halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close
Advertisement

Progesteron

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  1. Apa Itu Hormon Progesteron?
  2. Manfaat Progesteron
  3. Dosis Progesteron
  4. Cara Penggunaan Hormon Progesteron
  5. Perhatian Penggunaan Progesterone
  6. Efek Samping Hormon Progesteron
  7. Interaksi Progesteron
  8. Kontraindikasi Progesterone

Apa Itu Hormon Progesteron?

Hormon progesteron adalah hormon yang tubuh hasilkan secara alami. Hormon ini berasal dari ovarium dan terlibat dalam terjadinya menstruasi maupun kehamilan. 

Kadar progesteron harus seimbang agar tidak memengaruhi siklus menstruasi. Wanita yang kekurangan hormon ini umumnya mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, rentan keguguran atau memengaruhi gejala menopause.

Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan mengonsumsi obat progesteron. Obat ini tersedia dalam bentuk pessary, kapsul lunak, tablet, gel vagina dan suntik. Pastikan pemakaiannya sesuai dengan anjuran dokter.

Manfaat Progesteron

Dokter umumnya meresepkan obat hormon progesteron pada wanita yang mengalami gangguan menstruasi, masalah ovulasi, mengatasi sindrom pra menstruasi hingga depresi pasca persalinan. Obat ini juga kerap dokter gunakan sebagai terapi pengganti hormon pada wanita yang mengalami menopause. 

Pastikan untuk mendiskusikan penggunaan obat ini secara seksama bersama dokter. Selain itu, pastikan pula dosisnya sesuai sehingga manfaatnya terasa maksimal. Hindari menggunakan obat ini tanpa sepengetahuan dan pengawasan oleh dokter

Dosis Progesteron

Pemberian dosis hormon progesteron bisa berbeda, tergantung bentuk obat, kondisi pasien, tingkat keparahan dan respon tubuh terhadap pengobatan. Berikut dosis progesteron berdasarkan bentuk obatnya:

1. Pessary

Pessary adalah alat yang dimasukan ke dalam vagina untuk menopang rahim, kandung kemih atau rektum. Bentuknya mirip cincin yang menekan dinding vagina dan uretra untuk mencegah kebocoran urine.  

Jenis dan ukurannya akan dokter sesuaikan dengan kebutuhan dan anatomi tubuh. Dosis pemakaian progesteron dalam bentuk pessary yaitu: 

  • PMS (premenstrual syndrome) dan depresi pasca melahirkan: 200–400 miligram dua kali sehari. Guna mengatasi PMS, pemakaiannya bisa kamu mulai pada hari 12–14 dalam siklus menstruasi sampai menstruasi.
  • Teknologi reproduksi: Dosisnya 400 miligram dua kali sehari. Bisa mulai sejak pengambilan sel telur. Pemakaiannya bisa sampai 38 hari setelah hamil.

2. Kapsul dan tablet

Sementara itu, pemakaian hormon progesteron dalam bentuk tablet dan kapsul sesuai dengan kondisi pasien yaitu: 

  • Terapi pengganti hormon untuk wanita menopause: 200 miligram untuk satu kali sehari. Mulai kamu konsumsi dari hari ke-15 hingga hari ke-26 proses terapi. 
  • Amenorea sekunder: 400 miligram untuk satu kali sehari dan kamu konsumsi selama 10 hari.
  • Penebalan dinding rahim: 200 miligram satu kali sehari. Bisa kamu gunakan selama 12 hari secara berurutan per siklus 28 hari.

Progesteron dalam bentuk kapsul dan tablet selalu kamu minum sebelum tidur.

3. Suntik

Lalu, pemakaian progesteron dalam bentuk suntik berdasarkan kondisinya:

  • Amenorea primer: dosisnya 5–10 miligram per hari selama 6-8 hari.
  • Perdarahan vagina: dosisnya 5–10 miligram per hari, selama 6 hari. 
  • Teknologi reproduksi: 25 miligram untuk satu kali sehari. Gunakan mulai sehari setelah pengambilan sel telur sampai minggu ke-12 kehamilan.

4. Gel vagina

Selain suntik, progesteron juga tersedia dalam bentuk gel yang bisa kamu oleskan ke dalam vagina. Berikut dosis pemakaiannya:

  • Amenorea sekunder: Dosisnya sebanyak 45 miligram per hari dan berikan selama 6 hari. Jika belum membaik, dokter bisa meningkatkan dosisnya sampai 90 miligram per hari. 
  • Teknologi reproduksi: Dosisnya 90 miligram untuk 1–2 kali sehari. Setelah berhasil hamil, penggunaannya bisa kamu teruskan sampai 10–12 minggu.

Cara Penggunaan Hormon Progesteron

 Cara memakai hormon progesteron tidak sama untuk setiap sediaannya. Agar tidak salah, berikut cara pemakaian hormon tersebut berdasarkan bentuknya:

1. Tablet dan kapsul

Tablet dan kapsul perlu kamu konsumsi pada malam hari sebelum tidur. Pastikan perut dalam keadaan kosong saat meminumnya. Telan kapsul atau tablet secara utuh menggunakan air putih. 

Hindari mengeluarkan isi kapsul, mengunyah tablet atau menghancurkan tablet. Hal ini justru bisa meningkatkan risiko efek samping. Usahakan beri jarak antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Kamu juga perlu mengonsumsinya pada waktu yang sama setiap hari. 

Apabila kamu lupa mengonsumsi obat ini, segera konsumsi saat teringat apabila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, lewatkan dan jangan menggandakan dosis di waktu minum selanjutnya.

2. Pessary dan gel vagina

Kamu wajib mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan obat. Ada dua cara menggunakan progesteron dalam bentuk pessary, yaitu melalui vagina atau dubur.

Setelah mencuci tangan, buka bungkusan obat lalu berbaring lurus dan tekuk kedua lutut ke arah dada. Masukan obat ke dalam vagina menggunakan aplikatornya. Pessary yang masuk ke dalam vagina umumnya untuk membantu teknologi reproduksi seperti bayi tabung.

Tekan plunger (bagian pendorong) pada ujung aplikator untuk mendorong obat. Setelah berhasil, keluarkan aplikator. Tahan posisi selama beberapa menit supaya obat menyerap sempurna.

Sedangkan pessary yang masuk ke dubur biasanya untuk mengatasi premenstrual syndrome dan depresi pasca melahirkan. Jika masuk ke dubur, kamu perlu berbaring menyamping dengan kaki kiri lurus dan kaki kanan menyentuh dada.

Masukkan bagian ujung obat ke dubur, lalu dorong perlahan. Kemudian, luruskan kedua tungkai kaki dan tahan selama 15 menit agar obat terserap sepenuhnya. Kamu juga bisa membasahi obat dengan air agar lebih mudah masuk ke dalam dubur. 

Untuk menggunakan progesteron bentuk gel, masukkan obat ke dalam vagina dengan menggunakan aplikator yang tersedia. Buang aplikator setelah pemakaian.

3. Suntik

Sedangkan pemberian progesteron dalam suntik khusus oleh dokter atau perawat di bawah pengawasan dokter. 

Simpan obat ini dalam tempat yang tertutup rapat dan jauh dari jangkauan anak-anak. Selain itu, simpan pada suhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung.

Perhatian Penggunaan Progesterone

Ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan sebelum mengonsumsi obat hormon progesteron, yaitu: 

  • Hindari mengonsumsi progesteron apabila kamu alergi terhadap obat ini. Kamu juga perlu memberi tahu dokter apabila memiliki jenis alergi lain, terutama alergi terhadap kacang tanah, minyak kedelai, minyak sawit, atau minyak wijen. 
  • Kamu juga sebaiknya tidak mengonsumsi progesteron non-resep jika mengidap penyakit arteri, kanker payudara, depresi, porfiria, dan pendarahan vagina. Konsultasikan dengan dokter apabila mengidap kondisi tadi sebelum memakai hormon progesteron.
  • Progesteron dapat memperburuk penyakit hati. Hindari menggunakan bentuk progesteron non-resep jika mengidap penyakit hati.
  • Beri tahu dokter apabila kamu mengidap obesitas, mengonsumsi alkohol atau kebiasaan merokok.
  • Hindari mengemudi, menggunakan mesin atau melakukan aktivitas apapun yang membutuhkan kewaspadaan setelah mengonsumsi obat ini. Sebab, progesteron bisa menyebabkan pusing dan kantuk.
  • Informasikan dengan dokter jika kamu punya jadwal operasi, termasuk operasi gigi.
  • Beri tahu dokter jika sedang hamil, merencanakan hamil, atau sedang menyusui.

Kamu juga wajib memberi tahu dokter jika sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan obat herbal. Tujuannya untuk mencegah interaksi obat.

Efek Samping Hormon Progesteron

Progesteron resep dari dokter umumnya aman bila kamu gunakan sesuai anjuran dan dosis yang tepat. Namun, kamu juga perlu waspada terhadap beberapa efek samping berikut ini:

  • Kantuk.
  • Nyeri payudara.
  • Mood swing.
  • Gelisah.
  • Mudah marah.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Sembelit atau diare.
  • Maag.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Pilek, bersin, atau batuk.
  • Kelelahan.
  • Bengkak di tangan atau kaki.
  • Nyeri sendi
  • Sensasi rasa panas (hot flashes)
  • Keputihan

Temui dokter apabila gejala tadi menetap atau semakin memburuk. Kamu juga perlu waspada terhadap tanda-tanda alergi obat.

Interaksi Progesteron

Interaksi obat bisa menurunkan efektivitas obat serta meningkatkan potensi efek samping. Berikut obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan hormon progesteron:

1. Estrogen

Obat hormon ini biasanya untuk meringankan gejala menopause sekaligus mencegah osteoporosis pasca menopause. Baik progesterone maupun estrogen adalah hormon. 

Meski progesteron kabarnya bisa mengurangi beberapa efek samping dari estrogen, obat ini juga bisa menurunkan efektivitas hormon estrogen. Mengonsumsi progesteron bersama estrogen juga dapat menyebabkan nyeri payudara.

2. Paclitaxel

Menyuntikkan hormon progesteron dosis tinggi bersama dengan obat paclitaxel dapat meningkatkan kadar paclitaxel dalam darah. 

Kontraindikasi Progesterone

Kontraindikasi adalah gejala atau kondisi yang membuat pengobatan menjadi tidak boleh sama sekali. Jangan minum obat ini jika mengidap kanker payudara atau kanker organ reproduksi yang sudah ada sebelumnya, seperti kanker serviks, endometrium, ovarium, rahim, atau kanker vagina. 

Selain itu, progesteron juga tidak boleh pada kasus perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis. Jadi, selalu ikuti anjuran dan dosis dari dokter.

Tanya langsung dokter kandungan di Halodoc jika perlu bantuan atau informasi lebih lanjut tentang hormon progesteron.✔️

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2023. Progesterone – Uses, Side Effects, and More.
Drugs.com. Diakses pada 2023. Progesterone .
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Progesterone (Oral Route)
Medline Plus. Diakses pada 2023. Progesterone.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp