Kurang Makan Makanan Berserat Sebabkan Penyakit Usus Buntu?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 Mei 2021
Kurang Makan Makanan Berserat Sebabkan Penyakit Usus Buntu?Kurang Makan Makanan Berserat Sebabkan Penyakit Usus Buntu?

Halodoc, Jakarta - Usus buntu merupakan bagian usus yang berbentuk selang kecil yang menempel pada usus besar bagian awal. Penyakit usus besar dapat terjadi saat bagian usus tersebut mengalami peradangan. Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab dari penyakit usus buntu. 

Meski demikian, sejumlah faktor risiko usus buntu memengaruhi terjadinya peradangan pada organ tersebut, salah satunya adalah kurang mengonsumsi makanan berserat. Ini penjelasan selengkapnya!

Baca juga: Idap Gejala Usus Buntu, Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Kurang Makanan Berserat Jadi Salah Satu Faktor Risiko Usus Buntu

Hingga kini belum diketahui apa yang menjadi penyebab pasti dari radang usus buntu. Meski demikian, beberapa faktor memengaruhi penyakit usus buntu, salah satunya adalah mengonsumsi makanan berserat. Meskipun makanan bukan menjadi penyebab, tetapi makanan yang kurang bisa dicerna dengan baik oleh tubuh akan menumpuk pada organ usus dan menyebabkan usus menjadi tersumbat dan meradang.

Beberapa jenis makanan yang dapat memicu tersumbatnya organ usus adalah makanan yang tinggi karbohidrat dan rendah serat. Untuk mencegahnya, coba ubah pola makanmu dengan mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang. Dalam kebanyakan kasus, penyakit usus buntu disebabkan oleh penumpukan feses yang mengeras yang menjadi pertanda dari konstipasi.

Jika kamu sering mengonsumsi makanan berserat, maka serat dapat meningkatkan berat dan ukuran feses, karena memiliki sifat menyerap air. Serat akan membuat tekstur feses menjadi lebih lunak, sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Bukan hanya kurang mengonsumsi makanan berserat saja yang menjadi faktor risiko usus buntu, berikut ini beberapa faktor risiko lainnya:

1. Genetik

Penyakit usus buntu menjadi salah satu penyakit yang dapat diwariskan dari kedua orangtua. Saat memiliki orangtua yang juga memiliki kondisi ini, maka risiko seseorang untuk mengalaminya akan lebih tinggi, yaitu meningkat sebanyak 10 kali lipat. Saat penyakit ini diwariskan secara genetik, hal tersebut dikaitkan dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) dan golongan darah.

2. Cedera pada Perut

Cedera pada perut menjadi salah satu faktor risiko usus buntu. Meski sebagian kecil saja kasus yang ditemukan, tetapi trauma pada perut akibat kecelakaan atau terbentur di perut area dekat usus buntu akan memicu terjadinya penyakit usus buntu. Bukan itu saja, seseorang yang mengalami luka tusuk di perlu akan menyebabkan usus buntu menjadi membengkak dan jaringan limfoid apendiks mengalami pembesaran.

Untuk mengatasi usus buntu pada cedera tersebut, maka salah satu langkah yang dilakukan adalah mengangkat usus buntu guna mencegah komplikasi. Penyakit ini juga bisa terjadi karena sering melompat-lompat. Setelah melakukan kegiatan tersebut, biasanya gejala yang tampak adalah rasa nyeri pada area perut, mual, dan muntah-muntah. Meski menjadi salah satu faktor risiko usus buntu, tetapi hal tersebut jarang sekali ditemukan.

Baca juga: Deretan Makanan Pantangan setelah Operasi Usus Buntu

Segera temui dokter di rumah sakit terdekat saat kamu menemukan sejumlah gejalanya. Gejala biasanya akan muncul sehari setelah infeksi muncul dan dapat bertambah parah jika dibiarkan begitu saja. Berikut ini sejumlah gejala yang perlu kamu waspadai:

  • Sakit perut bawah bagian kanan;
  • Demam tinggi;
  • Mual atau muntah, serta kehilangan nafsu makan;
  • Tidak bisa kentut;
  • Diare;
  • Darah dalam feses;
  • Perut kembung.

Saat gejala dinilai berada dalam intensitas yang rendah, maka dokter akan memberikan obat pereda nyeri guna meringankan gejala yang muncul. Untuk membelinya, kamu bisa gunakan fitur “toko kesehatan” di aplikasi Halodoc. Jika tidak membaik dengan menggunakan obat, dokter akan merujuk kamu untuk menjalani prosedur operasi.

Referensi:
Stanford Children's. Diakses pada 2021. Appendicitis.
Healthline. Diakses pada 2021. Everything You Need to Know About Appendicitis.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan