Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Terkena Osteoartritis?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   11 Mei 2019
Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Terkena Osteoartritis?Mengapa Perempuan Lebih Berisiko Terkena Osteoartritis?

Halodoc, Jakarta – Osteoartritis adalah radang sendi yang lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Penyakit ini menyebabkan sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering terkena osteoartritis adalah tangan, lutut, punggung, dan tulang punggung. Namun, bukan berarti sendi-sendi tubuh lain tidak berisiko terkena peradangan.

Kebanyakan kasus osteoartritis terjadi akibat kerusakan secara perlahan. Faktor risikonya antara lain usia, jenis kelamin, cedera, obesitas, faktor genetik, cacat tulang, aktivitas fisik berlebih, dan mengidap penyakit artritis lain (seperti asam urat). Lantas, mengapa wanita dianggap lebih berisiko terkena osteoartritis dibanding pria? Ketahui faktanya di sini.

Baca Juga: Lutut Sering Sakit, Hati-Hati Osteoarthritis

Alasan Osteoartritis Lebih Sering Dialami Wanita

Data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebutkan bahwa 1 dari 4 wanita didiagnosis mengidap artritis, lebih banyak dibanding pria yang hanya 1 dari 5 kasus. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan hormon wanita. Pasalnya, hormon berpengaruh pada sistem imun, di mana sebagian besar penyebab artritis pada wanita adalah penyakit autoimun, seperti lupus dan rematik.

Kebanyakan kasus osteoartritis umumnya terjadi pada wanita yang sudah menopause, karena hormon estrogen dan progesteron yang semula seimbang menjadi berkurang, menyebabkan gangguan pada sel-sel persendian. Di antaranya adalah pengeroposan tulang dan ligamen kendur.

Gejala osteoartritis memiliki empat tahap gejala. Pertama, pengidap mengalami nyeri saat sendi digerakkan. Kemudian sendi terasa ngilu ketika diam dan bertambah nyeri saat digerakkan kembali. Selanjutnya, terdengar suara gemeretak saat pengidap menghentakkan sendi yang sakit. Terakhir, pergerakan sendi menjadi terbatas akibat munculnya rasa sakit.

Baca Juga: Ini Perbedaan Osteoporosis dan Osteoarthritis

Diagnosis dan Pengobatan Osteoartritis

Diagnosis osteoartritis diawali dengan menanyakan gejala dan pemeriksaan fisik pada sendi yang terserang. Dokter memeriksa adanya pembengkakan dan mengukur batas pergerakan sendi. Untuk memastikan diagnosis, dilakukan foto rontgen, MRI, tes darah, dan analisis cairan sendi. Rangkaian pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya penyakit lain, seperti patah tulang atau rheumatoid arthritis dan mengetahui tingkat keparahan osteoartritis.

Osteoartritis tidak bisa disembuhkan, tapi ada penanganan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan dengan begitu, pengidap tetap bisa beraktivitas dan menjalani kehidupan normal. Beberapa penanganan yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Menurunkan berat badan bagi pengidap yang mengalami kelebihan berat badan (overweight atau obesitas). Caranya adalah rutin berolahraga dan menerapkan pola makan sehat.

  • Menjalani fisioterapi dan/atau terapi okupasi.

  • Menggunakan alat khusus untuk membantu mengurangi rasa sakit saat berdiri, berjalan, dan beraktivitas.

  • Mengonsumsi obat-obatan, seperti obat pereda sakit dan antidepresan. Obat pereda nyeri topikal bisa digunakan, caranya mengoleskan obat pada bagian sendi yang sakit.

  • Operasi untuk memperbaiki, memperkuat, atau mengganti sendi agar pengidap bisa lebih mudah bergerak.

Baca Juga: Benarkah Obesitas Dapat Tingkatkan Osteoarthritis?

Itulah alasan mengapa perempuan lebih berisiko terkena osteoartritis. Kalau kamu punya keluhan pada sendi dan tulang, jangan ragu berbicara dengan dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan