Tiga Setia Gara Diduga Alami KDRT, Ini Dampak Psikologinya

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   18 September 2019
Tiga Setia Gara Diduga Alami KDRT, Ini Dampak PsikologinyaTiga Setia Gara Diduga Alami KDRT, Ini Dampak Psikologinya

Halodoc, Jakarta – Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan insta story dari artis Indonesia Tiga Setia Gara yang meminta pertolongan untuk pulang ke Indonesia, karena sudah tidak tahan dengan tindak KDRT yang dilakukan suaminya

Disebutkan kalau Tiga sudah sering mengalami kekerasan dan yang terakhir ini adalah lututnya sampai remuk karena ditendangi oleh sang suami. Psikologis Tiga menjadi terganggu, apalagi dalam posting-an sebelumnya disebutkan kalau Tiga sebenarnya sudah memberikan “kode” kalau ada sesuatu yang salah dalam pernikahannya. Baca dampak psikologis KDRT di sini.

 

KDRT dan Dampak Psikologi

Posting-an Tiga langsung viral dan mengundang simpati dari netizen dan salah satunya adalah artis Nikita Mirzani. Nikita ingin memberikan bantuan dengan memulangkan Tiga, tetapi ditolak oleh Tiga karena masih bingung. Lantas, apakah semua tindakan Tiga ini menunjukkan gejala kondisi tertentu akibat KDRT yang dialaminya?

Penelitian yang dipublikasikan oleh Health Talk menunjukkan bahwa perempuan-perempuan yang selamat dari KDRT mengalami masalah emosional, kesedihan, kemarahan, dan ketakutan jangka panjang. 

Tidak hanya memengaruhi secara personal, tetapi juga orang-orang di sekitarnya, terutama anak. Sejatinya, bentuk kekerasan yang masuk kategori KDRT tidak hanya sekadar fisik, tetapi juga psikis. Salah satu bentuk “tersembunyinya” adalah kritikan pada perilaku dan penampilan yang sering didapatkan dari pasangannya. 

Baca juga: Hati-hati, 5 Hal Ini Dapat Membuat Pernikahan Renggang

Tindakan kritikan ini disadari atau tidak dapat mengisolasi perempuan, sehingga terbentuk kontrol yang membatasi ruang gerak dan berpikir seorang perempuan. Bila ini terjadi, seseorang yang mengalami KDRT akan kehilangan rasa percaya diri dan harga dirinya. Tidak punya kekuatan untuk mengubah hal buruk yang terjadi padanya, termasuk kehilangan identitas diri. 

Menurut American Psychological Association, sejatinya trauma psikologis adalah respons emosional seseorang terhadap peristiwa mengerikan yang dialaminya. Dampak psikologis bisa saja berbeda pada tiap-tiap orang. 

Dengan dukungan tepat dari orang-orang yang masih peduli serta bantuan medis, seseorang yang mengalami KDRT dapat melewati masa-masa sulit tersebut. Jika kamu pernah mengalami pengalaman traumatis yang menyebabkan timbulnya gangguan psikologi bisa tanyakan langsung ke HalodocDokter dan psikolog yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih kapan dan di mana saja mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Bagaimana kita bisa tahu kalau seseorang atau orang terdekat berisiko mengalami KDRT? The National Center for PTSD, merangkum beberapa gejala yang menunjukkan hubungan tidak sehat, yaitu ketika satu pasangan: 

  1. Memiliki kendali penuh atas semua keuangan rumah tangga.

  2. Membatasi atau sepenuhnya menutup kehidupan sosial pasangan lain. Ini dapat mengisolasi pasangannya dari komunikasi dengan teman dan keluarga.

  3. Secara konsisten mengancam untuk merusak reputasi pasangannya, terutama setelah dia menyatakan keinginan untuk mengakhiri hubungan.

  4. Berulang kali mencoba menakut-nakuti yang lain dengan menghancurkan barang-barang, meninju lubang di dinding, dan menyakiti atau mengancam akan melukai hewan peliharaan.

  5. Secara intens membangkitkan perasaan bersalah atau malu pada pasangan lainnya.

 

Kenapa Perempuan Cenderung Bertahan di Situasi KDRT?

Anak, orang tua, lingkungan sosial, serta alasan-alasan emosional lainnya menyebabkan seorang perempuan tetap bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat. Padahal, bertahan setelah diperlakukan kasar justru tidak menyelamatkan pernikahan ataupun anak. Justru anak yang terpapar pengalaman kekerasan di sekitarnya kerap akan mengganggu pertumbuhannya.

Baca juga: Posisi Tidur Pengaruhi Hubungan Pasangan yang Sudah Menikah

Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh National  Coalition Against Domestic Violence, menunjukkan bahwa anak laki-laki yang terpapar kekerasan dalam rumah tangga dua kali lebih memungkinkan menganiaya pasangan dan anak-anaknya kelak setelah dewasa. 

Sedangkan untuk anak perempuan yang memiliki pengalaman sama, lebih cenderung melakukan perilaku berisiko, seperti merokok, minum, penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Karenanya, tindakan paling tepat yang tidak hanya menyelamatkan diri sendiri dan juga anak-anak adalah lepas dari pelaku KDRT tersebut. Percayalah, bertahan hanya akan memperpanjang siklus KDRT.

Referensi:
Good Therapy. Diakses pada 2019. The Psychological Wounds of Domestic Violence.
Health Talk. Diakses pada 2019. Women’s Experiences of Domestic Violence and Abuse.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan