Hati-Hati, Ini 7 Gejala Hoarding Disorder yang Jarang Disadari
Ciri hoarding disorder adalah stres saat akan membuang barang dan tak suka orang lain menyentuh barangnya.

Daftar Isi:
- Apa Itu Hoarding Disorder?
- Gejala Hoarding Disorder
- Penyebab Hoarding Disorder
- Diagnosis Hoarding Disorder
- Cara Mengatasi Hoarding Disorder
- Perawatan untuk Hoarding Disorder
- Pencegahan Hoarding Disorder
- Hubungi Dokter Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Mengalami Hoarding Disorder
Pernahkah kamu enggan untuk menyingkirkan barang tertentu karena menganggap memiliki nilai atau merasa barang tersebut akan berguna di masa mendatang? Jika kamu kerap melakukan hal ini, sebaiknya waspada terhadap gejala hoarding disorder.
Bukan hanya berisiko meningkatkan debu hingga kotoran lainnya, kondisi ini juga bisa memicu risiko kecelakaan yang disebabkan oleh penumpukan barang.
Untuk menghindari berbagai dampak negatif yang rentan terjadi, sebaiknya ketahui berbagai gejala hoarding disorder agar kamu dapat melakukan penanganan dan perawatan secara tepat.
Apa Itu Hoarding Disorder?
Hoarding disorder dikenal juga sebagai gangguan menimbun adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang mengalami kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang, meskipun barang tersebut tidak berharga atau tidak dibutuhkan.
Perilaku ini menyebabkan penumpukan barang yang berlebihan sehingga memenuhi dan menghalangi penggunaan ruang hidup yang dimaksudkan.
Kondisi ini lebih dari sekadar hobi mengoleksi; ini adalah gangguan yang dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gangguan mental seperti hoarding disorder seringkali kurang terdeteksi dan ditangani dengan tepat.
Padahal, deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu mencegah dampak yang lebih serius.
Gejala Hoarding Disorder
Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental di mana pengidapnya merasakan adanya kebutuhan yang kuat untuk menyimpan suatu barang meskipun barang itu kurang bernilai.
Bahkan, mereka akan mengalami tekanan ketika diminta untuk membuang barang-barang tersebut.
Ada berbagai jenis barang yang umumnya akan ditimbun oleh pengidap kondisi ini, seperti koran, majalah, barang-barang rumah tangga, hingga pakaian.
Selain dapat memicu bahaya, kebiasaan buruk ini juga dapat menyebabkan gangguan pada kualitas hidup. Kondisi ini dapat menyebabkan kondisi hidup yang tidak sehat.
Lalu, apa saja gejala hoarding disorder? Kondisi ini nyata bisa terlihat dari beberapa gejala, seperti:
- Mengalami stres saat akan membuang barang-barang yang ditimbun.
- Cemas bahwa mereka merasa akan membutuhkan barang tersebut di masa depan.
- Tidak boleh orang lain menyentuh barang-barang yang ditimbun.
- Kondisi rumah yang sangat berantakan.
- Benda yang ditimbun dapat memicu gangguan untuk keluarga maupun sosial.
- Merasa kesal dengan orang yang berpikir mau membuang barang timbunannya.
- Ruangan tempat menyimpan barang tidak dapat digunakan
Biasanya, pengidap kondisi ini merasa bahwa mereka memiliki hubungan emosional dengan barang-barang tersebut.
Bahkan, pengidapnya bisa merasa lebih aman ketika berada di dekat barang-barang yang mereka timbun.
Penyebab Hoarding Disorder
Hingga saat ini belum ada penyebab pasti yang memicu seseorang mengalami kondisi ini.
Namun, adanya faktor genetik, tekanan stres, hingga gangguan pada fungsi otak menjadi pemicu hoarding disorder.
Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang memicu kondisi ini, seperti:
- Kondisi trauma.
- Cedera otak.
- Kebiasaan membeli secara impulsif.
- Memiliki kerabat yang mengalami hoarding disorder.
- Gangguan penggunaan zat tertentu atau alkohol.
Jika tidak diatasi dengan baik, hoarding disorder dapat memicu berbagai komplikasi pada pengidapnya, seperti:
- Meningkatkan risiko cedera akibat jatuh.
- Konflik dengan keluarga dan kerabat.
- Ruangan yang tidak sehat sehingga memicu gangguan kesehatan.
Diagnosis Hoarding Disorder
Diagnosis hoarding disorder dilakukan oleh profesional kesehatan mental melalui evaluasi komprehensif. Beberapa kriteria diagnosis meliputi:
- Kesulitan terus-menerus untuk membuang atau berpisah dengan barang, terlepas dari nilai aktualnya.
- Kesulitan ini disebabkan oleh kebutuhan yang dirasakan untuk menyimpan barang dan kesusahan yang terkait dengan membuangnya.
- Penimbunan menyebabkan penumpukan barang yang memenuhi dan menghalangi penggunaan ruang hidup yang dimaksudkan.
- Penimbunan menyebabkan stres signifikan atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.
Penting untuk mencari bantuan profesional jika mencurigai adanya hoarding disorder pada diri sendiri atau orang lain.
Diagnosis yang akurat adalah langkah pertama menuju penanganan yang efektif.
Cara Mengatasi Hoarding Disorder
Penanganan hoarding disorder biasanya melibatkan kombinasi terapi dan pengobatan. Beberapa pilihan penanganan meliputi:
- Terapi Kognitif Perilaku (CBT): Membantu mengubah pola pikir dan perilaku yang terkait dengan penimbunan.
- Obat-obatan: Antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan yang seringkali menyertai hoarding disorder.
- Terapi Kelompok: Memberikan dukungan dan kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami masalah serupa.
- Organisasi Profesional: Membantu mengatur dan membersihkan rumah.
Menurut WHO, penanganan hoarding disorder yang efektif membutuhkan pendekatan multidisiplin dan dukungan berkelanjutan.
Perawatan untuk Hoarding Disorder
Kondisi ini bisa diatasi dengan melakukan terapi dan penggunaan beberapa jenis obat-obatan tertentu.
Berikut ini pengobatan yang perlu diketahui, yaitu:
1. Psikoterapi
Terapi ini menjadi jenis terapi yang paling efektif untuk mengatasi hoarding disorder. Dengan melakukan terapi ini, ada beberapa kondisi yang bisa kamu lakukan, seperti:
- Belajar mengidentifikasi dan menurunkan keyakinan terhadap kebiasaan penimbunan barang.
- Mampu untuk menahan keinginan menimbun barang.
- Meningkatkan kemampuan untuk memilih barang mana yang harus disimpan dan dibuang.
- Meningkatkan kemampuan untuk merapikan rumah.
- Meningkatkan motivasi untuk melakukan perubahan.
2. Penggunaan Obat
Tidak ada obat yang bisa mengatasi kondisi ini secara langsung, tetapi penggunaan obat hanya dilakukan untuk mengurangi gejala cemas atau depresi yang dialami akibat hoarding disorder.
Pencegahan Hoarding Disorder
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah hoarding disorder, beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi risiko:
- Mengelola Stres: Belajar mengelola stres dan emosi dengan cara yang sehat.
- Membangun Dukungan Sosial: Memelihara hubungan yang kuat dengan keluarga dan teman.
- Menghindari Isolasi: Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan komunitas.
- Mencari Bantuan Profesional: Jika memiliki riwayat keluarga dengan hoarding disorder atau mengalami gejala depresi dan kecemasan, segera mencari bantuan profesional.
Pencegahan dini adalah kunci untuk mengurangi dampak hoarding disorder pada kualitas hidup.
Hubungi Dokter Ini Jika Kamu/Orang Terdekat Mengalami Hoarding Disorder
Jika kamu atau orang tersayang mengalami gejala hoarding disorder, sebaiknya segeralah berkonsultasi dengan psikiater di Halodoc.
Psikiater berikut ini memiliki pengalaman lebih dari 7 tahun, sehingga mereka mampu memberikan tips perawatan.
Kamu tak perlu khawatir, sebab mereka mendapat ulasan yang baik dari pasien-pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini dia psikiater rekomendasi yang bisa kamu hubungi:
1. dr. Mariati, Sp.KJ

Kamu bisa berkonsultasi dengan dr. Mariati Sp.KJ, seorang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh pada 2013 dan Universitas Sebelas Maret pada 2022.
Saat ini, ia berpraktik di Kecamatan Idi Rayek, Kabupaten Aceh Timur dan terdaftar sebagai anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dengan nomor STR 3321601322154555.
Dokter Mariati Sp.KJ telah berpengalaman selama 9 tahun, sehingga kamu tak perlu ragu untuk berkonsultasi dengannya seputar penanganan hoarding disorder.
Ia juga mampu memberikan konsultasi tentang depresi, gangguan kepribadian, gangguan mood, trauma, pengembangan diri maupun masalah kesehatan mental lainnya.
Chat dr. Mariati, Sp.KJ Mulai dari Rp80.000,- di Halodoc.
2. dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ

Psikiater rekomendasi berikutnya yaitu dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ, seorang alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara tahun 2016 dan Universitas Sumatera Utara tahun 2023.
Ia telah tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dengan nomor STR AP00000153248265 dan kini menjalani praktik di Medan, Sumatera Utara.
Memiliki pengalaman selama 8 tahun, dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ dapat kamu percayai dalam memberikan solusi terhadap penanganan hoarding disorder.
Chat dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ Mulai dari Rp55.000,- di Halodoc.
Itulah psikiater yang siap membantu kamu memberikan panduan penanganan hoarding disorder.
Kamu juga bisa menggunakan fitur voice call atau video call, agar mempermudah interaksi saat berkonsultasi.
Dengan aplikasi Halodoc, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter kapan saja dan di mana saja dengan mudah dan aman.
Kamu tidak perlu khawatir jika dokter sedang offline atau tidak tersedia. Sebab, kamu tetap bisa memesan jadwal konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Tak perlu bingung cari obat, kamu bisa dapatkan di apotek 24 jam terdekat dari rumah, karena ada Apotek Online Halodoc.
Obat dan produk kesehatan di Toko Kesehatan Halodoc dijamin 100% asli dan tepercaya. Produk dikirim dari apotek terdekat dari rumahmu, diantar dalam waktu 1 jam.
Segera download Halodoc untuk pengalaman belanja obat online dengan praktis!
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!


