Apakah Sindrom Gilbert Berbahaya?

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   28 Juli 2019
Apakah Sindrom Gilbert Berbahaya? Apakah Sindrom Gilbert Berbahaya?

Halodoc, Jakarta - Kebanyakan orang menganggap kondisi mata dan kulit yang berubah menjadi kuning, atau mengalami gejala penyakit kuning, berarti ada masalah pada organ hati. Hal ini tidak selamanya benar. Jika kamu atau orang terdekatmu pernah mengalami kondisi semacam ini dan diikuti beberapa gejala lain seperti mual, rasa lelah yang berlebihan, nyeri di bagian perut, diare, dan menurunnya nafsu makan, bisa jadi ini gejala sindrom Gilbert.

Sindrom Gilbert adalah jenis penyakit turunan yang ditandai oleh kadar bilirubin indirek tinggi dalam darah. Bilirubin indirek ini adalah pigmen berwarna kuning kecokelatan yang terbentuk sebagai hasil pemecahan sel darah merah oleh limpa. Karena kadarnya yang tinggi, maka kulit jadi tampak menguning.

Namun, kamu tidak perlu khawatir karena sindrom ini tergolong dalam penyakit yang ringan. Meski beberapa perawatan wajib dilakukan agar proses penyembuhannya dilakukan dengan cepat. 

Baca Juga: Diidap oleh Pembalap Jonas Folger, Kenali Lebih Dalam Sindrom Gilbert

Mengenal Lebih Jauh Sindrom Gilbert

Penyakit sindrom Gilbert memang agak asing di telinga, namun penting diingat penyakit ini menyebabkan pengidapnya merasa kelelahan hebat sehingga ia hanya berbaring di rumah. 

Penyakit ini disebabkan oleh mutasi atau perubahan pada gen UGT1A1, yaitu gen yang mengendalikan kadar bilirubin dalam tubuh. Gen ini menyampaikan instruksi dari otak ke organ hati agar menghasilkan enzim yang dapat merubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk agar dapat dibuang ke urine dan feses.

Namun, pada pengidap sindrom Gilbert, mutasi gen membuat organ hati tidak mampu menghasilkan enzim tersebut. Hasilnya, penumpukan bilirubin indirek di dalam aliran darah akan terjadi.

Hingga kini belum diketahui penyebab mutasi gen tersebut. Namun, beberapa hal dicurigai mampu meningkatkan risikonya, seperti stres atau tekanan emosional, dehidrasi, kurang asupan makanan atau terlalu lama menjalani diet rendah kalori, olahraga terlalu berat, kurang tidur, infeksi, pemulihan pasca operasi, atau bahkan akibat menstruasi. 

Jika kamu mengalami salah satu gejala seperti sindrom Gilbert, dan risiko penyebabnya juga kamu alami, maka penting untuk memeriksakan diri ke dokter. Tanpa ribet, kini kamu bisa cari rumah sakit dan buat janji dokter dengan langkah lebih mudah menggunakan aplikasi Halodoc. Penanganan yang tepat adalah hal yang penting agar kamu terhindar dari berbagai komplikasi yang berbahaya.

Baca Juga: Perbedaan Penyakit Kuning dengan Hepatitis A

Bagaimana Langkah Pengobatan dan Pencegahan Sindrom Gilbert yang Tepat?

Penyakit sindrom Gilbert bukan penyakit yang tergolong berat dan tidak membutuhkan penanganan medis secara khusus. Namun, diperlukan obat seperti phenobarbital untuk membantu menurunkan kadar bilirubin yang tinggi dalam tubuh. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya, asalkan kamu juga menjalankan hidup sehat. 

Meski ringan, sayangnya sindrom Gilbert tidak dapat dicegah. Hal ini karena sindrom Gilbert bersifat diturunkan langsung dari keluarga. Namun, terdapat langkah untuk mencegah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah, antara lain: 

  • Istirahat yang cukup, setidaknya 8 jam setiap harinya;

  • Perbanyak konsumsi cairan untuk menghindari dehidrasi;

  • Makan secara teratur dan hindari diet rendah kalori;

  • Lakukan teknik relaksasi secara rutin, seperti meditasi, yoga, atau mendengarkan musik;

  • Hindari latihan fisik yang bersifat berat dalam waktu lama. Lakukan olahraga ringan atau sedang, setidaknya 30 menit setiap harinya;

  • Batasi konsumsi alkohol untuk mengurangi risiko gangguan fungsi pada organ hati.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan