
DAFTAR ISI
- Pengertian Hoarding Disorder
- Penyebab Hoarding Disorder
- Faktor Risiko Hoarding Disorder
- Gejala Hoarding Disorder
- Diagnosis Hoarding Disorder
- Pengobatan Hoarding Disorder
- Komplikasi Hoarding Disorder
- Perawatan Mandiri untuk Hoarding Disorder
- Kapan Harus ke Dokter?
- Kesimpulan
Pengertian Hoarding Disorder
Hoarding disorder adalah gangguan mental yang ditandai dengan kesulitan terus-menerus untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang, tanpa mempedulikan nilai aktualnya.
Kondisi ini berbeda dengan sekadar mengoleksi barang. Pada hoarding disorder, keinginan untuk menyimpan barang menyebabkan penumpukan yang signifikan sehingga ruangan tidak dapat digunakan sesuai fungsinya.
Hoarding disorder kerap kali membuat kondisi rumah sempit, karena penuh terisi barang-barang tak perlu.
Selain itu, pengidapnya kerap tidak merasa kalau yang dialaminya sebagai gangguan. Inilah yang membuat pengobatan ataupun penanganan menjadi sulit untuk dilakukan.
Ketahui bagaimana Kaitan Hoarding Disorder dan Gangguan Kesehatan mental.
Penyebab Hoarding Disorder
Penyebab pasti hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, di antaranya:
- Genetika: Orang dengan riwayat keluarga hoarding disorder lebih berisiko mengalami kondisi ini.
- Trauma: Pengalaman traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai atau mengalami bencana alam, dapat memicu hoarding disorder.
- Masalah emosional: Orang dengan masalah emosional, seperti depresi, kecemasan, atau kesepian, lebih berisiko mengalami hoarding disorder.
- Fungsi otak: Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan hoarding disorder mungkin memiliki perbedaan dalam fungsi otak mereka.
Faktor Risiko Hoarding Disorder
Hoarding disorder bisa dimulai sekitar usia 11-15 tahun, dan cenderung memburuk seiring bertambahnya usia.
Ada beberapa faktor yang memicu risiko hoarding disorder, yaitu:
- Kepribadian. Banyak orang yang memiliki gangguan ini memiliki temperamen ragu-ragu atau plin-plan.
- Sejarah keluarga. Kondisi ini bisa terjadi atau menurun dalam keluarga. Jadi, jika kamu memiliki orang tua memiliki gangguan ini, kamu atau saudara kandungmu juga mungkin mengalaminya.
- Stres dalam kehidupan. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat menyebabkan seseorang mengidap gangguan ini.
Beberapa orang dengan hoarding disorder mengalami gangguan penimbunan setelah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan yang sulit mereka atasi.
Seperti akibat kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.
Gejala Hoarding Disorder
Hoarding disorder biasanya ditemui dengan kebiasaan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan.
Menumpuk barang secara bertahap di ruangan rumah dan pada akhirnya kesulitan membuang barang-barang tersebut karena merasa sayang.
Kemudian, seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan ini akan sulit meninggalkan kebiasaan penimbunan tersebut. Pada usia paruh baya, gejalanya sering parah dan mungkin lebih sulit diobati.
Gejala gangguan ini berkembang dari waktu ke waktu dan cenderung menjadi perilaku pribadi. Seringkali, kekacauan yang signifikan berkembang pada saat kondisi tersebut terpantau oleh orang lain.
Selain itu, gejala lain hoarding disorder adalah:
- Menyimpan barang-barang yang tidak dibutuhkan secara berlebihan sampai pengidapnya tidak memiliki ruang lagi di rumahnya.
- Kesulitan untuk berpisah dengan barang-barangnya.
- Merasa perlu untuk menyimpan barang-barangnya dan merasa kesal dengan pemikiran untuk membuang barang-barang tersebut.
- Mengalami kekacauan di mana tidak ada lagi ruang untuk menyimpan barang-barang.
- Memiliki kecenderungan keragu-raguan akan suatu hal, perfeksionisme, penghindaran, penundaan, dan masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.
- Mengalami konflik dengan orang lain yang mencoba mengurangi atau menghilangkan kekacauan dari rumah.
- Merasa aman ketika dikelilingi oleh barang-barang timbunan tersebut.
Bisa juga lakukan Penanganan Efektif pada Pengidap Hoarding Disorder seperti di artikel ini.
Diagnosis Hoarding Disorder
Diagnosis hoarding disorder biasanya dilakukan oleh profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater.
Diagnosis didasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Kriteria tersebut meliputi:
- Kesulitan terus-menerus untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang, tanpa mempedulikan nilai aktualnya.
- Kesulitan tersebut disebabkan oleh kebutuhan yang dirasakan untuk menyimpan barang dan kesusahan yang terkait dengan membuangnya.
- Penimbunan tersebut mengakibatkan penumpukan barang yang memenuhi dan membuat penuh rumah atau tempat tinggal dan secara substansial mengganggu penggunaan tempat tinggal yang dimaksudkan.
- Penimbunan tersebut menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya.
- Penimbunan tersebut tidak disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya, cedera otak, penyakit serebrovaskular).
- Penimbunan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala gangguan mental lain (misalnya, obsesi pada gangguan obsesif-kompulsif, penurunan energi pada gangguan depresi mayor, delusi pada skizofrenia atau gangguan psikotik lainnya, defisit kognitif pada gangguan neurokognitif mayor).
Pengobatan Hoarding Disorder
Pengobatan hoarding disorder biasanya melibatkan terapi dan/atau obat-obatan.
- Terapi perilaku kognitif (CBT): CBT membantu mengubah pikiran dan perilaku yang terkait dengan hoarding. Terapis akan membantu mengembangkan keterampilan untuk mengatur barang, membuat keputusan tentang barang mana yang harus dibuang, dan mengatasi kecemasan yang terkait dengan membuang barang.
- Obat-obatan: Obat antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan yang sering menyertai hoarding disorder.
Ketahui apa itu Cognitive Behavioral Therapy: Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya.
Sebagai bagian dari terapi perilaku kognitif, pengidap hoarding disorder dapat melakukan beberapa hal, seperti:
- Belajar mengidentifikasi dan menantang pemikiran dan keyakinan yang terkait dengan memperoleh dan menyimpan barang.
- Belajarlah untuk menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.
- Belajarlah untuk mengatur dan mengkategorikan harta benda untuk membantu memutuskan mana yang harus dibuang.
- Tingkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan sistem koping.
- Rapikan rumah secara rutin.
- Belajarlah untuk mengurangi isolasi dan meningkatkan keterlibatan sosial dengan kegiatan yang lebih bermakna.
- Pelajari cara untuk meningkatkan motivasi untuk perubahan.
- Hadiri terapi keluarga atau kelompok.
- Lakukan kunjungan berkala atau perawatan berkelanjutan untuk membantu mempertahankan kebiasaan sehat.
Komplikasi Hoarding Disorder
Hoarding disorder dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik fisik maupun psikologis, yaitu:
- Masalah kesehatan: Risiko jatuh, cedera, dan masalah pernapasan meningkat akibat lingkungan rumah yang tidak terawat.
- Masalah kebersihan: Rumah yang penuh sesak sulit dibersihkan, sehingga meningkatkan risiko infeksi dan masalah kesehatan lainnya.
- Masalah sosial: Hubungan dengan keluarga dan teman dapat terganggu akibat rasa malu dan isolasi sosial.
- Masalah keuangan: Biaya untuk menyimpan barang-barang yang tidak perlu dapat membebani keuangan.
- Masalah hukum: Hoarding disorder dapat melanggar peraturan kesehatan dan keselamatan, yang dapat menyebabkan masalah hukum.
- Kualitas Hidup Menurun: Secara keseluruhan, kualitas hidup penderita hoarding disorder dan keluarganya dapat sangat terpengaruh.
Perawatan Mandiri untuk Hoarding Disorder
Selain pengobatan profesional, ada beberapa langkah perawatan mandiri yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi hoarding disorder:
- Bergabung dengan kelompok dukungan: Berbicara dengan orang lain yang mengalami masalah serupa dapat memberikan dukungan dan motivasi.
- Membuat tujuan kecil: Mulailah dengan membersihkan area kecil di rumah dan secara bertahap tingkatkan.
- Mencari bantuan dari teman atau keluarga: Meminta bantuan teman atau keluarga untuk membersihkan rumah dapat meringankan beban.
- Mengelola stres: Temukan cara untuk mengelola stres, seperti berolahraga, bermeditasi, atau melakukan hobi yang menyenangkan.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera kunjungi psikiater atau psikolog tepercaya jika kamu mengalami kesulitan untuk membuang barang sehingga terjadi penumpukan barang di rumah.
Kalau orang terdekatmu mengalami gejala hoarding disorder, cobalah psikolog klinis melalui Halodoc di App Store atau Google Play!
Kesimpulan
Hoarding disorder adalah kondisi kesehatan mental yang serius dan dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup. Dengan mengenali gejala, penyebab, dan cara mengatasinya, diharapkan dapat membantu orang yang mengalami kondisi ini untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.
Jika kamu atau orang yang kamu kenal mengalami gejala hoarding disorder, jangan ragu untuk mencari berdiskusi dengan psikolog di Halodocl. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk pemulihan.
Tak perlu bingung cari obat, kamu bisa dapatkan di apotek 24 jam terdekat dari rumah, karena ada Apotek Online Halodoc.
Obat dan produk kesehatan di Toko Kesehatan Halodoc dijamin 100% asli dan tepercaya. Produk dikirim dari apotek terdekat dari rumahmu, diantar dalam waktu 1 jam.
Segera download Halodoc untuk pengalaman belanja obat online dengan praktis!


