Laringomalasia: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi
Laringomalasia adalah kelainan bawaan pada bayi yang menyebabkan suara napas berisik karena jaringan laring yang lunak.

DAFTAR ISI
- Apa Itu Laringomalasia?
- Gejala Laringomalasia
- Penyebab Laringomalasia
- Diagnosis Laringomalasia
- Penatalaksanaan Laringomalasia
- Komplikasi Laringomalasia
- Apakah Laringomalasia Bisa Dicegah?
- Kapan Harus ke Dokter?
- Laringomalasia, Bisakah Sembuh?
- FAQ
Laringomalasia adalah kondisi umum pada bayi yang menyebabkan suara napas berisik. Kondisi ini terjadi karena struktur tulang rawan laring yang belum sempurna sehingga mudah kolaps saat bayi menarik napas.
Mari ketahui lebih lanjut apa itu laringomalasia, mulai dari gejala, penyebab dan bagaimana cara untuk mengatasinya.
Apa Itu Laringomalasia?
Laringomalasia adalah kelainan bawaan yang terjadi akibat kelemahan atau kelenturan struktur supraglotis (bagian laring di atas pita suara).
Kondisi ini menyebabkan kolapsnya jaringan tersebut ke dalam saluran napas saat bayi bernapas, sehingga menghasilkan suara napas yang khas atau disebut stridor.
Laringomalasia merupakan penyebab utama stridor kronis pada bayi.
Gejala Laringomalasia
Gejala utama laringomalasia adalah stridor, yaitu suara napas bernada tinggi dan kasar yang terdengar saat bayi menarik napas. Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa minggu pertama kehidupan dan dapat bervariasi intensitasnya.
Berikut adalah gejala lain yang mungkin menyertai stridor pada laringomalasia:
- Stridor yang memburuk saat bayi berbaring telentang, menangis, atau menyusu. Posisi dan aktivitas tertentu dapat meningkatkan tekanan pada saluran napas.
- Kesulitan makan. Bayi mungkin kesulitan mengoordinasikan antara bernapas dan menelan.
- Tersedak atau muntah setelah menyusu. Hal ini disebabkan oleh gangguan koordinasi menelan.
- Berat badan yang kurang optimal. Kesulitan makan dapat memengaruhi asupan nutrisi bayi.
- Batuk. Iritasi pada saluran napas dapat memicu batuk.
- Apnea (henti napas sementara). Pada kasus yang lebih berat, bayi dapat mengalami henti napas.
- Sianosis (kulit membiru). Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kulit bayi tampak kebiruan.
- Gangguan tidur. Stridor dan kesulitan bernapas dapat mengganggu kualitas tidur bayi.
Penyebab Laringomalasia
Penyebab pasti laringomalasia belum sepenuhnya dipahami. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan beberapa faktor, yaitu:
- Kematangan struktur laring yang belum sempurna. Tulang rawan supraglotis yang lentur mudah tertarik ke dalam saat bayi bernapas.
- Masalah neurologis. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara laringomalasia dan gangguan saraf yang memengaruhi kontrol otot-otot laring.
- Refluks gastroesofageal (GERD). Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat mengiritasi laring dan memperburuk gejala laringomalasia.
Simak informasi lain seputar Kesehatan Bayi berikut ini.
Diagnosis Laringomalasia
Diagnosis laringomalasia umumnya ditegakkan berdasarkan:
- Anamnesis (wawancara medis). Dokter akan menanyakan riwayat gejala, seperti kapan stridor mulai muncul, faktor-faktor yang memperburuk atau meringankan gejala, dan riwayat kesehatan bayi secara keseluruhan.
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan mendengarkan suara napas bayi dan memeriksa tanda-tanda kesulitan bernapas.
- Laringoskopi fleksibel. Prosedur ini melibatkan memasukkan selang kecil dan fleksibel dengan kamera di ujungnya ke dalam hidung dan tenggorokan bayi untuk melihat langsung struktur laring. Laringoskopi fleksibel memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi kelainan pada supraglotis yang menjadi penyebab laringomalasia.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan, seperti:
- Bronkoskopi. Prosedur ini mirip dengan laringoskopi, tetapi selang dimasukkan lebih dalam ke saluran napas untuk melihat struktur yang lebih rendah.
- Pencitraan saluran napas. Rontgen atau CT scan dapat membantu menyingkirkan penyebab lain dari obstruksi saluran napas.
- Studi tidur (polisomnografi). Tes ini dilakukan untuk memantau pernapasan bayi saat tidur dan mendeteksi adanya apnea atau gangguan pernapasan lainnya.
Penatalaksanaan Laringomalasia
Sebagian besar kasus laringomalasia bersifat ringan dan akan membaik dengan sendirinya seiring bertambahnya usia bayi, biasanya antara 12-18 bulan. Penatalaksanaan pada kasus ringan umumnya meliputi:
- Observasi. Dokter akan memantau gejala bayi secara berkala untuk memastikan tidak ada komplikasi.
- Posisi. Mengubah posisi bayi menjadi tengkurap saat tidur dapat membantu mengurangi gejala stridor.
- Pemberian makan yang lebih sering dengan volume kecil. Hal ini dapat membantu mencegah tersedak dan muntah.
Pada kasus laringomalasia yang lebih berat, penatalaksanaan mungkin meliputi:
- Supraglottoplasti. Prosedur bedah ini dilakukan untuk memotong atau mengangkat jaringan supraglotis yang berlebihan yang menyebabkan obstruksi saluran napas.
- Trakeostomi. Prosedur ini melibatkan pembuatan lubang di trakea (tenggorokan) untuk memasukkan selang napas. Trakeostomi biasanya hanya diperlukan pada kasus yang sangat berat dan mengancam jiwa.
- Pemberian obat-obatan. Jika bayi mengalami refluks gastroesofageal, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan untuk mengurangi produksi asam lambung.
Komplikasi Laringomalasia
Komplikasi laringomalasia jarang terjadi, tetapi dapat meliputi:
- Kesulitan bernapas yang parah. Obstruksi saluran napas yang signifikan dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen.
- Gagal tumbuh. Kesulitan makan dapat menyebabkan bayi tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Yuk Ketahui Pertumbuhan Bayi dari Usia 1 Hingga 12 Bulan berikut ini agar tetap terpantau perkembangannya.
- Hipertensi pulmonal. Peningkatan tekanan darah di paru-paru dapat terjadi akibat kesulitan bernapas kronis.
- Cor pulmonale. Kondisi ini terjadi ketika jantung kanan membesar dan melemah akibat hipertensi pulmonal.
- Obstructive Sleep Apnea (OSA). Laringomalasia dapat menyebabkan sumbatan pernapasan saat tidur.
Apakah Laringomalasia Bisa Dicegah?
Karena penyebab pasti laringomalasia belum diketahui, tidak ada cara pasti untuk mencegahnya.
Namun, menjaga kesehatan selama kehamilan dan menghindari paparan zat-zat berbahaya dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kelainan bawaan pada bayi.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera bawa Si Kecil ke dokter jika ia mengalami gejala laringomalasia, terutama jika:
- Stridor semakin parah.
- Bayi mengalami kesulitan makan atau berat badannya tidak bertambah.
- Si Kecil mengalami henti napas atau kulitnya tampak kebiruan.
- Bayi tampak sangat rewel atau tidak nyaman.
Jika butuh saran cepat, Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Anak di Halodoc yang bisa ibu hubungi.
Laringomalasia, Bisakah Sembuh?
Ya, sebagian besar kasus laringomalasia akan sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia bayi. Struktur laring akan menjadi lebih kuat dan kaku, sehingga tidak mudah kolaps saat bernapas.
Pada kasus yang lebih berat, tindakan medis atau bedah dapat membantu mengatasi gejala dan mencegah komplikasi.
Jika ibu curiga Si Kecil mengalami laringomalasia, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak di Halodoc.
Mereka bisa memberikan informasi dan saran perawatan yang tepat.
Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga ibu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Pakai Halodoc sekarang juga!
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2025. What to Know About Laryngomalacia in Babies?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Laryngomalacia.
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2025. Laryngomalacia.
Medscape. Diakses pada 2025. Laryngomalacia.
FAQ
1. Apakah laringomalasia berbahaya?
Pada sebagian besar kasus, laringomalasia tidak berbahaya dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang berat, laringomalasia dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang signifikan dan memerlukan penanganan medis.
2. Apakah laringomalasia bisa menyebabkan kematian?
Kematian akibat laringomalasia sangat jarang terjadi. Namun, pada kasus yang sangat berat dan tidak ditangani dengan baik, laringomalasia dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.
3. Apakah laringomalasia bisa kambuh?
Laringomalasia umumnya tidak kambuh setelah sembuh. Namun, pada beberapa kasus, gejala dapat muncul kembali jika bayi mengalami infeksi saluran pernapasan atau kondisi lain yang menyebabkan peradangan pada laring.


