Ini Alasan Difteri Termasuk Penyakit Berbahaya

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   20 Mei 2020
Ini Alasan Difteri Termasuk Penyakit BerbahayaIni Alasan Difteri Termasuk Penyakit Berbahaya

Halodoc, Jakarta - Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri yang memengaruhi membran lendir pada hidung dan tenggorokan. Penyakit ini akan membuat tenggorokan serak, demam, pembengkakan pada kelenjar, serta melemahnya daya tahan tubuh. Tanda lainnya adalah adanya dahak yang bertekstur kental dan berwarna abu-abu.

Lendir tersebut akan membuat lapisan yang menutupi bagian belakang tenggorokan dan saluran udara, sehingga menyebabkan pengidapnya kesulitan dalam bernapas. Difteri merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat membahayakan, karena dapat berujung pada kematian. Berikut komplikasi difteri yang perlu diwaspadai!

Baca juga: Ini Cara Menjaga Anak aman dari Difteri di Rumah Aja

Komplikasi Difteri yang Membahayakan Pengidapnya

Difteri masih bisa diobati jika terdeteksi secara cepat dan dengan perawatan yang tepat. Namun infeksi yang sudah memasuki tahapan serius akan merusak organ ginjal, jantung, serta sistem saraf. Pengobatannya sendiri tidak selamanya berhasil. Pasalnya ada sebanyak 3 persen pengidap difteri yang berujung pada kematian. Berikut komplikasi difteri yang perlu diwaspadai:

  • Kerusakan Jantung

Racun difteri dapat menyebar melalui pembuluh darah dan merusak bagian lain dalam tubuh, salah satunya adalah otot jantung. Jika hal tersebut terjadi, maka komplikasi yang bisa saja terjadi adalah kelumpuhan pada otot jantung. Jika kasusnya sudah sangat berat, maka komplikasi yang bisa saja terjadi adalah gagal jantung dan kematian seketika.

  • Masalah Pernapasan

Penyakit difteri akan membuat bakteri menghasilkan racun. Racun ini kemudian akan merusak area yang terinfeksi, yaitu hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut yang kemudian akan membuat produksi lendir meningkat, bertekstur kental, serta berwarna abu-abu. Lendir ini terbuat dari sel mati dalam tubuh, bakteri, serta zat lain yang tidak terpakai.

  • Kerusakan Saraf

Target utama kerusakan saraf adalah otot pada tenggorokan. Otot tenggorokan yang melemah akan menyebabkan kesulitan dalam menelan. Bukan itu saja, otot pada tangan dan kaki juga bisa menjadi lumpuh. Jika menyerang otot pada sistem pernapasan, maka pengidap akan menjadi lebih sulit bernapas tanpa alat yang membantu.

Difteri merupakan penyakit yang menular melalui udara saat penderita batuk, bersin, atau melalui kontak secara langsung dengan pengidap. Bukan itu saja, penyebaran bakteri juga dapat terjadi akibat berbagi penggunaan peralatan pribadi dengan orang yang terinfeksi.

Baca juga: Berapa Lama Masa Inkubasi Penyakit Difteri?

Saat Terinfeksi Difteri, Ini Gejala yang Muncul

Biasanya, gejala akan muncul setelah 2-5 hari seseorang terinfeksi. Gejala yang tampak meliputi:

  • Lapisan seperti lendir berwarna abu-abu di pangkal tenggorokan.

  • Mengalami demam dengan suhu 38°C.

  • Badan dan tenggorokan yang terasa tidak enak.

  • Sakit kepala.

  • Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.

  • Kesulitan bernapas.

  • Suara menjadi sengau.

Jika difteri  memengaruhi kulit, gejala yang tampak adalah bintik berisi nanah pada kaki, telapak kaki, dan tangan, serta bisul besar kemerahan pada kulit. Segeralah periksakan diri di rumah sakit terdekat jika mengalami sejumlah gejala difteri di atas, terutama bila memiliki risiko untuk tertular.

Difteri dapat menimbulkan gejala yang lebih berat. Gejala tersebut meliputi gangguan penglihatan, keringat dingin, sesak napas, jantung berdebar, serta pucat pada kulit. Perhatikan gejala yang muncul agar kamu dapat segera melakukan langkah penanganan yang tepat, ya!

Baca juga: Mengenal Gejala Awal Difteri pada Anak yang Bisa Berbahaya

Penyakit Difteri dan Faktor Risiko yang Memengaruhinya

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria yang dapat menular melalui batuk, bersin, atau kontak langsung dengan pengidap yang terinfeksi. Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang sudah terkontaminasi air liur pengidap, seperti gelas atau sendok.

Meskipun dapat dialami oleh siapa saja, risiko terserang difteri akan semakin tinggi jika tidak menerima vaksin. Selain itu, golongan orang yang hidup di area padat dan buruk sanitasi, serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mengidap difteri.

Referensi:
NHS. Diakses pada 2020. Diphtheria.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diphtheria.
Healthline. Diakses pada 2020. Diphtheria.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan