Advertisement

Brainrot: Kenali Arti, Gejala, dan Dampaknya

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Budiyanto, MARS   01 Agustus 2025

Brainrot adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang terlalu terobsesi pada sesuatu.

Brainrot: Kenali Arti, Gejala, dan DampaknyaBrainrot: Kenali Arti, Gejala, dan Dampaknya

DAFTAR ISI

  1. Gejala Brainrot
  2. Penyebab Brainrot
  3. Dampak Brainrot
  4. Cara Mengatasi Brainrot
  5. Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Brainrot adalah istilah slang yang populer di kalangan pengguna internet, terutama media sosial. Istilah ini merujuk pada kondisi ketika seseorang mengalami obsesi berlebihan terhadap suatu hal, seperti karakter fiksi, selebriti, acara televisi, atau jenis konten lainnya.

Obsesi ini bisa sangat kuat hingga individu tersebut terus-menerus memikirkannya, membicarakannya, dan mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan objek obsesinya.

Paparan media yang berlebihan dapat memengaruhi aktivitas dan konektivitas otak, yang berpotensi menyebabkan perilaku obsesif.

Gejala Brainrot

Gejala brainrot dapat bervariasi pada setiap orang, tetapi beberapa tanda umum meliputi:

  • Pikiran yang terus-menerus: Individu terus-menerus memikirkan objek obsesinya, bahkan ketika mencoba fokus pada hal lain.
  • Kehilangan minat pada aktivitas lain: Minat pada hobi, pekerjaan, atau interaksi sosial menurun karena lebih memilih menghabiskan waktu dengan objek obsesinya.
  • Perubahan suasana hati: Merasa cemas, mudah tersinggung, atau sedih ketika tidak dapat mengakses atau terlibat dengan objek obsesinya.
  • Gangguan tidur: Kesulitan tidur karena terus memikirkan objek obsesinya.
  • Isolasi sosial: Menarik diri dari teman dan keluarga karena lebih memilih menghabiskan waktu sendiri dengan objek obsesinya.

Ketahui juga, Agar Selalu Fokus, Ini 8 Cara Tingkatkan Konsentrasi.

Penyebab Brainrot

Beberapa faktor dapat menyebabkan seseorang mengalami brainrot, di antaranya:

  • Paparan media yang berlebihan: Terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi, bermain video game, atau menggunakan media sosial dapat meningkatkan risiko brainrot.
  • Kurangnya aktivitas sosial: Individu yang merasa kesepian atau kurang memiliki interaksi sosial cenderung mencari pelarian dalam objek obsesi.
  • Masalah kesehatan mental: Brainrot dapat menjadi gejala dari kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
  • Mekanisme koping: Objek obsesi dapat menjadi cara untuk mengatasi stres, trauma, atau emosi negatif lainnya.

Dampak Brainrot

Meskipun pada awalnya terasa menyenangkan, brainrot dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan:

  • Kesehatan mental: Meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, dan isolasi sosial.
  • Hubungan sosial: Merusak hubungan dengan teman, keluarga, dan pasangan karena kurangnya perhatian dan minat pada orang lain.
  • Kinerja akademik dan profesional: Menurunkan konsentrasi, motivasi, dan produktivitas.
  • Kesehatan fisik: Kurang tidur, pola makan tidak sehat, dan kurang olahraga karena terlalu fokus pada objek obsesi.

Pahami juga, Waspada Radiasi Blue Light pada Mata Akibat Gadget.

Cara Mengatasi Brainrot

Mengatasi brainrot membutuhkan kesadaran diri dan upaya aktif untuk mengubah kebiasaan. Beberapa strategi yang dapat dicoba:

  • Batasi paparan media: Kurangi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi, bermain video game, atau menggunakan media sosial.
  • Cari aktivitas alternatif: Temukan hobi baru, berolahraga, atau terlibat dalam kegiatan sosial yang menyenangkan.
  • Bangun hubungan sosial: Habiskan waktu dengan teman dan keluarga, bergabung dengan klub atau organisasi, atau sukarelawan.
  • Kelola stres: Latih teknik relaksasi, seperti meditasi atau yoga, untuk mengatasi stres dan kecemasan.
  • Cari bantuan profesional: Jika brainrot sangat mengganggu kehidupan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog atau psikiater.

Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?

Jika mengalami salah satu dari kondisi di bawah ini, segera cari bantuan profesional:

  • Obsesi mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosial.
  • Merasa cemas, depresi, atau putus asa.
  • Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Kesulitan mengendalikan perilaku obsesif.

Membatasi paparan media, mencari aktivitas alternatif, membangun hubungan sosial, dan mengelola stres dapat membantu mengurangi dampak brainrot.

Jika merasa kesulitan mengendalikan obsesi, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater di Halodoc.

Konsultasi yang tepat dapat membantu menemukan solusi terbaik untuk mengatasi kondisi ini.

Tunggu apa lagi? Yuk klik banner di bawah ini!

Referensi:
Oxford University Press. Diakses pada 2025. ‘Brain rot’ named Oxford Word of the Year 2024
Healthline. Diakses pada 2025. What Is Brainrot and How Do You Know If You Have It?
UGM – Fakultas Psikologi. Diakses pada 2025. Brain Rot, Benarkah Otak Mengalami Pembusukan?
BBC. Diakses pada 2025. What is brain rot, the Oxford University Press 2024 word of the year?