Virus Ebola Bisa Menular Lewat Air Mani Pria, Benarkah?
Halodoc, Jakarta – Virus ebola bisa bertahan dalam air mani pria selama lebih dari dua tahun. Dan ternyata sebagian pria membawa materi genetik dari ebola setelah pulih dari penyakit, namun tidak semua bisa mampu menularkan virus.
World Health Organization, merekomendasikan agar orang yang pulih dari virus dites terhadap keberadaan Ebola RNA yang bertahan tiga bulan setelah pulih, kemudian sekali lagi sampai tes negatif pada dua tes bulanan berturut-turut. Jika tidak, pria yang pernah terkena virus ebola dilarang untuk melakukan hubungan intim selama 12 bulan atau menggunakan kondom setiap kali berhubungan.
Ebola dapat bersembunyi di tempat-tempat tertentu di tubuh yang agak terlindungi dari sistem kekebalan tubuh, seperti mata dan testis. Area-area tubuh yang "istimewa" ini kurang rentan terhadap serangan peradangan oleh sistem kekebalan tubuh ketika zat-zat asing ditemukan.
Menurut para peneliti, seiring bertambahnya usia, mungkin sistem kekebalan tubuh pengidap menjadi kurang kuat. Sistem kekebalan tubuh mereka yang lemah dapat memungkinkan virus ebola bersembunyi di area tertentu yang memiliki kekebalan khusus, seperti testis.
Baca juga: Indonesia Aman dari Ebola, Benarkah?
Tahu Lebih Banyak Tentang Ebola
Ebola adalah virus langka mematikan yang menyebabkan demam, sakit tubuh, diare, serta terkadang berdarah di dalam dan di luar tubuh. Ketika virus menyebar ke seluruh tubuh, ia merusak sistem kekebalan dan organ.
Pada akhirnya, virus ini menyebabkan tingkat sel pembekuan darah turun. Hal ini mengakibatkan perdarahan hebat dan tidak terkendali. Ebola tidak menular seperti virus yang lebih umum, misalnya pilek, influenza, ataupun campak. Ia menyebar ke orang-orang melalui kontak dengan kulit atau cairan tubuh hewan yang terinfeksi, seperti monyet, simpanse, ataupun kelelawar buah.
Kemudian, bergerak dari satu orang ke orang dengan cara yang sama. Mereka yang merawat orang sakit atau mengubur seseorang yang telah meninggal karena penyakit sering mendapatkannya. Cara lain untuk mendapatkan ebola, termasuk menyentuh jarum atau permukaan yang terkontaminasi.
Baca juga: Mematikan, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Ebola
Kamu tidak bisa mendapatkan ebola dari udara, air, ataupun makanan. Seseorang yang memiliki ebola, namun tidak memiliki gejala tidak dapat menyebarkan penyakit.
Sejak awal, ebola bisa terasa, seperti flu atau penyakit lainnya. Gejala muncul 2–21 hari setelah infeksi dan biasanya, meliputi:
-
Demam tinggi
-
Sakit kepala
-
Nyeri sendi dan otot
-
Sakit tenggorokan
-
Kelemahan
-
Sakit perut
-
Kurang nafsu makan
Ketika penyakit semakin memburuk, maka bisa menyebabkan pendarahan di dalam tubuh serta dari mata, telinga, dan hidung. Beberapa orang akan muntah atau batuk darah, diare berdarah, dan ruam.
Baca juga: Perkembangan Ebola dari Masa ke Masa
Bagaimana Ebola Diobati?
Tidak ada obat untuk ebola, meskipun para peneliti sedang mengusahakannya. Perawatan termasuk serum eksperimental yang menghancurkan sel yang terinfeksi. Dokter mengelola gejala ebola dengan cara:
-
Cairan dan elektrolit
-
Oksigen
-
Obat tekanan darah
-
Transfusi darah
-
Pengobatan untuk infeksi lain
Tidak ada vaksin untuk mencegah ebola. Cara terbaik untuk menghindari tertular penyakit adalah dengan tidak bepergian ke daerah di mana virus ditemukan. Jika kamu berada di daerah di mana ebola hadir, hindari kontak dengan kelelawar, monyet, simpanse, dan gorila, karena hewan ini menyebarkan ebola ke manusia.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai virus ebola dan pencegahannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan