Advertisement

Ini Pertolongan Pertama Anak Muntah Terus yang Ibu Harus Tahu

10 menit
Ditinjau oleh  dr. Erlin SpA   17 November 2025

Saat anak mual dan muntah, berikan cairan, makanan lembut, dan obat sesuai anjuran dokter agar kesehatan anak membaik.

Ini Pertolongan Pertama Anak Muntah Terus yang Ibu Harus TahuIni Pertolongan Pertama Anak Muntah Terus yang Ibu Harus Tahu

DAFTAR ISI

  1. Cara Mengobati Muntah di Rumah
  2. Penggunaan Obat dan Pengobatan Tradisional untuk Muntah pada Anak
  3. Penyebab Muntah pada Anak
  4. Gejala Tambahan yang Perlu Diperhatikan
  5. Diagnosis Sakit Perut dan Muntah pada Anak
  6. Apa Kata Riset?
  7. Waktu yang Tepat ke Dokter saat Anak Muntah
  8. Hubungi Dokter Ini Jika Anak Muntah Terus
  9. FAQ

Ketika anak tiba-tiba mual dan muntah, wajar jika ibu khawatir. Namun, muntah biasanya hanyalah gejala dari suatu penyakit, dan paling sering disebabkan oleh infeksi virus atau keracunan makanan. 

Gejala muntah-muntah yang anak alami biasanya hanya berlangsung satu atau dua hari.

Kekhawatiran terbesar saat anak muntah adalah dehidrasi, pasalnya cairan tubuh bisa terus terkuras akibat muntah terus menerus dan ia anak juga enggan untuk minum atau makan. 

Berikut adalah beberapa hal yang perlu ibu lakukan saat anak-anak mual dan muntah. 

Cara Mengobati Muntah di Rumah

Ada beberapa hal yang perlu ibu lakukan ketika anak tiba-tiba mual dan muntah, antara lain:

1. Istirahatkan Perut

Jauhkan anak dahulu dari makan atau minum selama 30 sampai 60 menit setelah muntah. Ini akan memberi kesempatan pada perut anak untuk bisa pulih.

2. Ganti Cairan

Dehidrasi bisa menjadi masalah saat anak muntah. Mulailah mengganti cairan setelah anak tidak muntah selama 30 hingga 60 menit.

Ada beberapa cara saat memberikan asupan air kepada anak yang baru saja muntah, yaitu: 

  • Tunggu sampai anak merasa cukup mampu untuk minum. Jangan memaksa anak untuk minum jika dia masih merasa mual dan tidak enak badan. Jangan juga membangunkan anak untuk minum jika dia sedang tidur.
  • Mulailah dengan memberi anak sedikit cairan setiap 5 sampai 10 menit. Gunakan satu sendok teh sebagai pengganti gelas untuk memberikan anak air.
  • Gunakan air atau cairan bening tidak berkarbonasi lainnya. ASI juga dapat diberikan jika anak masih menyusui.
  • Jika anak memuntahkan cairan tersebut, tunggu setidaknya 30 menit lagi. Kemudian mulai lagi dengan jumlah cairan yang sangat sedikit setiap 5 sampai 10 menit.
  • Jika anak kesulitan menelan cairan, tawarkan minuman yang padat, seperti es loli tanpa potongan buah. 
  • Larutan rehidrasi oral dapat digunakan jika anak mengalami dehidrasi akibat muntah berulang. Ibu dapat membeli larutan rehidrasi di swalayan atau apotek terdekat. Jauhi minuman olahraga karena minuman ini terlalu banyak gula.

3. Beri Makanan Padat

Jika anak lapar dan meminta makanan, coba berikan sedikit makanan yang rasanya hambar. Ini termasuk biskuit, sereal kering, nasi, atau mie.

Hindari memberi anak makanan berminyak, berlemak, atau pedas selama beberapa hari saat anak mulai pulih.

4. Beri Obat

Sebaiknya jangan sembarangan memberikan obat jika anak mengalami mual dan muntah. Sebaiknya tanyakan langsung pada dokter spesialis anak menggunakan Halodoc untuk penanganan dan jenis obat yang tepat.

Penggunaan sembarang obat, seperti aspirin dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut sindrom Reye. Selain itu, ibuprofen juga tidak disetujui untuk bayi di bawah usia 6 bulan.

Simak informasi lain seputar Kesehatan Anak – Tips dan Informasi Lengkap berikut ini.

Penggunaan Obat dan Pengobatan Tradisional untuk Muntah pada Anak

Pengobatan muntah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu obat antimuntah dan pengobatan tradisional:

1. Penggunaan obat antimuntah

Berikut obat-obatan yang bisa meredakan mual sehingga muntah pun bisa dicegah:

  • Ondansetron. Berfungsi menghambat reseptor serotonin di otak yang memicu muntah. Biasanya diberikan pada anak yang mengalami muntah akibat gastroenteritis atau efek samping kemoterapi.
  • Domperidone. Digunakan untuk meningkatkan pergerakan saluran cerna dan mengurangi rasa mual. Sering diberikan untuk muntah akibat refluks asam lambung atau gangguan pencernaan ringan.
  • Metoclopramide. Obat ini dapat membantu merangsang pergerakan makanan di saluran pencernaan, mengurangi mual dan muntah. Jarang direkomendasikan untuk anak karena berisiko menyebabkan efek samping neurologis.

Penggunaan obat antimuntah harus dengan resep dokter, terutama jika muntah terjadi secara terus-menerus atau disertai gejala lain seperti dehidrasi atau demam tinggi.

Selain itu, tidak semua kasus muntah memerlukan obat. Jika muntah disebabkan oleh infeksi ringan atau mabuk perjalanan, biasanya bisa diatasi dengan perawatan rumahan saja.

Rekomendasi obat muntah anak dari Halodoc:

2. Pengobatan tradisional untuk muntah pada anak

Obat muntah anak tradisional bisa menjadi alternatif atau pelengkap dalam meredakan muntah, terutama untuk kasus ringan.

Berikut beberapa bahan alami yang terbukti membantu mengatasi muntah:

  • Air daun mint. Daun mint memiliki sifat menenangkan saluran pencernaan dan mengurangi rasa mual. Tumbuk beberapa lembar daun mint, peras sarinya, lalu campurkan dengan sedikit madu sebelum diminum.
  • Air beras. Cairan ini mengandung karbohidrat yang mudah dicerna dan membantu menenangkan lambung. Rebus 1 sdm beras dengan 2 gelas air hingga airnya sedikit mengental, lalu saring dan berikan airnya kepada anak.
  • Teh cengkeh. Bahan ini memiliki sifat antibakteri dan dapat membantu mengurangi rasa mual. Seduh 1-2 butir cengkeh dengan air panas, biarkan hingga hangat, lalu berikan sedikit demi sedikit kepada anak.
  • Jahe. Temu-temuan ini mengandung senyawa gingerol yang efektif dalam mengurangi mual dan meningkatkan pencernaan. Bisa diberikan dalam bentuk teh jahe hangat dengan tambahan madu.
  • Lemon. Aroma dan kandungan vitamin C dalam lemon dapat membantu meredakan mual.. Anak bisa menghirup aroma lemon segar atau minum air lemon hangat.

Ibu juga bisa membaca bacaan berikut untuk tahu cara menghilangkan mual tanpa obat: Ini 5 Cara Menghilangkan Mual Tanpa Obat.

Penyebab Muntah pada Anak

Muntah pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi ringan hingga kondisi medis yang lebih serius.

Berikut adalah beberapa penyebab muntah pada anak:

1. Infeksi pencernaan (Gastroenteritis)

Kondisi ini bisa disebabkan oleh virus seperti rotavirus dan norovirus atau bakteri seperti Salmonella dan E. coli. Selain muntah, biasanya kondisi ini juga menyebabkan diare, demam, dan kram perut.

Infeksi ini bisa menyebabkan dehidrasi jika anak muntah berulang kali dan tidak mendapatkan cukup cairan.

2. Keracunan makanan

Keracunan bisa terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau toksin. Gejalanya termasuk muntah mendadak, diare, nyeri perut, dan dalam beberapa kasus, demam.

Biasanya muncul dalam beberapa jam setelah makan makanan yang terkontaminasi.

Ketika anak muntah setelah makan, penting untuk memperhatikan apakah keluhannya hanya terjadi sesekali atau mulai berulang.

Jika anak muntah setelah makan disertai demam, diare, atau tampak sangat lemas, kemungkinan ada gangguan pencernaan atau infeksi yang perlu dipantau.

Pada kondisi di mana anak muntah setelah makan terus berlanjut lebih dari 24 jam, sebaiknya ibu segera berkonsultasi dengan dokter agar penyebabnya bisa diketahui dan ditangani lebih cepat.

3. Alergi makanan

Beberapa anak mungkin mengalami muntah sebagai reaksi terhadap makanan tertentu, seperti susu, telur, kacang-kacangan, atau seafood.

Muntah karena alergi makanan sering disertai dengan gejala lain seperti ruam kulit, bengkak, atau kesulitan bernapas.

Jika anak mengalami reaksi alergi yang parah (anafilaksis), segera cari pertolongan medis.

4. Mabuk perjalanan

Disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan di telinga bagian dalam saat bepergian dengan mobil, kapal, atau pesawat. Gejalanya termasuk pusing, mual, muntah, dan keringat dingin.

Untuk mengatasi hal ini, biarkan anak melihat ke luar jendela, beri udara segar, dan hindari membaca atau menggunakan gadget selama perjalanan.

5. Refluks gastroesofagus (GERD)

Kondisi ini terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan, sehingga menyebabkan muntah dan nyeri ulu hati.

Umumnya terjadi pada bayi yang sistem pencernaannya masih berkembang. Pada kasus GERD yang parah, anak mungkin mengalami gangguan pertumbuhan akibat sering muntah dan kurangnya penyerapan nutrisi.

6. Infeksi lain di luar saluran pencernaan

Beberapa infeksi di luar sistem pencernaan juga bisa menyebabkan muntah, contohnya seperti:

  • Infeksi telinga tengah (otitis media): menyebabkan gangguan keseimbangan dan muntah.
  • Infeksi saluran kemih (ISK): dapat menimbulkan demam tinggi yang memicu muntah.
  • Meningitis: infeksi serius pada selaput otak yang bisa menyebabkan muntah, demam tinggi, dan kejang.

7. Penyebab lain yang lebih jarang

Beberapa penyebab muntah lainnya, yaitu:

  • Migrain: Anak yang mengalami migrain bisa mengalami muntah sebagai respons terhadap nyeri kepala yang hebat.
  • Stres atau Kecemasan: Beberapa anak bisa muntah akibat stres berlebihan atau ketegangan emosional.
  • Penyumbatan Usus (Obstruksi Usus): Ditandai dengan muntah terus-menerus, perut kembung dan tidak bisa buang air besar. Ini merupakan kondisi darurat yang membutuhkan perawatan segera.

Gejala Tambahan yang Perlu Diperhatikan

Selain sakit perut dan muntah, penting untuk memperhatikan gejala lain yang menyertai, karena dapat memberikan petunjuk penting tentang penyebabnya:

  • Demam: Bisa menandakan infeksi. Demam tinggi bersama sakit perut dan muntah bisa menjadi tanda infeksi serius.
  • Diare: Sering menyertai gastroenteritis atau keracunan makanan. Perhatikan konsistensi dan frekuensi BAB.
  • Kelelahan dan Lemas: Tanda dehidrasi atau kondisi serius lainnya.
  • Nyeri saat buang air kecil: Mungkin ISK.
  • Ruam kulit: Dapat terkait dengan alergi atau infeksi virus tertentu.
  • Perubahan perilaku: Anak menjadi lesu, rewel, atau kurang responsif.

Diagnosis Sakit Perut dan Muntah pada Anak

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa langkah:

  • Anamnesis: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan anak, termasuk kapan gejala dimulai, seberapa parah, jenis makanan yang dikonsumsi, riwayat alergi, dan imunisasi.
  • Pemeriksaan Fisik: Dokter akan memeriksa kondisi umum anak, termasuk memeriksa perut untuk mencari tanda nyeri tekan, pembengkakan, atau massa. Tanda-tanda dehidrasi juga akan dievaluasi.
  • Pemeriksaan Penunjang: Bergantung pada temuan awal, dokter mungkin akan merekomendasikan:
  • Tes Darah: Untuk memeriksa tanda infeksi (jumlah sel darah putih), kadar elektrolit (untuk dehidrasi), atau fungsi hati (jika dicurigai hepatitis).
  • Tes Urine: Untuk mendeteksi infeksi saluran kemih.
  • Analisis Feses: Untuk mencari keberadaan bakteri, virus, parasit, atau darah.
  • Tes Pencitraan: Seperti USG perut atau rontgen, jika dicurigai adanya obstruksi usus, apendisitis, atau masalah struktural lainnya.

Apa Kata Riset?

Penelitian yang dipublikasikan dalam Pediatrics in Review dari American Academy of Pediatrics menyoroti bahwa muntah pada anak adalah gejala umum dari berbagai kondisi yang mendasarinya. 

Meskipun seringkali tidak berbahaya dan dapat dikelola dengan tindakan pendukung, penting untuk dokter untuk dapat mengenali tanda-tanda yang memerlukan intervensi lebih lanjut​

Waktu Tepat ke Dokter saat Anak Muntah 

Segera hubungi dokter segera ketika anak tiba tiba mual dan muntah dan mengalami beberapa gejala lain seperti berikut:

  • Demam.
  • Muntah beberapa kali dalam satu jam selama beberapa jam.
  • Muntahan berdarah.
  • Muntahan kehijauan (mengandung empedu).
  • Sakit perut.
  • Muntah yang tidak terkontrol (tanpa menghasilkan muntah).
  • Muntah setelah minum obat resep.
  • Muntah yang sangat kuat (muntah proyektil).
  • Diare berdarah.
  • Perilaku lesu atau lesu.
  • Tidak ada urine selama 6 hingga 8 jam atau urine sangat gelap.
  • Anak menolak cairan selama 6 sampai 8 jam.
  • Mulut kering atau mata cekung.

Jika ibu khawatir karena Si Kecil muntah-muntah, Catat, Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Anak di Halodoc yang bisa dihubungi. 

Itulah penjelasan seputar muntah pada anak yang perlu ibu ketahui.

Hubungi Dokter Ini Jika Anak Muntah Terus

Apabila sang buah hati mengalami muntah yang terus-menerus, sebaiknya segera hubungi dokter di Halodoc untuk mendapat saran penanganan yang tepat.

Dokter anak di Halodoc telah berpengalaman lebih dari 10 tahun serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.

Berikut ini daftar dokter di Halodoc yang dapat dihubungi:

1. dr. Lingga Pradipta Sp.A

Ibu bisa menghubungi dr. Lingga Pradipta Sp.A, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 2011 dan Universitas Hassanuddin tahun 2021.

Ia telah tergabung sebagai anggota IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dengan nomor STR 7311201321144020 dan kini menjalani praktik di Makassar, Sulawesi Selatan.

Dengan pengalaman selama 11 tahun, dr. Lingga Pradipta Sp.A dapat ibu percayai dalam mengatasi muntah terus-menerus yang dialami si Kecil. 

Ia juga mampu memberikan layanan konsultasi seputar nafsu makan dan nutrisi anak, perkembangan anak, DBD dan penyakit tropis, jantung anak, kesehatan remaja, serta bayi lahir kecil dan prematur.

Chat dr. Lingga Pradipta Sp.A mulai dari Rp 59.000,- di Halodoc.

2. dr. Bayu Kurniawan Sp.A, M. Biomed

Dokter rekomendasi lainnya yaitu dr. Bayu Kurniawan Sp.A, M. Biomed, seorang alumnus Universitas Brawijaya pada 2006 dan 2018.

Saat ini, ia berpraktik di Lamongan, Jawa Timur, dan tergabung sebagai anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Berbekal pengalaman selama 19 tahun, dr. Bayu Kurniawan Sp.A, M. Biomed mampu memberikan penanganan terhadap gejala muntah-muntah pada anak.

Selain itu, ibu juga bisa bertanya padanya seputar perkembangan anak, DBD dan penyakit tropis, pencernaan anak, alergi dan imunitas, serta bayi lahir kecil dan prematur.

Chat dr. Bayu Kurniawan Sp.A, M. Biomed mulai dari Rp 59.000,- di Halodoc.

Itulah dokter spesialis yang mampu membantu mengatasi gejala atresia bilier yang dialami oleh sang buah hati.

Janganlah ragu untuk menghubungi mereka, untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan.

Dengan Halodoc, ibu bisa berkonsultasi di mana saja dan kapan saja. 

Jadi, tunggu apa lagi? Download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Fair View. Diakses pada 2025. What to Do When Your Child Is Vomiting.
Kids Health. Diakses pada 2025. Vomiting.
Pediatrics in Review dari American Academy of Pediatrics. Diakses pada 2025. Vomiting in Children.

FAQ

1. Apakah anak muntah setelah makan bisa dipicu oleh suhu makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin?

Bisa. Perbedaan suhu ekstrem dapat memicu refleks muntah pada anak yang sensitif sehingga anak muntah setelah makan lebih mudah terjadi.

2. Benarkah kecepatan makan memengaruhi anak muntah setelah makan?

Ya. Anak yang makan terlalu cepat cenderung menelan lebih banyak udara, sehingga perutnya mudah penuh dan memicu anak muntah setelah makan.

3. Apakah tekstur makanan berpengaruh pada anak muntah setelah makan?

Iya. Anak dengan sensitivitas oral bisa muntah bila tekstur makanan tidak sesuai tahap perkembangannya, sehingga anak muntah setelah makan muncul karena respons sensorik, bukan pencernaan.

4. Apakah cahaya atau suara yang terlalu kuat bisa memicu anak muntah setelah makan?

Bisa. Stimulasi berlebihan dapat memicu mual pada sebagian anak, terutama yang sensitif, sehingga memunculkan kondisi anak muntah setelah makan.

5. Apakah posisi duduk yang salah saat makan dapat menyebabkan anak muntah setelah makan?

Ya. Duduk terlalu membungkuk dapat menekan perut dan membuat makanan naik kembali, sehingga memicu anak muntah setelah makan meski sistem cernanya normal.