“Memberi madu pada bayi bisa menyebabkan botulisme. Ini adalah penyakit serius yang bisa menyerang sistem saraf.”
Halodoc, Jakarta – Madu telah digunakan sebagai bahan makanan dan obat tradisional selama ribuan tahun. Namun, memberikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun bisa berakibat fatal, yakni menyebabkan penyakit botulisme.
Hal ini karena madu merupakan salah satu sumber makanan yang dapat terkontaminasi bakteri yang menyebabkan botulisme. Meskipun ini jarang terjadi, tetap penting untuk mewaspadainya, karena penyakit ini memerlukan perhatian medis segera.
Madu dan Botulisme pada Bayi
Botulisme adalah penyakit langka namun berpotensi fatal yang disebabkan oleh racun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan, serta kegagalan pernapasan.
Penyakit ini bisa terjadi akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri penyebabnya. Selain itu, juga bisa karena menghirup spora, bersentuhan dengan tanah yang terkontaminasi, atau melalui luka terbuka.
Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan tujuh jenis spora. Namun, hanya empat jenis yang dapat menyebabkan botulisme pada manusia. Spora ini tumbuh dalam kondisi bebas oksigen dan berkembang dalam makanan fermentasi dan makanan kalengan yang tidak disimpan dengan benar.
Lantas, apa hubungan antara botulisme pada bayi dan madu? Madu adalah salah satu sumber botulisme yang paling umum. Bayi dan anak di bawah 12 bulan berada pada risiko tertinggi terkena botulisme dari madu.
Ini karena mereka tidak memiliki pertahanan yang sama seperti anak-anak yang lebih besar untuk melawan spora dalam sistem pencernaan mereka. Jadi, sangat disarankan untuk tidak memberikan madu kepada bayi di bawah usia 12 bulan.
Gejala Botulisme pada Bayi
Toksin botulinum dapat menyebabkan kelumpuhan otot yang meluas, yang menyebabkan penglihatan kabur, bicara cadel, mulut kering, kesulitan menelan dan bernapas.
Bayi dengan botulisme mungkin mengalami gejala dan tanda-tanda berikut ini:
- Sembelit atau sulit buang air besar.
- Otot wajah lemah yang membuat wajah mereka terlihat datar.
- Tangisan lemah.
- Otot-otot lemah di lengan, kaki, dan leher.
- Masalah pernapasan.
- Kesulitan menelan, disertai banyaknya produksi air liur.
- Tidak mau makan.
- Menjadi kurang lincah dari biasanya.
Pengobatan Botulisme pada Bayi
Bayi dengan botulisme memerlukan perawatan di rumah sakit, biasanya di unit perawatan intensif (ICU). Dokter dan petugas medis biasanya akan berusaha membatasi masalah yang ditimbulkan oleh toksin di dalam tubuh bayi.
Pengobatan umumnya dilakukan dokter dengan antitoksin yang disebut botulisme imun globulin intravena (BIGIV). Obat ini perlu diberikan pada bayi sesegera mungkin. Bayi dengan kodnisi ini yang mendapatkan BIGIV pulih lebih cepat dan menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah sakit daripada bayi yang tidak.
Jika racun sudah memengaruhi otot-otot pernapasan, bayi mungkin perlu menggunakan mesin pernapasan (ventilator) selama beberapa minggu sampai mereka menjadi lebih kuat. Karena penyakit ini juga dapat mempengaruhi otot-otot menelan, bayi biasanya membutuhkan cairan infus (IV) atau menyusu melalui selang untuk mendapatkan makanan.
Bisakah Dicegah?
Seperti dijelaskan tadi, kondisi ini bisa terjadi dengan berbagai cara, termasuk dari makanan, menghirup spora, dan luka terbuka. Untuk botulisme pada bayi, salah satu cara untuk mengurangi risikonya adalah dengan tidak memberi bayi madu atau makanan olahan apa pun dengan madu sebelum berusia 1 tahun.
Madu adalah sumber dari Clostridium botulinum yang bisa berbahaya bagi bayi, meski bagi orang dewasa justru sering dijadikan obat. Hal ini karena sistem pencernaan bayi belum cukup kuat untuk melawan racun dari bakteri ini.
Jika Si Kecil mengalami gejala botulisme, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan. Kalau dapat resep obat yang perlu diminum di rumah, download Halodoc saja untuk cek kebutuhan medis anak dengan mudah.
Referensi:
Kids Health. Diakses pada 2022. Infant Botulism.
Everyday Health. Diakses pada 2022. What Is Botulism? Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment, and Prevention.
Healthline. Diakses pada 2022. What’s the Connection Between Botulism and Honey?