halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
Bronkiolitis
search
close
article-ad-placeholderarticle-ad-placeholder

Bronkiolitis

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Apa Itu Bronkiolitis?
  • Faktor Risiko  Bronkiolitis
  • Gejala  Bronkiolitis
  • Diagnosis Bronkiolitis
  • Pengobatan Bronkiolitis
  • Komplikasi  Bronkiolitis
  • Pencegahan  Bronkiolitis
  • Kapan Harus ke Dokter?

Apa Itu Bronkiolitis?

Bronkiolitis adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Kondisi ini umumnya dialami oleh bayi dan anak-anak berusia di bawah dua tahun. 

Kondisi ini muncul karena adanya infeksi pada saluran napas yang memicu terjadinya peradangan, serta penyumbatan pada bronkiolus. Bronkiolus sendiri merupakan saluran pernapasan kecil yang berada di dalam paru-paru. 

Infeksi atau peradangan bisa disebabkan oleh beberapa jenis virus, termasuk di antaranya adalah virus flu dan pilek. 

Namun, jenis virus yang paling sering menyebabkan kondisi ini (terutama pada anak-anak yang masih berusia kurang dari dua tahun) adalah respiratory syncytial virus (RSV). 

Anak-anak biasanya tertular virus ketika berada di dekat dan terpapar oleh percikan liur, dari batuk atau bersin pengidap bronkiolitis.

Faktor Risiko  Bronkiolitis

Berikut ini beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seorang anak terkena bronkiolitis, di antaranya:

  • Memiliki kekebalan tubuh yang rendah.
  • Lahir prematur.
  • Berusia kurang dari tiga bulan.
  • Tidak pernah mendapat ASI. Anak yang disusui ASI memiliki imunitas tubuh yang lebih baik dibanding dengan yang tidak.
  • Tinggal di lingkungan padat.
  • Sering melakukan kontak dengan anak-anak lain.
  • Sering terpapar asap rokok.
  • Memiliki penyakit paru-paru atau jantung.

Gejala  Bronkiolitis

Penyakit ini biasanya diawali dengan gejala yang mirip seperti pilek dan batuk ringan. Namun, setelah beberapa hari gejala bisa saja disertai kondisi lain seperti:

  • Penurunan nafsu makan. 
  • Demam. 
  • Napas berbunyi atau mengi. 

Pada kebanyakan kasus, bronkiolitis memang tergolong ringan, sehingga gejala yang muncul juga tidak terlalu berat. Gejala penyakit ini biasanya akan reda kurang dari tiga minggu, tanpa pengobatan khusus. 

Yuk, cari tahu 4 Fakta Penting Mengenai Bronkiolitis.

Diagnosis Bronkiolitis

Diagnosis penyakit bronkiolitis dilakukan dengan identifikasi dan mengobservasi anak melalui pemeriksaan fisik. Misalnya dengan mendengarkan suara paru-paru melalui stetoskop. 

Tidak hanya itu, dokter juga dapat menanyakan apakah anak memiliki tanda-tanda dehidrasi, seperti sering muntah dan menolak makan atau minum. 

Jika anak dicurigai mengalami bronkiolitis parah, maka dokter akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan seperti:

  • X-ray Area Dada. Pemeriksaan X-ray dada diperlukan untuk melihat tanda-tanda dari pneumonia.
  • Viral Testing. Pemeriksaan ini akan mengambil sampel lendir untuk diuji apakah terdapat virus penyebab bronkiolitis. Caranya, dengan memasukkan cotton bud secara perlahan ke dalam hidung.
  • Tes Darah. Pemeriksaan ini juga bisa dilakukan untuk memeriksa jumlah sel darah putih pengidapnya. Tes darah ini juga berguna untuk mengetahui apakah kadar oksigen telah menurun pada aliran darah anak.

Pengobatan Bronkiolitis

Jika anak didiagnosa mengalami bronkiolitis, ada sejumlah cara yang direkomendasikan untuk mengatasinya seperti:

  • Istirahatkan Si Kecil dan berikan ia banyak cairan (termasuk ASI dan susu formula). Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
  • Membuat ruangan kamar Si Kecil nyaman dengan memasang pelembap udara atau diffuser.
  • Mensterilkan ruangan kamar Si Kecil dari polusi udara (terutama asap rokok).
  • Memberikan obat tetes saline (larutan mengandung garam) yang bisa dibeli secara bebas di apotek untuk meredakan hidung Si Kecil yang tersumbat.
  • Memberikan obat pereda panas yang bisa dibeli bebas di apotek jika Si Kecil mengalami demam, sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter atau pada petunjuk pemakaian yang tertera pada kemasan. Obat pereda panas dapat diberikan pada Si Kecil setelah berusia lebih dari tiga bulan. Jangan berikan obat antiinflamasi karena obat ini diperuntukkan bagi orang-orang yang berusia 16 tahun ke atas.

Apabila ibu membutuhkan obat untuk mengatasi bronkiolitis, berikut ini rekomendasinya: 

  • Ini 7 Rekomendasi Obat Penurun Panas Anak
  • Ini 5 Rekomendasi Nasal Spray Bayi yang Aman untuk Hidung Tersumbat

Obat-obatan tersebut bisa dibeli dengan mudah di Toko Kesehatan Halodoc. Beli obat praktis, tanpa perlu keluar rumah!

Jika kasus bronkiolitis yang terjadi cukup parah dan disertai sesak napas, ibu perlu segera memeriksakan anak ke dokter. Biasanya, saat dirawat di rumah sakit, anak akan mendapat terapi oksigen, serta asupan cairan melalui infus.

Komplikasi Bronkiolitis

Komplikasi kerap terjadi pada kasus bronkiolitis parah. Beberapa contoh komplikasi penyakit ini adalah:

  • Dehidrasi.
  • Gagal pernapasan atau kurangnya kadar oksigen di tubuh.
  • Pengidapnya bisa alami cyanosis yang akan ditandai dengan kulit dan bibir membiru akibat kekurangan oksigen.
  • Apnea atau napas berhenti sesaat.

Pencegahan Bronkiolitis

Untuk meminimalisir risiko bronkiolitis, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti: 

  • Menjauhkan anak dari orang-orang yang menunjukkan gejala penyakit tersebut atau penyakit saluran napas lainnya.
  • Jaga kebersihan untuk menghindari penularan virus. 
  • Jauhkan anak dari paparan rokok.
  • Pastikan anak mendapat istirahat yang cukup. 

Jika Si Kecil berisiko tinggi terkena bronkiolitis (misalnya memiliki kekebalan tubuh yang rendah, berpenyakit paru-paru atau jantung sejak lahir, dan lahir prematur), biasanya dokter akan menyarankan untuk dilakukan penyuntikan zat antibodi setiap bulan.

Agar anak ibu terhindari dari penyakit ini, Begini Caranya Agar Terhindar dari Bronkiolitis.

Kapan Harus ke Dokter?

Penyakit ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Jika mengalami tanda dan gejala di atas, segera berbicara dengan dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. 

Apabila Si Kecil Terkena Bronkiolitis, Ibu Harus Apa?.

Jika ragu, ibu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter. 

Sampaikan gejala dan keluhan yang dialami Si Kecil melalui Video/Voice Call atau Chat. Dapatkan rekomendasi pengobatan terbaik dari ahlinya. Ayo, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play! 

Referensi: 
NHS UK. Diakses pada 2024. Bronchiolitis.
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Bronchiolitis.
WebMD. Diakses pada 2024. What Is Bronchiolitis?
Diperbarui pada 28 Oktober 2024.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp