yang tidak kenal Cinderella? Tokoh dalam film kartun populer ini semasa kecilnya hidup bahagia bersama ayah dan ibunya. Lalu ketika menjelang remaja, hidupnya berubah menjadi sengsara lantaran ibunya meninggal dan ayahnya menikah dengan wanita lain. Kehidupan Cinderella pun mulai diwarnai dengan kepahitan ketika ibu dan saudara tirinya kerap menyiksanya. Ia pun kemudian mendambakan sosok seperti pangeran, yang dapat menjaga, menyayangi, dan memberikan kebahagiaan padanya.

Karakter Cinderella tersebut kemudian dipakai untuk menyebut gangguan psikologis pada wanita yang enggan atau takut untuk mandiri. Wanita dengan sindrom cinderella complex ini biasanya selalu memiliki keinginan untuk diselamatkan, dilindungi, dan disayang oleh sosok yang seperti pangeran.

Ciri-ciri orang yang mengalami sindrom cinderella complex adalah sebagai berikut:

  1. Manja.
  2. Selalu ingin dilindungi.
  3. Merasa tidak berdaya.
  4. Kurang percaya diri.
  5. Selalu ingin bergantung pada orang lain.

Seperti halnya sindrom peter pan, cinderella complex juga dapat muncul karena adanya pola pengasuhan yang salah ketika kecil. Orangtua yang selalu berusaha hadir dan terlibat dalam setiap urusan anak, membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang manja dan selalu ingin bergantung pada orang lain.

Oleh sebab itu, sebagai orangtua, penting untuk menanamkan nilai-nilai tanggung jawab dan kemandirian pada anak sedini mungkin. Agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan siap menghadapi segala hal dalam kehidupannya kelak.

Namun, jika anak mengalami masalah kesehatan, ibu jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu 1 jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

 

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan