Molluscum Contagiosum
DAFTAR ISI
- Apa Itu Molluscum Contagiosum?
- Penyebab Molluscum Contagiosum
- Faktor Risiko Molluscum Contagiosum
- Gejala Molluscum Contagiosum
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Molluscum Contagiosum
- Diagnosis Molluscum Contagiosum
- Pengobatan Molluscum Contagiosum
- Komplikasi Molluscum Contagiosum
- Pencegahan Molluscum Contagiosum
Apa Itu Molluscum Contagiosum?
Molluscum contagiosum adalah infeksi virus yang bisa menimbulkan bintil pada kulit. Infeksi ini bersifat lokal dan kronis, tetapi tidak membahayakan alias jinak. Infeksi ditandai dengan munculnya gangguan lesi ringan pada kulit yang dapat terjadi pada bagian tubuh manapun.
Kondisi ini biasanya dapat sembuh dalam waktu antara 6 sampai 12 bulan tanpa terbentuk jaringan parut. Akan tetapi, bekas luka bisa bertahan hingga 4 tahun sebelum menghilang secara sempurna.
Penyebab Molluscum Contagiosum
Famili dari virus pox, yaitu virus Molluscum contagiosum menjadi penyebab penyakit molluscum contagiosum. Virus ini menyebar secara langsung dari orang ke orang melalui kontak fisik, atau melalui vomit (benda mati yang dapat digunakan sebagai inang oleh virus).
Virus ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya karena bersentuha, atau pengidapnya menggaruk lesi yang ada lalu menyentuh bagian tubuh lainnya.
Penyebaran ini disebut dengan autoinokulasi. Bercukur menjadi salah satu aktivitas yang bisa memicu terjadinya autoinokulasi.
Faktor Risiko Molluscum Contagiosum
Ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan seseorang mengalami kondisi ini, di antarany:
- Anak-anak usia 1-10 tahun.
- Sering melakukan olahraga yang melibatkan kontak tubuh.
- Memiliki sistem imun yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS atau pasien yang mendapatkan terapi imunosupresif.
Gejala Molluscum Contagiosum
Molluscum Contagiosum bisa ditandai berbagai gejala, di antaranya:
- Lesi pada penyakit ini dikenal sebagai moluska yang merupakan lesi berbentuk kubah yang muncul pada kulit.
- Lesi ini dapat berwarna putih, merah muda atau serupa dengan warna kulit, dan disertai dengan adanya lesung atau lubang pada bagian tengahnya.
- Lesi moluska umumnya berukuran kecil dengan diameter sekitar 2 hingga 5 milimeter.
- Moluska sering memiliki penampakan yang berkilau dengan konsistensi halus dan padat.
- Lesi dapat menjadi gatal, nyeri, merah, dan membengkak.
- Lesi dapat muncul pada seluruh bagian tubuh, yakni wajah, leher, lengan, kaki, perut, daerah kemaluan, baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan.
- Meski begitu, moluska jarang ditemukan pada telapak tangan atau kaki.
Munculnya benjolan kecil bisa menjadi tanda dari moluskum kontagiosum. Jika mengalaminya, Ini Dokter Spesialis yang Bisa Bantu Atasi Moluskum Kontagiosum
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Molluscum Contagiosum
Jika kamu atau orang terdekat mengalami tanda-tanda molluscum cantagiosum seperti di atas, kamu bisa menghubungi dokter di Halodoc.
Nah, berikut ini beberapa rekomendasi dokter sdi Halodoc yang sudah berpengalaman selama lebih dari 10 tahun.
Mereka juga memiliki penilaian yang baik dari pasien-pasien yang pernah mereka tangani sebelumnya, ini daftarnya:
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.
Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya.
Diagnosis Molluscum Contagiosum
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan melalui pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan meliputi pengecekan status lokalis dengan mengamati penampakan dan karakteristik lesi secara detail.
Jika dibutuhkan, dapat dilakukan pemeriksaan darah lengkap atau histologi dengan menggunakan mikroskop untuk membantu mendapatkan diagnosis yang lebih akurat.
Pengobatan Molluscum Contagiosum
Kondisi ini adalah infeksi yang dapat sembuh sendiri pada orang sehat, sehingga pengobatan medis tidak diperlukan.
Namun, masalah seperti terlihatnya lesi secara estetika dan guna mencegah transmisi, pengobatan dapat dilakukan.
Pengobatan juga direkomendasikan bila lesi melibatkan daerah kemaluan (misalnya pada sekitar penis, vagina, dan lubang anus).
Beberapa penanganan moluskum kontagiosum yaitu sebagai berikut:
Pembuangan Secara Fisik
Ini adalah metode penanganan yang terbilang cepat, tetapi membutuhkan keterampilan tenaga kesehatan profesional.
Pembuangan secara fisik juga mungkin memerlukan pembiusan lokal dan dapat mengakibatkan nyeri setelah prosedur, iritasi, dan pembentukan jaringan parut.
Melakukan pembuangan secara fisik sendiri sangat tidak disarankan karena dapat menyebabkan komplikasi infeksi sekunder, atau malah menyebabkan autoinokulasi.
Pembuangan lesi secara fisik dapat dilakukan dengan:
- Krioterapi (membekukan lesi dengan nitrogen cair)
- Kuretase (menusuk pusat dan mengikis sekitarnya)
- Terapi laser
Terapi Oral
Pembuangan yang lebih berangsur dapat dilakukan dengan terapi oral. Pilihan ini dilakukan pada anak karena minim rasa sakit dan dapat diberikan di rumah.
Obat yang digunakan adalah cimetidine, tetapi respon masing-masing akan berbeda, dan biasanya tidak efektif untuk lesi yang muncul di wajah.
Terapi Topikal
Prosedur dilakukan dengan memberikan podophyllotoxin krim (0.5%). Terapi ini tidak ditujukan untuk ibu hamil karena dapat membahayakan janin.
Selain itu, terapi yang dilakukan pada pengidap dengan sistem pertahanan tubuh rendah akan lebih rumit.
Sebab biasanya pengidap tidak merespon pengobatan biasa dengan baik.
Komplikasi Molluscum Contagiosum
Meski bersifat ringan dan dapat membaik dengan sendirinya, molluscum contagiosum juga dapat memicu terjadinya komplikasi, yaitu:
- Konjungtivitis atau peradangan yang terjadi pada selaput yang bertugas untuk melapisi mata.
- Keratitis atau infeksi pada kornea yang terjadi jika bintil muncul di kelopak mata.
- Munculnya bekas luka atau jaringan parut atau di kulit.
- Area kulit di sekitar lesi akan mengalami kemerahan dan meradang karena infeksi bakteri.
Pencegahan Molluscum Contagiosum
Pencegahan molluscum contagiosum adalah menghindari kontak fisik dengan pengidap yang terinfeksi virus yang menjadi penyebabnya.
Selain itu, diperlukan adanya kedisiplinan dalam menjaga kebersihan, khususnya dalam menerapkan cara cuci tangan yang baik dan benar.
Selalu berhati-hati dalam memakai barang di tempat umum. Selain itu, rutin berolahraga juga dapat membantu mencegah timbulnya masalah kesehatan ini.
Sebaiknya, hindari pemakaian barang pribadi, seperti handuk, pakaian, secara bersamaan.