Ini Kondisi yang Membuat Pasien Membutuhkan Ventilator
“Ada beberapa kondisi yang membuat pasien membutuhkan ventilator. Beberapa di antaranya adalah kondisi gagal napas, pneumonia, dan gagal jantung.”

Halodoc, Jakarta – Ventilator adalah alat untuk menunjang proses pernapasan pasien dengan kondisi kesehatan tertentu. Pada beberapa penyakit, pasien memiliki keluhan tidak mampu bernapas sendiri. Tujuan penggunaan ventilator sendiri adalah mencukupi kebutuhan oksigen pasien.
Beberapa golongan penyakit yang membutuhkan ventilator. Seperti misalnya pada pengidap gangguan paru-paru berat, gangguan sistem saraf yang menyebabkan kelemahan otot pernapasan, gangguan pada jantung, gangguan keseimbangan asam basa, serta cedera berat.
Kondisi yang Membutuhkan Ventilator
Orang dengan gangguan pernapasan bisa bernapas secara normal melalui ventilator. Bisa dibilang, ventilator mengatur proses menghirup dan menghembuskan napas seseorang. Alat tersebut bekerja dengan memompa oksigen dan menyalurkannya ke paru-paru.
Berikut ini beberapa kondisi yang membutuhkan bantuan ventilator:
1. Gagal Napas
Gagal napas adalah kondisi gawat darurat medis serius karena adanya masalah serius pada sistem pernapasan, sehingga tubuh kekurangan oksigen. Penyakit ini dapat memicu kerusakan organ, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap gagal napas, meliputi:
- Sesak napas, yang berujung pada sulit berbicara.
- Napas cepat.
- Peningkatan detak jantung.
- Batuk-batuk.
- Mengi.
- Lemas.
- Kulit pucat dan berkeringat.
- Gelisah dan kebingungan.
- Kebiruan pada jari-jari tangan atau bibir.
- Pingsan.
2. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
ARDS merupakan masalah pernapasan berat karena penumpukan cairan di kantung udara kecil dalam paru-paru atau alveoli. Umumnya, kondisi ini terjadi akibat sepsis atau pneumonia berat.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap ARDS, meliputi:
- Napas pendek dan cepat.
- Sesak napas.
- Tekanan darah rendah.
- Tubuh sangat lelah.
- Keringat berlebih.
- Bibir atau kuku kebiruan.
- Nyeri dada.
- Peningkatan detak jantung.
- Batuk-batuk.
- Demam.
- Sakit kepala.
- Merasa kebingungan
3. Pneumonia
Pneumonia atau paru-paru basah adalah infeksi yang memicu peradangan pada alveoli di salah satu atau kedua paru-paru sekaligus. Peradangan tersebut memicu penumpukan cairan atau nanah, sehingga pengidapnya sulit bernapas.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap pneumonia, meliputi:
- Batuk.
- Demam.
- Sesak napas.
- Menggigil.
- Kelelahan.
4. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan pada paru-paru. Beberapa gejala yang tampak pada pengidap PPOK, meliputi:
- Batuk berdahak terus-menerus.
- Napas tersengal-sengal.
- Penurunan berat badan.
- Nyeri dada.
- Mengi.
- Pembengkakan di tungkai dan kaki.
- Lemas.
5. Gagal Jantung
Heart failure atau gagal jantung membuat jantung tidak dapat mengalirkan cukup darah ke seluruh tubuh. Pemicunya sendiri adalah penyakit anemia, hipertensi, dan penyakit jantung.
Beberapa gejala yang tampak pada pengidap gagal jantung, meliputi:
- Sesak napas.
- Cepat merasa lelah.
- Pembengkakan pada tungkai.
- Batuk yang memburuk pada malam hari.
- Berat badan naik atau turun drastis.
- Cemas.
- Gelisah.
- Penurunan nafsu makan.
- Perut kembung.
Selain beberapa penyakit tersebut, serangan jantung, henti jantung, keracunan karbon dioksida, asidosis, dan alkalosis, juga menjadi penyakit yang membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas. Seseorang yang sedang dalam pengaruh bius total, sehingga kehilangan kemampuan bernapas juga membutuhkan ventilator.
Pada dasarnya, mesin ventilator dapat membantu proses pernapasan pada pengidap di sejumlah kondisi tersebut, tapi tidak mampu untuk mengobati penyakitnya. Selain alat bantu pernapasan, pengobatan dan perawatan lain juga dapat menyembuhkan dan memperbaiki masalah kesehatan pasien.
Selain ventilator, tidak ada salahnya juga untuk Mengenal 6 Jenis Alat Bantu Pernapasan dan Cara Kerjanya.
Cara Pemakaian Ventilator
Pemasangan dan pengaturan ventilator hanya boleh dilakukan oleh dokter yang memiliki keahlian merawat pasien kritis, karena penggunaan ventilator cukup rumit. Kondisi yang membutuhkan biasanya cukup berat, sehingga alat ini biasanya digunakan di ruang perawatan intensif (ICU).
Dokter akan melakukan intubasi atau trakeostomi, sebelum pemasangan ventilator pada pasien. Intubasi dilakukan untuk memasukkan selang khusus melalui mulut, hidung, atau lubang yang dibuat pada leher bagian depan pengidap. Ventilator akan dihubungkan ke selang tersebut saat intubasi selesai.
Selama pasien terhubung dengan ventilator, ia masih bisa sadar. Meskipun begitu, pengidap tidak dapat bicara atau makan melalui tenggorokan, karena adanya selang yang masuk ke tenggorokan. Namun pasien masih bisa berkomunikasi melalui tulisan atau isyarat.
Rasa tidak nyaman umum terjadi pada pengidap yang menggunakan alat ini melalui mulut atau hidung. Selain itu, pengidap seringk ali melawan hembusan udara dari ventilator, sehingga fungsi alat tersebut menjadi kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut, dokter dapat memberikan obat penenang atau anti nyeri agar pengidap lebih nyaman selama menggunakan ventilator.
Agar lebih memahami informasi di atas, baca juga lebih lanjut artikel berikut: Kondisi Medis yang Membutuhkan Tindakan Intubasi
Risiko Penggunaan Ventilator
Meskipun penggunaan ventilator dapat menyelamat hidup seseorang, tapi risiko efek samping dapat terjadi. Risiko penggunaan ventilator umum terjadi jika seseorang menggunakannya dalam jangka waktu yang lebih lama.
Beberapa risiko yang paling umum terkait penggunaan ventilator misalnya:
- Infeksi. Penumpukan cairan dan lendir di tenggorokan dapat menyebabkan kuman menumpuk di selang pernapasan. Kuman tersebut kemudian dapat berpindah ke paru-paru, yang meningkatkan risiko terkena pneumonia.
- Iritasi. Selang pernapasan dapat bergesekan dan mengiritasi tenggorokan atau paru-paru. Hal tersebut juga bisa membuatmu sulit batuk. Padahal batuk dapat membantu menyingkirkan debu dan iritasi di paru-paru.
- Masalah pita suara. Selang pernapasan juga melewati kotak suara (laring), yang berisi pita suara. Itulah yang menyebabkanmu tidak dapat berbicara saat menggunakan ventilator. Selain itu, selang tersebut dapat merusak kotak suara.
- Edema paru. Kantung udara di paru-paru bisa terisi cairan.
- Bekuan darah. Berbaring dalam posisi yang sama dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.
- Delirium terkait sedasi. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh obat penenang dan banyak obat lain yang diberikan pada pengidap yang menggunakan ventilator.
- Gangguan saraf dan otot. Berbaring selama berhari-hari, dibius, dan tidak bernapas sendiri, dapat menyebabkan gangguan saraf dan otot.
- Cedera paru-paru. Ventilator dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, yang terjadi karena beberapa alasan. Seperti, terlalu banyak tekanan udara di paru-paru, kebocoran udara ke ruang antara paru-paru dan dinding dada, dan toksisitas oksigen.
Itulah yang perlu kamu ketahui tentang kondisi yang membutuhkan ventilator. Pastikan untuk memeriksakan diri pada dokter yang tepat, sehingga dapat menjalani perawatan yang sesuai dengan rekomendasi dokter. Klik banner di bawah ini untuk konsultasi dengan dokter.



